41 : Piket

580 75 7
                                    

Kata-kata Dipta membayangi pikiranku. Sudah beberapa hari sejak peristiwa itu dan sekarang semua terasa sedikit canggung. Tidak ada percakapan di antara kami saat dia mengantarku ke sekolah atau menjemputku, di rumah pun saat dia mengajariku, tidak ada obrolan lain.

Aku menghela napas pelan, kemudian kembali menatap kumpulan kotoran yang ada di depan sepatuku.

Namaku Gayatri dan sekarang aku sedang piket kelas.

'Pletak!'

Suara itu terdengar jelas, menggema di kepalaku. Secuil kapur menghantam dahiku dengan keras, meninggalkan jejak putih dan merah di kulitku secara bersamaan. Mataku melirik sinis ke arah kapur itu berasal.

Dia tersenyum lebar tanpa dosa.

Jangan tanya, siapa lagi jika bukan Tristan.

"Tristan!" pekikku kesal, tapi justru kapur lain yang menghantam dahiku lagi.

Hanya ada kami berdua di kelas ini. Sebenarnya ada lima orang yang harusnya piket, namun tiga lainnya piket di lab biologi karena kami baru saja praktikum.

"HEY!" seruku lagi, dan kapur lain menghantamku lagi.

"Apa? Manggil doang enggak jelas maunya apa," sahutnya tanpa berucap.

Aku terdiam sejenak. Dia benar-benar memancing pertikaian sejak tadi pelajaran olahraga. Tanganku mengepal erat pada gagang sapu yang ku genggam, sebelum akhirnya berlari menuju laki-laki itu.

"BERHENTI LO WOY!"

Kami berlari di sepanjang koridor, menjadi tontonan dari beberapa siswa dan guru yang masih berada di sekolah. Suara kami menggema, suara tawa Tristan dan juga seruku memanggil namanya.

"BERHENTI LO ANJIR!"

"Lo berhenti, gue berhenti."

"Lo dulu."

"Lo."

"Lo."

'Brakk!'

Laki-laki itu terjatuh setelah kakinya tersandung tangga dan aku yang tidak sempat mengerem akhirnya juga ikut jatuh setelah menabraknya.

Tristan tersenyum simpul, sebuah senyum hangat dan entah kenapa wajahku perlahan juga terasa hangat. Jantungku berdetak cepat dan lidahku terasa kelu.

Apa ini?

"Aku suka kamu, Ay," katanya tanpa suara, masih dengan wajah yang sama. Matanya itu menatapku, matanya mengatakan lebih banyak kata dari yang diucapkan bibirnya.

Dia kemudian bangkit dari tempatnya. "Kamu enggak harus balas, atau jawab. Aku bilang gini, supaya aku enggak nyesel."

🌸🌸🌸

Hai!

Maaf baru up, dari kemaren mau up ga ke up huhu 😭

Jangan lupa tinggalkan jejak ya!

Baca Dear juga!

Terima kasih!

23 Juni 2020

Você leu todos os capítulos publicados.

⏰ Última atualização: Jun 23, 2020 ⏰

Adicione esta história à sua Biblioteca e seja notificado quando novos capítulos chegarem!

Read Your HeartOnde histórias criam vida. Descubra agora