16 : Bego

1.2K 226 5
                                    

Aku duduk di sebuah kursi yang tersedia bersama teman-teman satu kelompok dramaku. Kelompok demi kelompok dari kelas-kelas lain bergantian tampil di depan sana dan rasanya jantungku ini hendak meledak. Tristan menggenggam tanganku erat-erat. Sepertinya dia tahu aku sedang gugup.

Namaku Gayatri dan hari ini adalah pementasan drama untuk nilai UAS kami.

Singkatnya, drama kami berjalan dengan lancar. Bahkan Ghinna mendukungku dengan baik. Ya, demi nilai UAS, atau mungkin dia juga memang berbuat baik.

Kami semua bertepuk tangan setelah tiba di belakang panggung usai mementaskan drama kamu. Usaha kami berlatih bahkan ganti naskah kini terbayarkan dan semoga saja nilai kami tidak mengecewakan. Kami semua kemudian berpelukan menjadi satu seperti ketika sebuah klub sepakbola hendak memulai laga, sebelum akhirnya berpisah untuk berganti pakaian dan membersihkan make up.

Sekarang aku berada di ruang kelas. Membersihkan make up dengan susu pembersih di hadapan sebuah cermin portabel milik Gee yang sekarang sedang berganti pakaian.

"Ay, dia siapa?" tanya Tristan, tiba-tiba juga ambigu. Dia tiba-tiba saja datang di sampingku dan tiba-tiba saja bertanya. Membuatku menengok ke kanan dan ke kiri hingga ke belakang untuk mencari siapa yang ia maksud.

"Dia...siapa?"

Akhirnya aku menjawab pertanyaannya dengan pertanyaan.

"Ah iya, dia pacar lo."

Tristan menjawab pertanyaannya sendiri dan aku semakin bingung. Hingga akhirnya aku menatap ponselku yang menampilkan pop-up sebuah pesan WhatsApp. Sejak persiapan drama tadi hingga detik ini, ponselku dalam mode silent.

"Eh, sumpah ya, Tan. Dipta bukan pacar gue dan gue--"

"Bukan urusan Tristan juga kan?"

Ghinna menyela perkataanku.

"Ghin, jangan ganggu aku."

Ghinna meraih tangan Tristan dan menggenggamnya. "Tristan--"

"Ghinna, kita udah putus."

Setelahnya Tristan menarik tanganku dan keluar dari ruang kelas.

Tunggu.

Apa katanya tadi?

Putus?

PUTUS?!

TRISTAN DAN GHINNA PUTUS?!

Wajahku yang masih belepotan tak keruan itu sekarang tak lagi jadi hal yang penting. Rasa penasaranku ini jauh lebih penting sekarang.

"Eh, Tan, beneran lo putus? Maksudnya sekarang lo sama dia udah jadi mantan? Bukan lagi pacar?"

Tristan tak menjawab, dia justru mengacak rambutnya dan membelakangiku.

"Kenapa lo putus sama Ghinna?"

Tristan masih membelakangiku. Kali ini dia berkacak pinggang dan mendongak sejenak sebelum akhirnya memutar tubuhnya dan menatapku.

"Entah kapan gue lupa, gue lihat Ghinna chattingan sama Junaedi yang udah lulus itu. Singkatnya, Ghinna selingkuh."

Mulutku segera terkatup. Aku mengangguk-angguk samar.

Jadi, Ghinna selingkuh?

"Tapi gue juga enggak suci-suci amat, Ay."

Aku mengernyit. "Maksudnya?"

"Gue juga suka sama orang lain, tapi kayanya gue telat. Dia udah punya pacar."

"Gue enggak pacaran sama Dipta kok! Sumpah beneran!"

Ah, itu keluar begitu saja dari mulutku. Aku tidak tahu apa yang ku katakan tadi.

"Emang itu lo?"

Jleb.

Rasanya tubuhku yang sudah di atas awan itu dihempaskan begitu saja ke dasar bumi.

"Itu gue nyeplos doang kok, enggak usah ditanggepin," elakku, sambil menahan malu juga ngilu di sudut hatiku. "Aya emang bego."

Tristan justru terkekeh.

"Bener kok."

"Apanya?"

"Lo."

"Kenapa?"

"Bego."

🌸🌸🌸

Kalo updatenya jadi seminggu sekali gimana?

21 Februari 2019

Read Your HeartWhere stories live. Discover now