65 : The Result

19.7K 2.4K 114
                                    

Semakin hari sidersnya makin banyak.
Tolong hargai ya, setidaknya pencet bintang atau meninggalkan komentar. Terima kasih. Happy reading!♡

✨✨✨

"Kamu... hamil?"

Aku terdiam. Aku pun ragu. Entah ini kebetulan kalau aku hanya terlambat datang bulan atau terlambat karena usaha aku dan Taeyong berhasil. Jantungku berdegup kencang, dua kali lebih cepat dari biasanya. Antara bahagia mengetahui fakta bahwa sebentar lagi aku akan jadi seorang ibu atau kecewa menerima kenyataan bahwa yang kuasumsikan tadi salah.

"Tolong beliin tespack—ah, jangan, kamu baru pulang," ucapku, mengingat Taeyong baru saja tiba. "Aku suruh Renjun aja."

Taeyong menggeleng kuat. "Aku aja!" Ucapnya. Pria itu langsung beranjak dari kasur dan dengan terburu–buru keluar dari kamar. Aku menyusul dan saat aku tiba di ruang tengah hanya ada Mark dan Renjun yang sama–sama menatap ke arah pintu yang terbuka.

"Taeyong udah pergi?" Tanyaku.

Mark mengangguk, kemudian Renjun menimpali. "Tadi perginya lari–lari, kenapa ce?"

Aku menggeleng. "Pake motor?" Aku bertanya lagi dan dijawab anggukan kepala oleh keduanya.

"Kenapa sih ini?" Tanya Mark. "Deg–degan nih! Kalian marahan? Bang Taeyong perginya nggak nyantai gitu."

"Iya," Renjun terlihat setuju dengan Mark. "Cece juga keliatan habis nangis. Kenapa?Ada apa?"

Aku menggeleng. Sepertinya lebih baik jika menunggu hasilnya dulu daripada malah memberi harapan palsu jika aku salah tentang kehamilanku. Karena terlalu banyak pertanyaan yang keluar dari mulut Mark dan Renjun aku memutuskan untuk kembali ke dalam kamar, menunggu Taeyong dengan tenang.

Dan sekitar sepuluh menit kemudian, suara motor yang memasuki rumah kami terdengar. Aku beranjak dari tempatku duduk dan berinisiatif menyusul Taeyong ke depan. Tapi saat aku hendak membuka pintu, Taeyong sudah ada di depan. Sumpah, dia sampai lari–lari begitu. Aku jadi terharu.

"Sorry," ucapnya. "Lama ya?"

Aku menggeleng. "Cepet, kok. Kamu jangan ngebut–ngebut, aku takut kamunya yang kenapa–napa."

Dia tersenyum seraya menggelengkan kepala. "Whatever I do, selagi itu buat kamu." Pria itu sedikit mendorongku masuk dan menutup pintu. Dia sepertinya sadar kalau di belakang sana ada Mark dan Renjun yang mengintip. "Mau coba sekarang?"

Aku mengangguk.

Aku masuk ke dalam kamar mandi, sementara itu Taeyong menunggu tepat di luarnya. Sungguh, aku gugup sekali. Dan bagaimanapun hasilnya, aku nggak boleh kecewa. Toh, kalaupun kali ini negatif maka aku dan Taeyong bisa kembali berusaha. Aku melakukan semua yang tertulis pada kertas tata cara pemakaian, nggak satu langkah pun aku lewatkan agar hasilnya benar–benar akurat. Dan setelah menunggu selama beberapa menit, hasilnya perlahan mulai terlihat. Aku nyaris membelalak melihat garis yang muncul dari testpack.

Tanpa mengulur waktu, aku kembali menemui Taeyong. Pria itu menatapku dengan sorot teduh yang penuh harap. Aku menghela nafas, sebelum akhirnya menghambur mendekap Taeyong erat, pria itu bahkan sampai terhuyung ke belakang.

"Gimana, Ji?"

Aku melepas pelukanku seraya menatap Taeyong dengan mata yang berkaca–kaca. Sungguh rasanya aku bersalah sekali menyampaikan hasil yang nggak sesuai dengan kemauan kami. Ya, aku—aku menggelengkan kepala, membuat pria itu kelihatan bingung karena jawabanku yang gantung.

[2] Marriage | Lee Taeyong ✔️  [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang