9. NOT HER FAULT

5.4K 825 11
                                    

Selesai satu lagu, terus berlanjut dengan lagu yang lain. Satu persatu para peserta demo itu terbawa suasana dan ikut bernyanyi. Suasana menjadi riuh, tapi lebih kompak. Terus begitu, hingga Love teringat kalau besok malam ia harus tampil. Ia tak boleh menggunakan suara secara berlebihan.

"Loh kok berhenti, Ve?" teriak salah satu peserta.

"Aku lapar, Om!" jawab Love sekenanya. Tawa geli terdengar di sekitarnya.

Love menoleh pada Pak Rahmat. "Kita makan dulu yuk, Om!"

Wajah Pak Rahmat tampak ragu. Ia terlihat bingung. "Itu... kita... mmm... "

Senyum Love mengembang lebar. "Di sini bisa mesen anter gak, Om? Aku pengen traktir."

"Traktir? Bisa," ulang Pak Rahmat tak percaya. "Tapi kamu mau traktir semuanya?" tanya Pak Rahmat masih tak yakin.

Love mengangguk penuh semangat. "Iya! Kita kan sama-sama demo. Harus barengan semua dong. Aku makan, ya semuanya makan."

"Tapi kami belum digaji, Lov." Ada nada malu terasa di suara Pak Rahmat.

Pria itu tahu kalau Love mungkin hanya bisa mentraktir membeli minuman. Lagipula, meski sebelumnya mereka sudah sepakat kalau menanggung susah bersama, tapi sama-sama mengerti kalau kondisi keuangan mereka juga sedang sulit.

"Gak papa. Nanti aku yang bayar kok, Om. Om dan kakak-kakak ini kan teman baruku. Semuanya. Makanan dan minumnya juga sekalian."

Pak Rahmat tercengang. Bagaimana bisa anak SMA seperti Love punya uang banyak? Gadis ini pasti bukan gadis biasa. Ia tidak mungkin hanya anak SMA yang kebetulan lewat. Tapi siapa? Tak ada seorang pun di antara anak buahnya yang mengenal gadis periang ini.

Tapi walaupun bingung, Pak Rahmat membiarkan Love dibantu anak buah melakukan pemesanan makanan. Hanya saja, Pak Rahmat mulai menjaga sikap dan lebih waspada pada Love.

Sekitar satu jam kemudian, Love sudah duduk dan makan bersama para pendemo. Mereka juga mengobrol dan sesekali bercanda. Suasana menyenangkan begitu terasa. Love menyukai teman-teman barunya itu.

Belum lagi makan mereka selesai, tampak dari jalan raya ada beberapa mobil mulai memasuki halaman parkir.

"Eh itu Boss! Boss besar datang! Buruan! Buruan!" kata Pak Rahmat sambil meletakkan kotak makan siangnya yang masih tersisa separuh begitu saja, sebelum berlari mendekati mobil paling depan.

Semua orang bergegas berdiri, juga meletakkan kotak makan mereka begitu saja. Padahal jelas mereka belum selesai, meninggalkan Love yang kebingungan. Mulut Love saja masih dipenuhi nasi dan tangannya masih menggenggam paha ayam.

Mobil-mobil landcruiser putih itu berhenti di halaman, parkir satu persatu berjejer. Suara-suara pintu yang terbuka dan tertutup bergantian terdengar, dibarengi oleh orang-orang berseragam biru yang keluar dari dalam mobil.

Sementara Love juga sudah berdiri, dengan tangan masih memegang kotak makan. Ia masih berusaha membaca situasi.

Semua orang tampak sibuk sendiri, termasuk teman-temannya yang berlarian meninggalkannya.

"Perhatian! Perhatian! Kami mau ketemu Presdir!"

"Ya kami mau ketemu Presdir!"

"Presdir! Presdir!"

Semua pendemo merangsek ke depan, ke salah satu mobil. Tampak para pria yang baru turun dari mobil juga bergerak ke arah yang sama, mereka seperti melindungi seseorang. Dorong-mendorong mulai terjadi.

Love tak mengerti apa yang sedang terjadi. Ia tak tahu siapa yang ingin ditemui para pendemo ini. Mengapa mereka terlihat marah? Bukankah tadi semuanya baik-baik saja?

CLBK (Cinta Love Bikin Kesal)  TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang