#1 •Kedua Pertemuan Pertama•

2.2K 221 169
                                    

•••🌹•••

Ada kenyataan yang nyatanya lebih menyakitkan saat gue tahu. Terkadang, dengan bersikap gak peduli itu berhasil buat menyelamatkan nyawa hati lo.
—dxesstory

•••🌹•••

"Jadi, gimana menurut lo?" tanya Audi yang baru saja selesai menceritakan mimpinya semalam pada Difta—sahabatnya sejak SMP—di kantin siang ini. Suasana kantin tak seramai di pagi hari karena beberapa siswa lebih memilih untuk menghabiskan waktu di taman sambil berbincang.

Difta mengetukkan sendok dari es campur yang ia beli ke depan dagunya seakan tengah berfikir. "Ah, mungkin itu cuma bunga tidur lo," sahut Difta asal karena tak ingin berfikir lebih jauh. Toh, mimpi tak selamanya ada hubungan dengan dunia nyata.

Keduanya kembali terdiam, Audi menghembuskan nafas kecewa karena ia tak bisa mengartikan mimpinya sendiri. Entah mengapa, padahal hanya sebuah mimpi tapi Audi benar-benar merasa bahwa mimpi itu akan berpengaruh besar dengan kehidupannya.

"Misi, boleh gue gabung?" Suara seseorang memecah keheningan antara Audi dan Difta yang tercipta beberapa menit lalu. Keduanya menengadah, saling melempar tatap, lalu kembali melihat cewek yang baru saja datang dan meminta untuk bergabung itu.

Audi tersenyum lalu mengangguk ramah. "Boleh, duduk aja," jawab Audi seraya menggeser tubuhnya agar cewek itu bisa duduk di sebelahnya.

"Makasih." Kemudian, gadis itu mengangguk dan mulai meletakkan semangkuk baso ke atas meja, mengulurkan tangan untuk memperkenalkan diri. "Nadera Yudith, 10 IPS 1."

Dengan bersemangat, Difta buru-buru membalas jabatan tangan Nadera lalu tersenyum lebar. "Difta Olivia, kebetulan kita sekelas!" ucapnya antusias, membuat Nadera terkekeh. Lalu, tangan cewek itu berpindah dan terulur pada Audi. Audi membalasnya lalu memperkenalkan diri. "Claudisha Lavenandra, 10 IPA 2."

Setelah itu, Nadera pun ikut bergabung dengan kedua sejoli yang bahkan tak bisa dipisahkan sejak 3 tahun yang lalu. Mereka membincangkan banyak hal, mulai dari hobby, kisah hidup, artis terkenal bahkan kelakuan konyol mereka saat masih menduduki kursi SMP.

"Oh iya, lo semua mau masuk ekskul apa? Mau gabung sama gue? Jurnalistik." Kali ini Nadera mendorong semangkuk baksonya karena telah habis ia makan, menenggak air mineral lalu kembali menaruhnya.

Audi tampak berpikir sebentar sebelum akhirnya ia menjawab, "Sinematography, sih. Gue kan suka foto-foto gitu!"

"Serius mau ikut sinema? Ikut aja jurnalistik, Di. Lo kan orangnya kepo!" seru Difta membuat Nadera ikut tertawa. "Enak, aja! Gue tuh bukan kepo! Cuma hobby ngestalk orang aja, tau!" sahut Audi tak mau kalah.

Percakapan itu terpaksa terhenti saat bel masuk mulai berdering, seluruh siswa menghentikan kegiatan dan langsung masuk ke kelas masing-masing karena pelajaran selanjutnya akan dimulai.

•••🌹•••

"Gimana? Aman ga?" Suara beberapa langkah kaki yang tergesa, dan seruan yang terdengar seperti bisikan itu membuat Audi mengernyitkan alisnya.

Sekarang, ia sedang bercermin di toilet sekaligus membenarkan letak bandananya yang sudah sedikit tergeser.

Setelah menyelesaikan sepuluh soal fisika yang penuh dengan rumus itu, Audi akhirnya bisa bernapas lega dan memilih untuk keluar kelas.

Namun, suara beberapa cowok yang sepertinya berada di luar toilet membuat Audi kembali berfikir setelah beberapa menit menghentikan kerja pikirannya.

"Siapa sih?" gumam Audi pada dirinya sendiri.

Setelah sekali lagi merapihkan rambutnya, Audi perlahan melangkahkan kakinya keluar dari toilet. Suara bisikan itu semakin terdengar jelas.

"Stt, diem, bego! Ketauan mabal mampus lo!"

"Gue udah diem, anjing! Si Vaga itu malah angkat telfon ceweknya. Tolol banget emang!"

"Stt, kalian berisik banget, sih! Cewek gue ngomel ini!"

Audi semakin mengerutkan alisnya, suara itu berasal dari ruang gudang di dalam kamar mandi perempuan. Namun, mengapa suara yang ia dengar seperti suara lelaki?

Pelan namun pasti, Audi melangkahkan kakinya mendekat menuju ruangan itu. Dengan hati-hati, ia masih menajamkan pendengarannya, memastikan bahwa suara itu memang benar-benar bukan ilusinya.

"Eh, denger tuh denger! Ada suara langkah kaki! Mampus kan! Tambah kotor aja buku poin gue!"

"Stt, diem dulu. Siapa tau tikus kali!"

"Ini semua gara-gara Vaga! Uang bulanan gue makin dipotong gara gara surat panggilan ortu nanti!"

Audi sekarang yakin, bahwa tiga lelaki yang berada di dalam sana sedang dicari oleh salah satu guru yang memergokinya melanggar peraturan. Audi tersenyum licik, berencana untuk menggagalkan persembunyian lelaki pembuat onar itu.

Kemudian, ia keluar dari toilet untuk mencari guru yang sedang mencari mereka. Sementara itu, ketiga lelaki yang baru saja menyadari bahwa langkah kaki tadi sudah menjauh, mereka menghela nafas lega.

"Akhirnyaaaa, gue gak jadi dihukum lagi sama si botak licin itu!" seru Vincent mengelus dadanya secara berlebihan.

Setelah merasa bahwa semuanya sudah sepi dan aman, mereka melangkah mantap keluar dari persembunyian, bersiul ria sambil melepaskan dasi yang sudah tak pada tempatnya.

"Nah, itu tuh pak, orangnya! Sembunyi di toilet cewek!" Seruan seseorang yang berasal dari arah barat toilet membuat ketiga lelaki tadi otomatis menoleh dan mendapati Pak Dirga alias guru ketertiban dengan seorang gadis dengan bandana retro berwarna biru dongker tengah menatap mereka terang-terangan.

Menyadari bahwa mereka telah tertangkap basah, mereka pun menjalankan plan B; kabur dengan tiga arah berbeda.

"Hitungan ketiga, plan B dimulai. Satu ... Dua ... Tiga!"

Belum sempat menyeret ketiga cowok itu masuk keruangannya, Pak Dirga otomatis berlari mengejar si biang dari keributan siang ini, siapa lagi kalau bukan seorang Elvaga Jodanthy! Sementara itu, Audi tertawa terbahak-bahak merasa puas.

"Rasain, tuh! Lagian, punya hobby kok ngelanggar aturan!" Setelah merasa selesai dengan urusannya, Audi kembali membalikkan tubuh untuk kembali ke kelasnya. Namun, tubuhnya malah terpental mundur beberapa langkah karena tubuh seseorang menghalang langkahnya.

"Aduh!" Audi memegang dahinya yang sempat terbentur dada seseorang, cewek itu menengadah lalu menemukan cowok ber'rahang tegas dengan tatapan tajamnya yang menghunus hingga Audi terpaku beberapa detik.

Cowok itu melanjutkan langkahnya dengan beberapa buku yang berada digenggaman tanpa mengucapkan sepatah katapun pada Audi yang lamunannya baru saja terpecah saat cowok itu pergi.

Saat punggung cowok itu telah termakan jarak, Audi menggelengkan kepalanya. "Idaman."

•••dxesstory•••

jangan lupa untuk vote dan comment, share ke teman kalian, ya! kritik dan saran sangat ditunggu. terimakasih!🌈

TBC

Find the Author on:
•Instagram : Rahesyafe // Dxesstory
•Line : .fee. // @yuz3716v (use "@")
•Sweek : Rahesyafe
•Blog : fiksikitaremaja.blogspot.com

PHOTOGRAPH Where stories live. Discover now