29

239 23 0
                                    



Suara sibakan pintu terdengar memenuhi rungu tepat ketika gadis Kim itu berniat bergegas ke kampus menimba ilmu guna memperbaruhi otak yang sudah berdebu disana. Justru Yara bingung bukan main lantaran presensinya mendapati pria berbalut thom browne putih berdiri tegap di ambang pintu dengan sebelah tangan melekat mesra pada saku celana.

"Kau ngapain disini?" tanyanya sebelum mengintruksikan Jin masuk ke dalam.

Ah, waktu memang bergulir secepat itu lantaran dua hari telah berlalu sejak dirinya dan Jein menonton konser terakhir BTS untuk tour tahun ini. Kenangan menyenangkan nan indah yang akan sulit sekali terhapus dari simpanan syaraf otak mereka.

"Tentu Aku mau mengantarmu ke kampus menggunakan kuda putihku"

Memang ya, pria bermasker pun bertopi hitam itu selalu sukses mengundang tarikan sebelah alis Yara lantaran 'kuda putih' yang menjadi pusat kata kalimatnya. Ah, mungkin saat usia belia Jin sering diberi asupan dongeng oleh sang ibu lantaran Jin sering sekali menyinggung kisah-kisah fiksi balita.

"Jangan bilang Kau membawa kuda putih sungguhan?"

Lantas Jin menghela nafaas mendengarnya, "Yang benar saja Ra, Maksud dari kuda putih itu mobil. Bodoh!"

"Lagipula Aku hanya bercanda. Aku tidak sebodoh itu juga"

Ya tidak mungkin juga Yara sebodoh itu menghadapi gombalan Jin yang menandingi gula. Terlalu kiasan menurutnya, pun terlalu jadul lantaran kuda putih yang menjadi perantara. Tidak bisakah Dia menggunakan kata yang normal-normal saja?

"Tunggu sebentar, jangan bilang kuda putih yang Kau maksud aventador biru mu yang waktu itu?"

Bukannya menjawab, malah pria Kim itu hanya mesam-mesem basi. Baiklah, Yara menganggap itu adalah jawaban positif dari pertanyaannya barusan.

"Tidak tidak. Aku tidak mau" Bersamaan Yara memutar tubuh berniat kembali masuk pun menutup pintu kasar, mengusir Jin tanpa mengutarakan sepatah dua kata jika saja jemari kekar Jin tidak mencekal lengan Yara cergas.

"Ayolah, Aku tidak mau menjadi pusat perhatian di kampus ku karena keluar dari mobil mewah" Rengeknya bersamaan memasang paras memohon lirih meminta belas kasihan Jin untuk melepaskannya dari kekangan menyebalkannya itu.

"Biar saja Kau menjadi pusat perhatian. Itung-itung belajar menjadi kekasihku"

Kenapa Jin enteng sekali berbicara perihal 'kekasih' seperti itu? tidakah Dia tau betapa kakunya Yara dibuatnya? Astaga, bolehkah Dia menohor kepala Jin sekarang, Rasanya terlalu gemas dengan mulutnya yang asal berbicara itu.

"Lagipula memang Kau tau Aku kuliah dimana?" Kesalnya lagi pun menatap heran presensi didepannya itu.

"Ya Kau arahkan lah dimana" Jawab Jin bersamaan merotasikan matanya kesal lantaran Yara tidak mau cepat bergerak dari tempatnya itu.

Dan tentu saja Yara membelalak ketika tubuhnya diangkat begitu saja oleh Jin dengan tangan kanan bertumpu pada tekukan lutut, pun tangan yang satunya menempatkan diri pada perut Yara, lantas membuat lengan gadis itu mengalungi tengkuk Jin.

"Ya! Kau gila? Turunkan Aku!"

"Sudahlah Kau diam saja" bersamaan tumit Jin berjalan mengecai keheningan lorong apartement itu menuju lantai dasar agar tidak memakan waktu lama.

"Baiklah Aku akan mengikuti kemauanmu. Tetapi turunkan Aku dulu dari sini" Imbuhnya ketika kedua presensi itu sudah mencapai lift.

Tentu senyum kembali menghiasi birai tebal Jin, dengan tangan menurunkan gadis Kim itu perlahan. Bersamaan jemari gagah Jin mengacak pucuk surai Yara gemas.

3 TIMES || KSJ ✅Kde žijí příběhy. Začni objevovat