#31 • Pesan yang terabaikan •

223 15 16
                                    

•••🌷•••

"Duh, sial." Vincent menepuk dahinya. Mendengar sebaris kalimat itu Kalth mengernyitkan dahi. "Ukulele pinjeman Vaga ketinggalan di ruang musik."

Vincent merutuki dirinya sendiri. Ruang musik yang posisinya lumayan jauh dari gedung IPA membuat Vincent berdecak malas untuk mengambilnya. Namun, mengingat bahwa ukulele itu bukan miliknya, melainkan milik Vaga alias manusia dengan definisi tanpa ampun itu, Vincent mengurungkan niatnya. "Gue ambil dulu deh."

"Ck, gak pake lama!" seru Kalth ketika Vincent sudah berlari keluar kelas. Jam kosong karena rapat guru yang diadakan mendadak tentu mereka gunakan untuk bermain game bersama. Keinginan Vincent untuk menantang Kalth dalam permainan Call of Duty kali ini dengan cepat disetujui. Maka,
waktu yang tepat adalah sekarang.

Beberapa menit berlalu, Vincent belum kembali. Kalth menghembuskan napas kesal. Lalu tanpa sengaja ia melihat ponsel Vincent yang tergeletak begitu saja di atas meja dengan layar yang menampilkan notifikasi chat dari seseorang yang familiar bagi Kalth.

Kalth melebarkan matanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kalth melebarkan matanya. Ia terkejut bukan main. Walaupun ia tak dapat memastikan apa yang terjadi atau apa hubungan yang mereka miliki, tentu saja Kalth menyadari bahwa ada hal selama ini yang tidak ia ketahui.

Bahkan, seseorang yang tak ia sangka akan melakukan semua ini... Mungkinkah...?

•••🌷•••

Kalth menyandarkan tubuhnya ke tembok dengan kaki bersilang dan kedua tangan terlipat di depan dada. Menunggu seseorang. Masih banyak murid yang berlalu lalang karena bel baru saja berdentang 15 menit yang lalu. Kalth hanya diam menatap kosong ke arah parkiran yang jauh dari pandangan.

Setelah kejadian tadi siang, Kalth tidak henti-hentinya menahan rasa penasaran dan perspektif tidak masuk akal yang masuk ke pikirannya. Ya, setidaknya, itu tidak masuk akal baginya. Bagaimana mungkin seorang Vincent mendekati Nadera tanpa ia ketahui? Itu mustahil. Vincent sudah mengenalnya sejak SMP, tak mungkin pengkhianatan itu datang hanya karena seorang perempuan. Apalagi selama ini hanya Vincent yang mengetahui hubungan dirinya dengan Nadera.

Beberapa menit berada di posisi yang sama, Kalth mengernyitkan dahi ketika ia melihat sesuatu yang jauh dari pandangannya. Ia mengedipkan matanya berulang kali bahwa apa yang ia lihat kali ini adalah ilusi. Namun ternyata tidak. Apa yang ia lihat sekarang ada realita, ia sedang tidak bermimpi apalagi berhalusinasi. Di sana, tepat beberapa meter tak jauh dari gerbang gedung SMA Antasena, Nadera tengah berjalan beriringan bersama Vincent menuju tempat parkir.

Tampaknya mereka sedang membicarakan sesuatu yang seru hingga Nadera beberapa kali melempar senyumannya pada Vincent. Kalth tak tinggal diam, ia langsung meraih ponselnya dan membuka kontak Nadera untuk menghubunginya secepat mungkin. Walaupun begitu, Kalth tak bisa gegabah. Tak mungkin ia melakukan hal ekstreme karena suatu hal yang masih abu-abu.

PHOTOGRAPH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang