47 : Evidently...

16.2K 2.7K 727
                                    

Ramein kuy, hehe!

✨✨✨

Mark

Mark |
Ponsel Renjun ketinggalan |
Bisa ke rumah ga? |
Bawain:' |
Kalian mau nongkrong kan? |
Ke rumah dlu yaaa!!! |
Kasian Renjun |
Mksey hh |

|K!
| Otw

Jian menghela nafas lega. Sambil menunggu Mark datang, Jian melanjutkan kegiatannya yang sempat tertunda.

Sekitar setengah jam kemudian, pintu rumahnya diketuk seseorang. Jian yang tadinya setengah terlarut itu beranjak dari sofa dan membukakan pintu dan—

terlihat Mark.

Sorry, Mark, titip sama Renjun, ya.”

Mark mengangguk kecil, namun terlihat kaku. Wajah pria itu pun teelihat tidak nyaman, berbeda 180 serajat dengan kelakuannya tadi saat di mall. Jian yang awalnya masih berdiri di dalam rumah, melangkahkan kakinya mendekati Mark untuk mencari tahu apa yang terjadi dengan anak yang satu ini. Dan tanpa waktu yang lama, Jian langsung mengetahui penyebab mengapa Mark terlihat sekaku dan setegang ini padahal dirinya hanya menyuruh Mark mengantarkan ponsel milik Renjun ke basecamp mereka.

“G–gue, duluan y–ya.”

Jian diam tak berkutik, sementara Mark benar–benar pergi meninggalkan mereka. Ya, mereka berdua.

Gadis itu tersenyum kecil, seraya menatap seseorang di depannya.

“Om..”

Jika berbohong merupakan sebesar–besarnya dosa yang pernah Jian lakukan, maka saat ini gadis itu benar–benar ingin berkata jujur. Dirinya rindu pria ini.

Jian rindu Taeyong.

✨✨✨

“Mark!” teriakan Taeyong tidak digubris oleh Mark. Mark masih asik menyantap makanannya di dapur tanpa mengindahkan teriakan Taeyong yang merasa terusik mendengar notif masuk dari ponsel Mark. Mark memang begitu, merupakan kebiasannya menyalakan bunyi untuk notifikasi bahkan pria itu menyalakan bunyi tombol saat dipencet. Kata Mark, supaya pesan–pesan masuk bisa langsung diketahui oleh Mark dan Mark bisa langsung membacanya.

Tapi buktinya, bahkan saat notif masuk ke ponselnya berbunyi sederas air, Mark merasa masa bodoh dan fokus menyantap makan malamnya.

“Mark gue banting nih ponsel lo!” teriak Taeyong yang sudah muak mendengar bunyi “ting! ting!” dari ponsel Mark.

“Nanti gue beli ponsel baru!” terdengar timpalan Mark dari dapur sana.

Taeyong berdehem kecil, meredam emosi yang sesungguhnya sudah siap mencabik–cabik Mark. Tapi karena Taeyong lebih mementingkan tugas–tugasnya yang belum terselesaikan daripada moodnya hancut karena memarahi Mark, maka Taeyong memilih bersabar, untuk kali ini saja. Pria itu mengambil ponsel milik Mark, membuka kunci ponsel Mark dengan pin 4-4-4-4 dengan mudahnya dan mengecek seluruh pesan yang masuk.

Terlihat hampir menyentuh angka 500 pesan masuk dari grup bernama ‘Foreign Swagger or Die’ yang beranggotakan empat orang. Dan satu nama yang membuat atensi Taeyong teralihkan. Tertulis disana, Kak Jian.

[2] Marriage | Lee Taeyong ✔️  [end]Where stories live. Discover now