37 : Brainstorm

493 77 4
                                    

Brainstorm.

Sepertinya itu yang sedang kurasakan. Jika bisa dilihat dengan mata telanjang, mungkin kepalaku ini sudah berasap. Mataku menatap seorang laki-laki di sana. Kamu beradu tatap lebih tepatnya.

Namaku Gayatri dan sekarang aku sedang jajan di kantin.

Ya, dia yang membantuku membawa buku dari perpustakaan waktu itu dan setelah itu kami jarang berbicara.

'Eh anjir, dia kenapa sih liatin gue mulu?' ujar seseorang yang duduk di hadapan Tristan, salah satu teman sekomplotannya.

"Bukan lo yang gue liatin," sahutku lalu menyesap es teh yang tadi kupesan. Membuat kedua sahabatku, Gee dan Ghinna menatapku heran.

"Lo ngomong sama siapa sih, Ay? Dari tadi ngliatin Tristan kek mau makan dia terus tiba-tiba nyeletuk gitu," kata Ghinna sembari memakan jajanannya.

"Anak indihome is another level," sahut Gee tapi aku tak menggubris mereka berdua.

Jujur saja kepalaku benar pening. Aku bermimpi semalam, aku bertemu dengan Tristan dan akrab dengannya. Bahkan dalam mimpiku Gee berkata aku menyukai Tristan tapi hey, aku bahkan tidak mengenalnya. Mimpi itu terpotong-potong, tidak jelas namun beberapa menjadi nyata.

Lalu, Dipta berkata jangan dekat-dekat dengan siswa bernama Tristan di sekolahku. Katanya dia anak tidak baik dan aku harus menghindarinya sebisa mungkin.

"Tristan, sini coba. Penasaran banget gue sama lo, yakin."

"Jangan diliatin mulu, nanti naksir, Ay," celetuk Ghinna yang membuatku segera menatapnya.

"Dih, mana ada," sahutku.

"Awas aja kalo Aya sampe selingkuh dari Bang Dipta ya," ucap Gee, yang membuatku mengulum bibirku kesal.

"Hais, dia bukan siapa-siapa."

"Tiap hari jemput sambil bilang my future wife masih kaga dianggap."

Aku menghela napas kasar, aku benar-benar tidak kuat jika Gee sudah mulai menggodaku. Seberapapun aku mengelak, mulut Gee lebih pintar dariku.

Jadi, aku memilih pergi meninggalkan mereka berdua.  Namun baru saja aku membalikan badanku hendak melangkah pergi, seseorang menghalangi langkahku. Membuatku menabrak dadanya, karena ia jauh lebih tinggi dariku.

"Hai, Aya."

Aku terdiam sejenak.

Tristan dan sebuah senyum yang sulit diartikan.

"We can through this. Ayo lawan semesta."

🌸🌸🌸

Maaf ya lama hehe.

Vote dan komen ya.

Terima kasih ^^


1 Mei 2020


Read Your HeartOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz