37 : Urgent!

15.6K 2.5K 924
                                    

[N/B : Mohon untuk dibaca dulu⚠️
Jadi aku membicarakan sesuatu yeorobun. Soal Kim Jennie a.k.a Jennie Blackpink yang aku sisipkan namanya di ff ini. Aku cuma pinjam namanya, nggak bermaksud untuk menjelek2an dia disini karena memang perannya disini kurang mengenakkan. Aku sama sekali nggak bermaksud seperti itu, apalagi membuat kalian menjadi haters dadakan seorang Kim Jennie. Jadi yeorobun, jika ada sebagian dari kalian ada yang nggak suka Jennie terlebih perannya disini jangan menjudge dia dengan kata2 kurang pantas atau kasar.  Karena pada dasarnya ini nggak nyata dan cuma khayalan liar aku sebagai penulis. Tolong saling menghargai aja, ya. Terima kasih dan selamat membaca!]

Jangan lupa schroll bawah lg,
om tiway double up lho!





✨✨✨

Taeyong mengetuk pintu di hadapannya beberapa kali. Sambil menunggu pintu dibukakan, pria itu merapikan jas semi formal yang dikenakan. Tak lama, pintu dibukakan dari dalam dan nampaklah seseorang. Taeyong tersenyum, kemudian memeluk gadisnya.

“Udah?” tanya Taeyong.

Kim Jennie, gadis itu mengangguk. “Udah. Yuk, biar pulangnya nggak terlalu larut.”

Taeyong memutar bola matanya malas. “Baru jam tiga sore, Jen.”

“Ya siapa tau mau jalan–jalan?” tanya Jennie. Gadis itu melingkarkan lengannya pada Taeyong. “Hari ini kan kamu ulang tahun. Mau apa aja, aku yang bayar hari ini!”

Taeyong tertawa kecil sembari mengacak rambut gadisnya. “Bener ya. Aku jamin besok kamu mendadak miskin kalau mau bayar semua.”

Jennie ikut tertawa. Gadis itu tidak menggubris lagi dan masuk ke dalam mobil. Taeyong menyusul masuk ke dalam mobil, kemudian mobil yang mereka tunggangi melesat membelah jalanan.

“Sekarang mau kemana?” tanya Jennie.

“Kemana aja,” jawab Taeyong. Pandangannya tetap lurus ke depan. “Kan terserah aku?”

Jennie mengangguk. “Ya tapi kasih tau dulu kita kemana. Jangan kayak penculik gitu, dong, Yong!”

Taeyong yang awalnya hanya memasang raut datar kini tertawa. Pria itu kemudian menolehkan kepalanya menatap Jennie yang mencebik kesal. “Jangan marah,” ujar Taeyong. “Kita makan dulu, biar berenergi. Terus main kemana aja. Sampai dini hari pun nggak masalah.”

Jennie tertawa lagi. “Halah, sok–sokannya sampai dini hari. Satu jam aja kamu pasti minta pulang.” Jennie tersenyum, menatap Taeyong yang masih fokus ke jalanan. “Kamu kayaknya nggak betah lama–lama deh sama aku?”

Taeyong melirik Jennie. “Kata siapa?”

“Ya bukan kata siapa–siapa,” gadis itu mengedikkan bahu. “Tapi dari kencan petama kita yang cuma setengah jam, terus di kantor kamu kayak ngehindar terus, atau dimanapun itu, waktu untuk kita cuma sebentar, kan? Aku bisa hitung satu jam pun nggak, Yong.”

Taeyong terdiam.

“Kamu bohong ya soal perasaan kamu waktu itu?” pembicaraan Jennie terlalu sensitif sehingga membuat Taeyong menekan pedal rem dengan spontan. “Apa ini gara–gara mantan kamu itu?”

Taeyong menepikan mobilnya ke sisi jalan, kemudian menatap Jennie. “Jen, please..

“Apa?”

Taeyong mengusap wajahnya kasar, kemudian menarik lengan Jennie agar tubuh mereka bersentuhan. “I love you,” ujarnya. “Aku nggak bohong. Kamu kenapa sih susah banget percaya?”

[2] Marriage | Lee Taeyong ✔️  [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang