32

226 23 0
                                    



"enak tidak?" Tanyanya membuat Gadis dihadapannya mengangguk antusias.

"Eoh. Tentu saja enak"

Lantas Jin tersenyum mendengarnya. Merasa bangga telah memilih restoran yang pas dengan citarasa sang kekasih. Ah, memang ada rasa kepuasan sendiri di benaknya yang tidak mungkin Ia sampaikan terang-terangan pada Yara. Bisa-bisa Ia dianggap gila.

"Baguslah kalau Kau suka"

Tepat setelah Jin berucap, Yara menghentikan kegiatan makannya, pun menaruh sepasang alat makan itu di sebelah mangkuknya.

"Kenapa berhenti?"

"hmm.. Sebenarnya Aku lebih menyukai masakan rumahan daripada harus membuang uang untuk makan diluar seperti ini,"

Lantas Jin mengeluarkan semringah kecil, bersamaan Mulut kembali mengunyah makanan yang sudah tercerna dengan baik dalam cairan salivanya. Memilih menulikan rungu, berpura-pura tidak ingat apa yang baru saja Yara lontarkan padanya. Seolah ada lima ribu ton beban jatuh diatas kepalanya saat ini juga. Ahh, baru saja Jin membanggakan diri, tetapi sepertinya realita tak menginginkan rasa bangga itu bertahan lama.

"Sudahlah, tidak setiap hari. Anggap saja ini hadiah hari jadi kita" Jawab Jin pun jemari gagah masih asik menyendok satu sampai dua suap nasi dari mangkuknya.

"Hoel! Hadiah katanya" Gumamnya kecil sembari sebelah tangan kembali mengambil sumpit yang bertengger rapih disana.

"Kau mau apa? Biar Aku belikan"

"Aniyo. Aku hanya bercanda, Kau sudah cukup untukku"

Tepat setelah ranum tipis itu berucap, Suara batuk dari mulut Jin terdengar bising menginvasi rungu, seraya sebelah jemari kekar memukul-mukul pelan dadanya yang sedikit tersedak makanan.

"Ckckck, Mangkanya kalau makan hati-hati. Nih minum" Celoteh gadis itu bersamaan memberikan segelas air mineral pada Jin yang sudah memerah akibat tersedak beberapa makanan yang belum tercerna dengan baik dalam lambungnya.

Astaga, yang benar saja Ra. Bukankah itu sebuah serangan mendadak yang sukses membuat Jin terkejut? lihat saja Dia sampai tersedak seperti itu. Memang kejutan Yara selalu membuat Jin menggeleng-geleng. Tetapi tetap saja Pria itu senang. Bahkan seumur-umur Ia tidak pernah bertemu gadis yang menggoda seperti Yara.

Tidak, disini Jin tidak membahas tentang tubuh. Lebih tepatnya kearah tingkah laku. Kendati besi adalah Yara, dan Jin adalah magnetnya. Tanpa perlu disuruh pun Jin sudah tertarik lebih dulu.

"Besok Kau sibuk tidak?" tanya gadis itu tepat setelah suara hentakan gelas pada nakas terdengar memenuhi rungu.

Laksana obat pengar bagi pemabuk, air mineral sukses membuat Jin lepas dari acara tersedaknya tadi. Setidaknya Ia bisa merasa lebih lega setelah meneguk satu sampai dua tegukan air mineral. 

"Hmm.. Besok pagi Aku ada rapat dengam PD Nim dan siangnya Aku ada latihan. Lalu Sore.. Aku kosong. Memang kenapa?"

"Baiklah.. Kalau seperti itu, Aku ingin Kau masak untukku"

Tentu saja perkataan Yara barusan sukses membuat birai tebal Pria Kim itu menganga olehnya. Tetapi, tunggu sebentar. Apa yang ada di dalam pikiran Yara? Lantaran, terlalu random pikirnya. Bahkan tidak ada angin, pun tidak ada hujan. Tetapi Jin juga tidak menolak. Ah, siapa yang bisa menolak permintaan Yara sekarang?

"Ah, nanti Aku repot jika Kau ketagihan masakanku. Bisa-bisa Aku bolak-balik kerumahmu hanya untuk memasakanmu makanan."

"Memangnya pasti enak?"

3 TIMES || KSJ ✅Where stories live. Discover now