71 : Salah Paham

20.3K 2.5K 715
                                    

bosen ngga up lagi?:(

Setelah selesai dengan Taeyong, aku bergegas menuju kamar Mark untuk memberi lelaki itu pengertian sekaligus mengobati luka–luka di wajahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah selesai dengan Taeyong, aku bergegas menuju kamar Mark untuk memberi lelaki itu pengertian sekaligus mengobati luka–luka di wajahnya. Aku mengetuk beberapa kali, tapi nggak ada balasan dari Mark.

"Mark?" panggilku, "aku masuk ya?"

"Masuk aja kalau bisa," balas Mark dari dalam sana, "dikunci."

Aku menghela nafas. Memang nggak tepat berbicara dengan orang yang sedang emosi, tapi jika dibiarkan pun itu tambah nggak baik. Aku takut Mark malah berpikiran lebih buruk dan jadinya malah bermusuhan dengan Taeyong.

"Bukain makanya," ucapku lagi.

"Aku nggak mau kalau ada Bang Taeyong," ucap Mark yang suaranya terdengar dekat. Dia ada di belakang pintu. "Kalau Kak Jian sendiri, aku bukain."

"Sendiri, kok. Taeyong di kamar."

Detik berikutnya, pintu terbuka dan menampilkan Mark yang sudah mengganti pakaiannya. Lelaki itu berjalan kembalu, lalu duduk di atas tempat tidurnya.

"Tutup pintunya."

Aku mengikuti arahan Mark, lalu duduk di sebelah lelaki itu sambil membuka kotak P3K. Pelan–pelan, Jian.

"Udah nggak apa–apa perutnya?" tanya Mark tiba–tiba yang nyaris membuatku tertawa mengingat akting menggelikan aku saat itu.

"Itu bohongan, kok," ucapku, "biar kamu sama Taeyong nggak berantem lagi."

Mark menoleh ke arahku dengan wajah yang benar–benar menyebalkan. Raut ketidakpercayaan yang Mark suguhkan benar–benar membuat orang ingin memukul wajahnya. Itu raut yang berlebihan, astaga.

"B–bohongan?" tanya Mark, "sumpah ya ibu hamil gabut apa gimana sih bikin orang–orang jadi panik!"

Aku tertawa. "Ya habisnya, aku teriakin buat berhenti malah tetep aja baku hantam."

Mark menghela nafas. "Bang Taeyong, tuh! Mukulnya kayak kesetanan, sshhh—gila ini perih banget." Lelaki itu mengusap pelan ujung bibirnya. "Salahin aja Bang Taeyong. Aku cuma ngeladenin karena nggak mungkin terus diem nunggu dia berhenti. Muka aku hancur kali," cerocosnya.

"Jadi, gimana ceritanya kamu mukulin anak orang sampai masuk rumah sakit?"

Mark lagi–lagi menghela nafas. "Dia ngelecehin temen cewek aku," ucap Mark, "ya mana ada aku diem? Aku langsung hajar, dianya bales hajar. Ya udah, hajar–hajaran lah kita. Tapi aku salah juga, dia udah tumbang tapi masih aku pukulin. Aku nggak suka cara dia ngerendahin cewek aku! Jadi kebawa emosi."

"Pacar kamu?" tanyaku, yang lebih tertarik saat Mark bilang 'cewek aku'.

Mark menggeleng. "Belum."

"Terus, gimana?"

"Aku ketauan sama dosen, langsung diseret ke ruang komite. Aku ditanyain ini itu, tapi mereka lebih percaya penjelasan si penjahat kelamin. Yah, biasa—punya orang dalem. Bang Taeyong sampe dipanggil dan aku diancam bakal drop out. Padahal, drop out aja lah sekalian, jijik banget gue!"

[2] Marriage | Lee Taeyong ✔️  [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang