31. hampir terbongkar

1.6K 119 10
                                    

HAPPY...READING 💜

Brak..

Pintu kamar itu di tutup dengan kencang oleh Jennie, berjalan sedikit cepat menuju kasur dan menjatuhkan dirinya secara kasar dengan posisi tengkurap. Menangis kencang seraya menenggelamkan wajahnya
ke bantal agar tak terdengar isakan.

Memukul-mukul kasur dengan tangisan yang semakin kencang, menarik selimut untuk menutupi separuh kepalanya.

Ia benar-benar menyedihkan hari ini, ia seperti manusia tak tak tahu diri setelah mendengar ucapan Jisoo tadi. Hatinya sakit sekaligus menyesal karena telah menemui Jisoo tadi.

Seharusnya ia tak perlu susah-susah menemui Jisoo tadi. Bahkan ia tega menitipkan anaknya pada orang lain demi bertemu Jisoo.

"KENAPA HIDUPKU TIDAK ADIL SEPERTI INI HIKS.. ! KENAPA AKU SELALU MERASA HIDUPKU SEAKAN DI PERMAINANKAN ! KENAPA ! KENAPA YA TUHAN! HIKS.." teriak Jennie dengan kencang seraya duduk dan melempar segala sesuatu yang ada di sekitarnya.

"Kenapa! Kenapa Kim Taehyung menyakiti ku lagi! Kenapa kenyataan nya sangat sakit sekali! Kenapa aku harus hidup ya tuhan jika hanya untuk menderita! Hiks.." merasa belum puas ia berdiri dan berjalan kearah meja rias, melempar segala barang yang ada di meja itu.

Membuat segala barang yang terbuat dari kaca menjadi pecah seketika. Melihat kaca yang pecah seketika terlintas di benaknya untuk melakukan bunuh diri.

Ia menunduk dan tangannya dengan pelan menggapai kaca yang berserakan itu, hingga tangannya tak sengaja tergores lalu mengeluarkan sedikit darah. Tak peduli dengan bercak darah yang memenuhi jari jarinya. Ia kembali mengambil pecahan kaca itu lalu meletakkan nya ke pergelangan tangan nya. Saat akan memulai dengan kebodohannya itu ia tiba-tiba teringat akan sosok anaknya Kim Taehnai. Jika ia mati maka tak ada yang mengurus Taehnai nantinya, jika Taehyung menikah dengan Jisoo ia tak akan mau menyerahkan anaknya pada wanita itu meskipun nantinya Jisoo akan menjadi ibu yang baik pula.

Jennie membuang asal pecahan itu saat pikiran itu terlintas dan membuat kepalanya berdenyut. Ia terduduk lemas seraya menangis dalam diam. Menenggelamkan wajahnya di lutut karena terlalu lelah hanya untuk menatap ke depan.

"Apa yang aku lakukan hiks.. kenapa aku harus mati. Aku tak akan melakukan itu lagi, maaf kan aku ya tuhan hiks.. tolong bantu aku menghadapi semua ini" lirih Jennie pelan dengan isakannya.

Mungkin karena terlalu lelah menangis, Jennie akhirnya tertidur dengan sendirinya dalam posisi duduk menenggelamkan wajahnya ke lutut.

Tak terasa hari sudah menjadi gelap, lampu kamar itupun belum di nyalakan oleh pemilik kamar. Mungkin karena lelah hingga ia belum2 bangun dari tidurnya.

Taehyung pulang dengan wajah lelahnya, melihat ruang tamu yang gelap dan sekitaran yang gelap membuat Taehyung mengerutkan dahinya.

Dimana Jennie pikirnya, apa ia tidak ada sampai2 semua lampu masih belum menyala. Tapi kenapa ia tak bilang pada Taehyung jika ingin pergi.

Langkah Taehyung berjalan kearah kamarnya karena merasa lelah telah seharian bekerja. Menaruh tas kantornya keatas meja yang berada di depan kamar, lalu setelahnya membuka pelan pintu kamar itu.

Ceklek..

Gelap - pikirnya.

Taehyung berjalan kearah saklar lampu yang kebetulan terlihat oleh cahaya rembulan yang masuk dari jendela yang masih terbuka lebar.

Setelah lampu di nyalakan, Taehyung sangat terkejut di buatnya. Pasalnya hal yang ia lihat pertama adalah kamarnya yang seperti kapal pecah. Selimut dan bantal berserakan dimana-mana, sprei yang terlepas dari kasurnya. Serta berbagai alat kosmetik juga barang2 yang terbuat dari kaca pecah melebur berserakan.

Late Love (KTH)Where stories live. Discover now