31

220 25 1
                                    




"Kau ngapain sih?" tanya gadis itu pun sebelah alis terangkat sejemang heran dengan perlakuan Jin yang terlalu mendadak baginya.

Jin menghela nafas kasar setelah mendengar perkataan yang baru saja Yara lontarkan padanya. Memang ya, jika ada spatula disekitarnya, mungkin cepat-cepat jemari kekar itu akan menjitak kepala Yara tanpa ampun. Bahkan, Jin akui kekuatan daya berpikir syaraf otak Yara jauh dibawahnya. Sebenarnya, Jin tidak tau pasti sekalipun Yara juara kelas di sekolahnya dulu, tetapi yang pasti sekarang Yara bahkan benar-benar tidak peka dengan keadaan yang ada.

"Apa yang Kau rasakan?" Imbuh Pria berkaki panjang itu serius bukan main.

Ah maaf, sepertinya ada dewa serius yang mendadak merasuki seluruh pribadi Pria itu. Bahkan nyaringnya bunyi jangkrik yang mulai menandakan sorenya hari tidak dapat mengubah suasana hati Jin ketika sedang serius. Astaga, bahkan atribut wajahnya bisa sulit dibedakan dengan RJ yang tengah serius berbincang dengan karakter lainnya.

"Degupanmu, Kencang?" Jawab Yara ragu lantaran takut dirinya salah menangkap apa yang Jin mau darinya.

"Kau tau artinya apa?" telisik Jin lagi mencoba mengorek semua isi hatinya.

Bahkan panasnya sore tak dapat menggantikan panas wajah Jin sekarang. Memang, wajahnya terlihat biasa saja. Datar, pun tidak ada yang merah sedikitpun. Tetapi, hati Pria itu tidak bisa bohong. Terlebih lagi, Jin tengah mencoba mengungkapkan apa yang Ia rasakan sekarang.

Astaga, bahkan bunyi ranting bergesekan menjadi salah satu sarana kebisingan yang mendukung suasana hening keduanya sekarang. Dengan Jin yang masih menatap dalam Yara yang hening sejenak menatapnya. Terlebih suasana disekitar semakin sepi, hanya ada satu pun dua raga berjalan-jalan menelusuri indahnya taman di sore hari seolah mendukung kecanggungan yang lahir dari keduanya.

Lantas Jin menggigit birai bawah geram ketika mendapati gadis Kim itu menggelengkan kepala lirih. Bersamaan menghela nafas frustasi melihat Yara. Apakah takdir sekejam ini menciptakan Yara yang mendadak lemot dihadapannya? Perasaan minggu-minggu kemarin Yara baik-baik saja.

"Jangan Kau pura-pura bodoh Ra," Tegas Jin setelahnya diiringi figur wajah yang datar bukan main. Bahkan kaca pun kalah bersaing dengannya.

Dan Jin semakin mengerutkan kening ketika kedua iris mendapati Yara yang tertawa kecil disana. Baiklah, Jin cukup paham ketika netra menurun kearah pipi Yara, mendapati rona merah yang membuat Pria itu tersenyum simpul olehnya. Bahkan menurut Jin, Kemerahan dikedua sisi pipi Yara merupakan anugerah terbesarnya. Langka sekali pikirnya, Terlebih Jin harus berkali-kali menggodanya baru bisa menemukan wajah panas nan merah itu.

"Kau, menyukaiku?" Telisik Yara setelah puas dengan kekehan kecil yang sempat membuat Jin risih bukan main.

Taktala Pria bermarga Kim itu merotasikan sepasang bola mata kesal bersamaan suara decakan kembali lahir dari birai tebal Jin memenuhi rungu. Apakah ada yang ingin mewakilkan Jin untuk marah? Bahkan jiwa Jin seolah-olah diatur untuk tidak bisa marah ketika berhadapan dengan gadis Kim itu. Apa caranya menyatakan perasaan kurang romantis? Ah, apa perlu Jin menyewa satu taman dan menyatakannya dengan lantang pada Yara tanpa khawatir lima sampai sepuluh kamera memenuhi sekitar?

"Astaga Ra, Kenapa Kau lemot sekali sih?"

"Jinjayo?" Ujarnya dengan ranum sedikit terangkat menggambarkan pelangi terbalik dibuatnya.

Sebenarnya Yara sedikit bingung dengan 'kode' buatan Jin barusan. Kenapa tidak langsung to the point saja? Bahkan tidak perlu repot-repot harus memegang dada bidang terlebih dahulu. Hanya sekedar menyatakan 'Aku menyukaimu' saja Yara sudah senang bukan main. Memang ya, Yara merupakan tipe gadis yang mau hal sederhana dan mudah dimengerti saja daripada hal yang merepotkan. Tetapi Yara akui cara penyampaian Jin berbeda dari kebanyakan lelaki yang pernah Ia temui.

3 TIMES || KSJ ✅Where stories live. Discover now