15 : How We Get Apart

1.2K 205 4
                                    

"Huaa! Badan gue rasanya remuk habis push up sepuluh kali!"

Seruan Gee itu menggema di sepanjang selasar. Dia memegang pinggangnya lalu melakukan peregangan sejenak.

"Katanya seneng tadi kakak bantaranya ganteng," godaku sembari melirik Gee dan tersenyum jahil. Membuat gadis itu tersenyum malu-malu seraya mengusap tengkuknya.

"Dasar, Geovani!" timpal Ghinna seraya tertawa kecil.

Namaku Gayatri dan sekarang aku sedang berjalan di sepanjang selasar sekolah bersama Gee dan Ghinna.

Kami baru saja pulang dari kegiatan pramuka. Siswa kelas X lain sudah pulang, sementara para kakak kelas kami masih berkumpul di lapangan untuk evaluasi.

Aku berjalan di tengah dengan Gee di sebelah kanan dan Ghinna di sebelah kiriku.

Sepanjang tiga bulan terakhir ini, hubungan kami berjalan baik-baik saja, bahkan kami memiliki grup di WhatsApp yang isinya hanya kami bertiga.

"Eh, Ghin, gue denger dari anak yang satu SMP sama lo, pacar lo juga sekolah di sini," ujar Gee tiba-tiba yang membuatku dan dirinya menatap Ghinna penasaran.

Ghinna hanya tersenyum malu-malu. "Cuma ada tujuh orang anak SMP gue yang masuk ke sini termasuk kakak kelas."

"Bentar-bentar..." selaku, lalu mulai mengingat-ingat orang-orang yang satu SMP dengan Ghinna. "Kak Yovie, Kak Nino, Kak Junaedi--"

"It's just Juna, okay?" potong Gee yang tak terima nama kakak kelas itu kutambahi sesuka hati.

Aku terkekeh pelan. "Iya tau dia ganteng. Iya tau yang tadi diajarin pionering."

"Apaan sih," Gee tersipu malu.

"Ghinna, Widya, Tristan, Karmen."

Ghinna hanya tersenyum penuh arti.

"Dari empat cowok di atas, yang mana pacar lo?" tanyaku penasaran, tapi Ghinna hanya tersenyum saja.

"Jangan bilang Kak Juna?" Raut wajah Gee berubah kecewa, untungnya Ghinna menggeleng.

"Oke, dari tiga cowok tadi, yang mana pacar lo?" tanyaku lagi, mengurangi kandidat cowok yang ada di sana, tapi Ghinna masih diam.

"Gue tanya Karmen juga nih," celetuk Gee yang lama-lama gemas juga itu.

Ghinna terkekeh. "Eh, Aya, katanya lo juga lagi naksir cowok."

Ghinna memgalihkan pembicaraan dan sialnya, Gee dengan cepat teralihkan.

"Apaan sih? Enggak!"

Aku yakin wajahku sudah mulai memerah sekarang.

"Ayolah masa lo diem-diem aja," goda Gee gemas.

"Iya ih enggak seru," tambah Ghinna sebagai kompor. Ralat, katalis mungkin lebih tepat. Dia juga masih tersenyum jahil.

"Ayolah, Aya."

"Ayo ngomong dong."

"Nanti kalo lo ngaku, Ghinna kasih tahu siapa pacarnya."

"Nanti kalo lo ngaku, Gee minta nomornya Kak Juna."

Aku memejamkan mataku sejenak. Itu terdengar menggiurkan. "Beneran?"

Mereka berdua mengangguk kompak.

"Gue..."

Ghinna dan Gee mendekat ke arahku.

"Gue...."

Mereka berdua semakin dekat dan tampak antusias.

"Gue suka...."

Aku yakin, mereka berdua semakin gemas.

"Gue suka sama Tristan."

"Tristan anak kelas kita itu?" Gee bertanya memastikan.

Aku mengangguk.

"Udah gue duga lo suka sama dia!"

"Hsst! Jangan kenceng-kenceng!"

Gee berseru antusias, sementara tatapan Ghinna berubah menjadi kosong setelahnya. "Tristan?"

"Kayaknya dia juga suka sama lo deh, Ya," ujar Gee sambil menyenggol-nyenggol bahuku. Dia terus menggodaku.

"Aya..."

Ghinna akhirnya berucap, tapi entah kenapa air wajahnya berbeda seratus delapan puluh derajat.

"Kenapa, Ghin?"

"Dia pacar gue."

Detik itu juga, aku dan Gee membeku di tempat.

Saat itu juga, Ghinna menjadikanku musuh dalam diamnya.

🌸🌸🌸

Gimana perasaan kalian kalo ternyata orang yang kalian suka udah punya pacar dan pacarnya itu sahabat kalian sendiri?

Atau

Gimana perasaan kalian kalo ternyata temen kalian suka sama pacar kalian?

19 Februari 2019

🌸🌸🌸

Read Your HeartTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon