25. A GLOOMY NIGHT

Mulai dari awal
                                    

"Jangan menggantungkan kebahagiaanmu sama aku, Ve. Belum tentu kamu bisa bahagia. Aku ini sudah tua. Jarak usia kita terlalu jauh. Kamu yakin gak akan iri sama teman-teman seusiamu nanti saat harus menggendong bayi sementara mereka bisa bekerja dan bersantai di Cafe? Kamu yakin gak akan masalah kalau aku harus tinggalin kamu berhari-hari untuk kerja di luar kota, sementara kamu sendirian di rumah? Kamu yakin kamu merasa cukup hanya menjadi seorang istri?"

Love tak tahu. Ia tak mengerti. Ia hanya jatuh cinta pada Mike, tapi kenapa bagi Mike segalanya begitu rumit?

"Jika kita benar-benar akan menikah, setidaknya menunggu kamu lulus SMA. Itu kalau ayahmu setuju. Kalau tidak? Bagaimana kalau kamu harus kuliah? Itu artinya aku harus menunggu, dan aku mungkin sudah tua sebelum kita punya anak."

Di sekolah, Love jagonya semua pelajaran berhitung. Tapi saat ini, ia bingung memperhitungkan masa depannya. Kata-kata Mike tak lagi bisa ia cerna.

Mike menatap Love dengan lembut. Ia harus bisa membuat gadis ini mengerti yang sebenarnya ada dalam pikiran Mike saat ini.

"Aku ingin kamu melupakan soal perasaanmu ke aku, Ve. Kita terlalu berbeda dalam berbagai macam hal. Usia, pemikiran, karakter... Terlalu banyak. Aku sudah bilang itu kan waktu kita di Sangatta? Aku ingin kamu menjadi seorang gadis yang kuat, punya cita-cita dan keinginan untuk bahagia tanpa perlu bergantung dengan pria manapun termasuk aku. Tapi... "

Ada kilasan terluka di sorot mata Love saat mendengar itu. Love ingin membantah, tapi ia tak tahu harus mengatakan apa.

"Tapi sekarang, agar orangtua kita tenang, kita terpaksa pura-pura pacaran. Jangan sampai karena kita, persahabatan mereka putus. Aku menghormati Pak Hadid, dan Mama Papaku menyukaimu. Aku ingin sampai nanti hubungan kita berakhir, semuanya akan kembali seperti sebelum aku datang. Kamu ngerti, Ve?"

Seperti ada bom dijatuhkan di atas kepala Love.

Tadinya ia berharap ada secuil perasaan dalam hati Mike saat ia melamar di depan kedua orangtua mereka. Love tahu, itu hanya sandiwara untuk menutupi kesalahannya.

Harapannya, setelah berpura-pura pacaran nanti, pada akhirnya ia akan benar-benar menjadi kekasih atau bahkan istri Mike. Tapi ia tak menyangka, tak sampai satu jam kemudian, Mike sudah menyudahi harapan Love tanpa ampun sama sekali.

Mata Love mulai terasa hangat, tapi ia tak ingin menangis di depan Mike. Dengan susah payah, Love tersenyum, "Tentu saja! Love setuju-setuju saja, jadi kapan kita rencananya putus?"

Walaupun terdengar santai, Mike bisa merasakan getaran dalam nada suara Love. Jadi ia pun mengendurkan ketegangan di hatinya. "Kapanpun kalau kamu bilang ingin putus, aku akan menerimanya. Sampai kamu benar-benar bisa melupakan aku."

Love menatap Mike. "Jadi Love yang nentuin kapan kita putus? Kalau Love gak mau putus selamanya?" tanya Love.

Punggung Mike tegak lurus. Ekspresi wajahnya jauh lebih dingin.

Love terkekeh. "Becanda, Mas. Jangan kuatir, Love ngerti kok!"

Lalu kedua tangan Love singgah di atas kedua pundak Mike. "Karena sekarang kita sedang bersandiwara, dan Tante Michela lagi liatin ke sini, Love harus melakukan ini... "

Belum sempat Mike menjawab atau berkelit, bibir Love sudah berada di atas bibirnya. Hanya beberapa detik, sebelum ia menariknya kembali dan tersenyum saat kembali berpamitan. "Selamat malam, Kekasih Palsu Love!"

Santai, Love berdiri lalu berjalan meninggalkan kolam renang. Terdengar senandung kecil dari mulutnya, meninggalkan Mike yang juga berdiri menatap punggungnya yang menjauh.

Kenapa Mike merasa hatinya justru yang terasa sedikit sakit?

Mike sudah mengatakan semua keinginannya, dan Love juga sudah menyetujuinya. Tak ada yang cacat dalam rencana mereka. Tapi melihat Love menanggapinya dengan begitu santai, perasaan Mike justru tak karuan.

Ia tak yakin pada perasaan Love lagi. Benarkah cinta yang dirasakan gadis itu atau hanya simpati berbungkus cinta monyet yang akan luntur seiring waktu?

Malam sudah sangat larut ketika Mike memutuskan untuk tidur. Ia ingin melupakan semuanya untuk saat ini. Ada banyak hal yang harus ia lakukan besok pagi. Masalah perusahaan tak ada habisnya belakangan ini, dan Mike tak ingin membebani Papa. Mama sudah berkali-kali mengeluh soal kesehatan Papa yang menurun.

Dari lantai dua rumah, Ricky berdiri menatap ke bawah. Ia melihat semuanya, meski tak bisa mmendengar percakapan keduanya. Tapi melihat Mike bicara pada Love dengan intim dan tak seperti biasanya, kakaknya itu bicara panjang lebar, seperti sedang berusaha meyakinkan Love. Ricky bahkan tak punya keberanian sebesar Mike, melamar di depan kedua orangtua mereka.

Tawa miris terdengar keluar dari mulut Ricky sebelum ia menunduk. Matanya panas, tapi tak ada airmata mengalir. Selama bertahun-tahun ini ia mengira Love akan menjadi pengantinnya, tapi justru kakaknya yang menghilang selama ini, yang melamar gadis yang ia cintai hanya dalam hitungan hari.

Ricky tak tahu harus merasa bahagia atau justru sedih. Ia senang Mike kembali ke Indonesia, kembali pada keluarganya. Akhirnya, seperti harapan Ricky dan orangtua mereka, Mike mulai bisa melupakan cinta lamanya. Mantan tunangan Mike itu tak pantas mendapatkan cinta Mike.

Tapi di sisi lain, Mike merebut sesuatu yang berarti dalam hidupnya. Love-nya yang lucu dan cantik. Gadis impian yang ia jaga selama ini.

Trrt Trrt Trrt

Ricky menunduk menatap layar ponselnya yang tergeletak di atas meja. Ada pesan masuk. Ia mengambil ponsel dan membacanya.

Darma: [Lo yakin mau ikut?]

Ricky: [Iya]

Darma: [Kalau gitu gue siapin dulu. Dua hari lagi kita berangkat.]

Ricky: [Oke]

Semua orang perlu waktu. Ricky juga. Ia bahkan perlu waktu dan jarak untuk menyusun kembali hatinya yang berantakan.

Ricky berharap, saat ia kembali nanti, hatinya sudah punya dinding yang tinggi untuk menutupi kesedihannya dan akhirnya bisa mengucapkan selamat pada dua orang yang ia sayangi.

*****

CLBK (Cinta Love Bikin Kesal)  TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang