#12 •Pertolongan Vaga•

717 86 32
                                    

•••🌹•••

Jangan takut, Di. Sekarang ada gue yang akan selalu jaga lo.

•••🌹•••

Dengan penuh keterpaksaan, Audi menjalani hukumannya pagi ini. Bayangkan, baru saja selesai mengikuti upacara, mendengar amanat yang membosankan ditambah dengan lari keliling lapangan karena kecerobohannya sendiri. Itu benar-benar menyebalkan.

Audi berjalan gontai menuruni tangga untuk melangkah menuju lapangan. Kali ini lapangan terihat ramai karena anak-anak bermasalah yang ikut terseret dalam hukuman masing-masing.

Audi mengernyit saat mendapati Kalth ikut berada di sana. Bukan-bukan, lebih tepatnya Kalth sedang bermain basket bersama teman-temannya. Padahal kan ini bukan jam pelajaran olahraga kelas 10 IPA 1. Bagaimana bisa?

Dengan penuh semangat dan mood yang perlahan mulai kembali, Audi pun menghampiri Kalth. Kebetulan cowok itu sedang melenturkan persendiannya di pinggir lapangan.

"Pagi!" sapa Audi riang seakan melupakan kejadian beberapa hari lalu di sekitar gudang sekolah. Kalth meliriknya datar sebelum akhirnya kembali melanjutkan kegiatan utama.

Audi menghela nafas sabar seraya memotivasi dirinya sendiri. "Emm ... kok lo malah latihan sih, Kalth? Emangnya ada pertukaran jam pelajaran?"

Seperti biasa, tak ada jawaban dari pertanyaan Audi. Audi mengercutkan bibirnya ke depan, tapi ia tak boleh patah semangat! "Semangat ya, latihannya!" seru Audi dengan senyum lebar dan gigi rapihnya yang berderet.

Mendengar ucapan itu, Kalth akhirnya menoleh dan menatap Audi. Audi seketika membeku. Ini untuk kedua kalinya Kalth menatap manik matanya dengan jarak yang dekat.

Tentu saja ritme jantung Audi melaju lebih cepat dari biasanya. Rasa senang sekaligus gugup langsung mengendalikan pikirannya. Seakan ingin berteriak karena kupu-kupu yang berada di dalam perutnya tak bisa ia pendam lagi.

Akhirnya Audi hanya bisa menahan untuk tidak memekik saat itu juga.

"Mending lo pergi. Pasti lo salah satu anak yang bermasalah. Iya kan?" jawab Kalth seakan menuding Audi terang-terangan. Audi membelalakan mata, bagaimana bisa? Bagaimana bisa anak baik-baik seperti dirinya dikira sebagai deretan murid bermasalah?

Dasar, Kalth memang gak punya hati!

"Mana ada?! Gue bukan-" Seketika ucapan Audi yang baru saja ingin mengeluarkan emosinya terputus karena teriakan Bu Bezzy dari lantai atas.

"AUDI? KENAPA KAMU MALAH PACARAN DI SITU? JALANIN HUKUMANNYA SEKARANG!"

Audi semakin kelimpungan saat Bu Bezzy mengucapkan kata "hukuman". Sudah pasti Kalth mengira yang tidak-tidak.

Bahwa Audi adalah anak nakal. Gak tahu aturan. Sukanya melanggar. Bahkan-

"See?" Kalth tersenyum miring. "Lo emang anak bermasalah."

Emosi Audi sudah berada di puncaknya, tapi urung saat mengingat di hadapannya adalah seorang Kalth. Ia tak bisa berbuat banyak selain menggeram dalam hati.

"Tapi, serius! Gue bukan anak berma-"

"AUDI! SEKARANG!" bentakkan Bu Bezzy kembali memotong kalimat Audi.

Dengan berat hati cewek itu menghentakkan kaki kesal sebelum akhirnya memulai hukumannya. Kalth tersenyum tipis sekali, setelah itu ia menenggak air mineral dan menghabiskannya.

Sial banget sih gue!

Audi terus menggerutu di sepanjang kakinya melangkah mengitari lapangan yang cukup luas. Belum mencapai 5 putaran napasnya mulai terengah. Pelipisnya perlahan menghasilkan cairan bening karena matahari mulai terasa menyengat permukaan kulit.

PHOTOGRAPH Where stories live. Discover now