60 : Honeymoon (2)

29.9K 2.8K 272
                                    

Ayoo diramaikan biar rajin up hehe!
Janlup vote dan komen biar double up🤪
Oiya, terusntuk siders, sesukit itu memencet bintang?:"

⚠️Awas jadi ga waras!⚠️

✨✨✨

"Jiiiaan!"

Aku sedikit terlonjak, mendengar panggilan dari Taeyong. Segera, aku bergegas menuju kamar untuk melihat sosok yang memanggilku. Terlihat Taeyong, duduk di pinggiran ranjang dengan rambut yang terlihat kacau. Wajahnya sedikit pucat, pria itu kelihatan lemas sekali. Aku menghampirinya, duduk di sebelahnya lalu menatap pria itu dengan bingung. "Kenapa?" Tanyaku. "Kamu sakit?"

Dia menggeleng, lantas memelukku sampai aku terhuyung ke belakang. "Mhh, terus kenapaa?" Tanyaku sekali lagi.

Taeyong nggak menjawab, dia menengelamkan kepalanya di cerukan leherku. Tapi setelah beberapa saat hening, dia menjawab. "Kepala aku sakit," ujarnya parau.

Aku menjauhkan tubuhku, lalu menaruh punggung tanganku di dahinya untuk mengecek suhu tubuh pria itu. Tapi sama sekali tidak panas. Aku menatapnya lagi. "Salah posisi tidur ya, tadi di pesawat?"

Taeyong mengerdikkan bahu, lalu mengubah posisinya menjadi duduk.

Ya, matahari sudah hampir tenggelam dan Taeyong beberapa waktu lalu baru saja bangun tidur. Sejak sampai di hotel, Taeyong terus mengeluh mengantuk dan kubiarkan dia tertidur. Dan hebatnya, dia tertidur sangat lama. Ya, aku maklum sih karena tidur di pesawat sangatlah tidak enak.

"Kamu belum makan," ucapku. "Makan dulu, ya?"

"Emang ada makanan?"

Aku mendelik. "Ya ada lah!" Aku beranjak, kemudian mengukurkan tangan untuk membantu Taeyong berdiri. "Ayo, makan dulu biar sehat."

Taeyong mengangguk, lalu bergegas mengikutiku.

Entah pikiranku saja, atau memang begitu kenyataannya, Taeyong kali ini terlihat semakin manja. Sebagai contoh, saat dia mau tidur setelah kami sampai di hotel, dia merengek ingin ditemani. Lalu, dia terlalu banyak memelukku. Dia juga terus menempeliku, seperti saat ini contohnya. Aku hendak memanaskan makanan dari hotel dan aku menyuruhnya menunggu. Tapi pria itu tetap ikut bersamaku, sambil menggandeng tanganku seperti anak hilang.

"Tungguin aja di sana," pintaku. "Sebentar  kok!"

"Nggak," jawabnya.

Aku mengalah, membiarkan Taeyong berbuat seperti keinginannya. Tapi tak berselang lama, pria itu berubah pikiran dan pergi ke ruang tengah untuk menungguku. Dasar, labil ya.

Setelah selesai memanaskan makanan, aku menuju ruang tengah. Biasanya aku terperanjat, tapi kali ini rasanya seperti sudah biasa melihat Taeyong yang berbaring sambil memainkan ponselnya dengan keadaan bertelanjang dada. Entah apa motif pria itu membuka bajunya di sini. Menggodaku?

"Ish," aku menghampirinya. "Ngapain buka–bukaan?"

Taeyong merubah posisinya menjadi duduk, lalu mendekat ke arahku. "Gerah," jawabnya. Pria itu mulai menyantap makanan yang kusodorkan, dia makan dengan lahap.

Aku menatap Taeyong cukup lama. Jadi begini ya, akhir perjalanan aku mencari pasangan. Aku menemukan satu yang menurutku sangat sempurna. Taeyong orang yang baik, perhatian, walau sedikit galak dan pernah selingkuh. Tapi bagiku masalah kelam kami dulu itu bukan apa–apa, selama dia tetap begini dan tidak berubah. Menyayangiku dan tetap menginginkan aku.

Aku masih ingat, bagaimana pertama kali kami bertemu. Saat Renjun hilang, bukan? Kalau saat itu Renjun tidak kabur dari rumah, aku mana mungkin bertemu Taeyong. Bukan berarti aku bersyukur saat itu, tapi kurasa semua sudah digariskan dalam takdir. Kesan pertama, dia terlihat menyeramkan dan aura galaknya sangat amat terpancar. Lihat saja wajahnya waktu itu, ada codet di alisnya. Entah itu sengaja atau mungkin tergores pisau cukur saat mencukur kumis. Entahlah.

[2] Marriage | Lee Taeyong ✔️  [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang