"Haloooo Cintaaah! Kangen Babang Ricky ya??" teriak laki-laki yang baru keluar itu dan berlari kecil mendekati Love dan Pak Wibowo.

Satu lagi anak alay yang membuat mangkel muncul. Mike hanya bisa menghela napas.

"Iiih, elo. Siapa yang kangen sama buntelan kapuk kayak elo? Enggak! Enggak! Najis gue ke sini cuma buat ketemu sama elo!"

"Terus lo ngapain di sini kalo gak buat ketemu gue, Cintah?" sindir Ricky. Ia hafal banget ciri khas Love. Tak tahan melihat pria tampan dan ia tahu, kakaknya pasti yang membuat Love mau ke rumahnya.

"Heh, nama gue itu Love. LO... VE... Baca sesuai ejaan bahasa Indonesia yang bener dong! Lo kan plodak asli Indonesia. Ngomong yang benar dikit nape?" cibir Love.

Tak mau kalah, Ricky balas menjawab. "Loh, nama lo kan artinya Cin... ta. Gue baca sesuai bahasa Indonesia kok. Dan... by the way busway, sama-sama plodak-plodak Indonesia aja lo pake ngingetin segala."

"Sudah, sudah... kalian ini kalau ketemu kayak kucing sama tikus aja." Pak Wibowo berusaha menengahi.

Love menunjuk Ricky. "Dia tuh om... tikusnya."

"Eh enak aja! Lo yang tikus. Kucing manis kek gue mana bisa disamain sama tikus ya, Cyiin?" ujar Ricky sambil mengangkat tangannya.

"Idih... tuh tangan kenapa melambai? Dasar tikus got!"

"Berenti gak lo? Gue cium nih! Gini gini gue jantan tau!"

"Om tuh Om... Ricky jahatin Love tuh, Om!" teriak Love.

"Ricky!"

"Hadir, Bos!" Ricky menoleh pada Love. "Pengadu!" desisnya. Love meleletkan lidahnya sebelum bersembunyi di belakang Pak Wibowo.

Pak Wibowo tertawa-tawa melihat tingkah dua anak remaja di depannya itu. Sebenarnya Ricky sudah menjadi mahasiswa tingkat empat di sebuah PTN di Bandung. Tapi jika bertemu Love, tingkah Ricky mendadak menurunkannya menjadi bocah.

Sementara Mike hanya bisa menarik dan menghela napas berulangkali. Ia mulai berpikir untuk menyelipkan kelas yoga yang disarankan Mama, sebelum hatinya dipenuhi bara kekesalan yang bisa meledak kapan saja. Dua manusia menjengkelkan itulah penyebab utamanya. Baru sehari ia tiba di sini, tapi emosinya sudah diuji.

"Love! Dipanggil Bik Titin!" teriakan dari depan pintu pagar membuat ketiganya menoleh ke arah yang sama.

Di dekat pintu pagar yang separuh terbuka itu ada Anto berdiri. Mike mengernyit. Siapa lagi itu?

"Disuruh makan dulu sama Bibik. Ada tumis ikan peda pedas di rumah. Udah siap!" sambung Anto lagi.

Tawa membahana terdengar lagi. "Hahaha... cantik cantik makannya ikan asin! Hahaha!" goda Ricky.

Kali ini sudut bibir Mike juga terangkat sedikit. Pak Wibowo juga tersenyum geli. Sementara wajah Love merona merah menahan malu.

"Love permisi dulu ya, Om. Entar Love main ke sini lagi. Boleh kan?" tanya Love yang dijawab anggukan oleh Pak Wibowo. Gadis itu juga menoleh pada Mike. "See you again, Mas Mike! Love pulang dulu yaaa," pamitnya melambaikan tangan.

Tapi Love melemparkan cibiran pada Ricky sebelum berbalik.

"Pah, Ricky ke sebelah ya?" pinta Ricky tiba-tiba.

"Mau ngapain?" tanya Pak Wibowo bingung.

"Tumis ikan pedanya Bik Titin itu mantap banget! Ricky mau numpang maksi di sebelah. Sekalian usaha buat deketin calon mantu Papa. Hahaha... " Belum lagi papanya menjawab, Ricky sudah berlari menyusul Love.

CLBK (Cinta Love Bikin Kesal)  TAMATWhere stories live. Discover now