30 : Tristan

1K 202 15
                                    

Akhir-akhir ini, aku sering bermimpi aneh. Mungkin karena aku belum terbiasa dengan suasana di negara sub-tropis, apalagi ini sedang peralihan dari musim panas ke musim gugur.

Hai, ini Tristan.

Sekarang aku sedang mencoba tidur hingga tak lama kemudian mulai terlelap.

Dia lagi.

Lagi-lagi aku bertemu dengan seorang wanita berpakaian serba merah dengan gaya victorian. Tapi kali ini dia tidak sendiri, ada seorang anak laki-laki sekitaran anak SMP yang berdiri tepat di sampingnya.

"Anda muncul lagi," kataku sembari menatap wanita yang tak pernah menunjukkan wajahnya itu.

"Saya tidak pernah datang tanpa tujuan," ujarnya, lalu tak lama berselang sebuah senyum mengembang di bibir merahnya.

"Lalu apa tujuan Anda?"

Dia berjalan mendekat bersama anak laki-laki yang tampak tak asing bagiku. "Kamu tau dia siapa?" tanyanya seraya menyentuh bahu anak laki-laki itu.

Aku mengernyit lalu menggeleng pelan.

"Dia Gilang." Dia kembali tersenyum. "Kembaran Gayatri."

Mataku segera melebar. "Gilang? Sejak kapan kembaran Aya jadi sekecil ini? Aya aja udah kuliah."

"Sejak dia buat perjanjian dengan saya?"

Entah pertanyaan atau pernyataan, aku sendiri tidak tau maksudnya. Wanita itu kemudian berjalan mendekatiku. Memutari tubuhku dan membuatku bergidik ngeri apalagi parfumnya yang begitu wangi.

"Gilang ingin mengulang semuanya dari awal. Jadi dia memulai kembali di waktu saat pertama kali dia bertemu dengan Lisa."

"Lalu apa hubungannya dengan saya?"

Dia berhenti memutariku, lalu menepuk bahu anak laki-laki itu dan bocah yang katanya Gilang itu menghilang dari sana.

"Apa kamu juga mau?"

Dia tersenyum. Licik.

"Untuk apa?"

"Untuk Gayatri Ajinegara."

Aku tercenung, sementara dia tertawa pelan.

"Saya tau semuanya. Bahkan saya tau apa yang kamu tidak tau."

"Kalau saya mau, apa Aya bisa jadi milik saya?"

Jujur saja, terjebak dengan Ghinna membuatku jadi tidak berdaya.

"Tentu saja," jawabnya mantap. "Tapi versimu akan sedikit lebih berbeda dengan Gilang."

Dia kemudian mengulurkan tangannya. "Apa kamu setuju?"

Aku menatap tangannya sejenak. Perjanjian yang cukup aneh dan membingungkan tapi juga menggiurkan.

"Lima..."

"Empat..."

"Tiga..."

"Dua..."

"Saya setuju!" ucapku dengan lantang seraya meraih tangannya.

Dia kemudian tersenyum. "Jika Gayatri tau, semuanya akan kembali seperti semula. Saya juga punya perjanjian dengan orang lain yang rela saya korbankan demi kamu."

"Kenapa Anda mengorbankan orang lain untuk saya?"

"Karena mempermainkan manusia lebih menyenangkan."

Tak lama kemudian aku terbangun di sebuah kamar yang terasa begitu asing, juga aneh.

Aku menatap sekeliling.

Ini bukan ruanganku.

Lalu tak lama berselang sebuah suara berbisik pelan,

"Sekarang, kamu bukanlah Tristan."

Aku hanya bergeming menatap cermin yang ada di hadapanku.

🌸🌸🌸

See you setelah lebaran!

1 Juni 2019

Read Your HeartWhere stories live. Discover now