25 : Kontrak

1.1K 222 23
                                    

Sore itu, entah pukul berapa, aku berjalan-jalan di sepanjang trotoar yang ada di dekat rumahku. Jogging sore, selagi hari Jumat yang artinya besok aku tak perlu pergi ke kampus.

Bukan Aya, ini Dipta.

Aku akan bercerita sedikit, tentang kontrak-ku dengan Semesta.

Hari itu, aku duduk di salah satu bangku besi yang bertebaran di sepanjang trotoar. Meminum air dari botol minum yang kubawa sembari mengamati sekitar.

Tentang anak kecil yang sedang berjalan dengan lucunya. Menyusuri langkahnya yang sepertinya belum mencapai seratus langkah.

Tentang anak-anak sekolah yang masih berseragam yang baru saja pulang dari tempat les mereka.

Tentanh seorang gadis yanh berdiri di dekat tukang cilor di seberang jalan dengan seragam SMA bersama seorang teman laki-lakinya.

Mungkin kekasihnya.

Entah.

Tapi mataku itu tak mau berpaling darinya.

"Kamu kenal dia?"

Tanpa sadar seorang wanita duduk di sampingku. Berpakaian serba merah gaya victorian sederhana dengan topi bulu warna senada yang menutupi sebagian wajahnya. Hanya sebagian hidung hingga dagunya yang bisa kulihat.

Gaya yang cukup nyentrik untuk dipakai di era ini. Apalagi di trotoar seperti ini.

"Siapa?" tanyaku, karena banyak orang di sini.

"Aya," jawabnya. "Gayatri Ajinegara. Anak Aluna dan Sekala."

"Ah, namanya Gayatri."

Dia tersenyum. "Bukan kenal, tapi ternyata kamu tertarik."

Kutatap dia, ingin kulihat wajahnya, sayangnya dia memalingkan wajah dan membuatku hanya bisa melihat topi besarnya.

"Enggak."

"Saya bisa buat dia jadi milik kamu," ujarnya, membuatku pertanyaan-pertanyaan yang membuatku mati penasaran segera muncul terhadap wanita aneh ini. "Cantik kan?"

"Hah?"

Dia tak menggubris. "Cukup jaga dia. Awasi dia. Bantu dia. Jangan lakukan apapun yang membuatnya curiga. Jangan tunjukkan jika kamu tertarik padanya."

Aku mengernyit. Wanita ini semakin tidak jelas.

Dia tersenyum lagi dan beberapa saat kemudian telingaku mendengar banyak sekali suara walaupun kulihat sekeliling tak ada yang bicara.

'Tristan, walaupun bertepuk sebelah tangan, gue enggak nyesel suka sama lo.'

Suara itu yang paling kuingat. Suara itu yang paling jelas. Suara yang membuatku segera tertuju pada gadis itu lagi karena kini, hanya dia yang berwarna dan dunia hanyalah hitam dan putih semata.

"Itu kemampuan kamu. Kamu bisa dengar suara hati siapa saja, terutama Aya."

"Dia suka sama orang lain."

"Kamu juga harus bantu dia untuk mendapatkan Tristan."

"Hanya bantu dia," gumamku pelan.

"Dengan siapa dia sekarang, siapa yang dia sukai, itu tak berarti apapun. Karena jika kamu setuju, dia pasti akan menjadi milikmu. Tunggu saja, saat usianya 25 tahun."

"Sekarang dia masih sekitar 16-18 tahun."

"Menunggu sebentar, tidak apa-apa kan?"

Aku hanya berdiam diri sejenak. Wanita ini sangat aneh, dan entah kenapa tubuhku juga bereaksi aneh.

"Jadi, kamu bersedia?"

"Ya."

🌸🌸🌸

Komen yang banyak ya! ^^

23 April 2019

Read Your HeartWhere stories live. Discover now