"Hei, apa kabar?" Taeyong hyung langsung menyapa kenalannya.

"Baik. Sepertinya kau sibuk ya, tidak pernah main ke sini lagi."

"Ya begitulah. Ngomong-ngomong aku ingin bertanya sesuatu padamu." Taeyong hyung memberi isyarat padaku untuk mengeluarkan foto Doyoung.

"Apa kau pernah melihat orang ini?"
Bartender bernama Pilsuk ini tampak berpikir setelah Taeyong hyung menunjukkan fotonya.

"Entahlah. Mungkin pernah. Mungkin tidak."

"Ck, jawaban macam apa itu?"

"Memangnya kenapa?"

Aku melihat sekelilingku. Mengamati sudut langit-langit, mencari keberadaan CCTV.

"Apakah kami boleh melihat video CCTV?" orang itu tampak tidak senang dengan pertanyaan yang kuajukan.

"Kurasa tidak bisa. Kalian polisi? Ada masalah apa?" nada bicaranya mulai tidak bersahabat.

"Bukan, bukan seperti itu. Tenang dulu." Taeyong hyung tertawa gugup mencoba untuk menenangkan Pilsuk. Walaupun hanya diam tapi laki-laki itu masih menatap kami dengan waspada.

"Temanku ini sedang mencari orang ini. Dia membawa lari uangnya, singkatnya dia kena tipu." Tunggu-tunggu, kenapa Taeyong hyung jadi berbohong? Tapi berkat kebohongan itu aku bisa melihat Pilsuk sedikit mengendorkan bahunya.

"Oh benarkah? Berapa banyak?" Aku menghela nafas, ikut berpura-pura.

"Yah, cukuplah untuk beli rumah." jelasku pada akhirnya. Aku berusaha menahan senyumku saat melihat Pilsuk mulai menatapku prihatin. Sepertinya dia mulai masuk perangkap kami.

"Salah satu temanku berkata kalau dia sering ke sini, makanya aku bertanya padamu siapa tahu kau kenal." Taeyong hyung kembali menggali informasi.

"Aku tidak yakin, setiap hari aku melayani banyak orang. Hanya orang-orang tertentu seperti kau yang bisa kuingat. Kau tahu? Interaksiku terbatas." Taeyong hyung mengangguk mengerti.

"Jadi, apa kami boleh melihatnya?" kali ini giliran Pilsuk menghela nafas.

"Maaf, tetap tidak bisa. Kau tahu, aku bisa dimarahi manager, itu bukan kewenanganku."

Yah, benar juga yang dikatakan Pilsuk. Lagipula pasti sulit juga mencari satu orang diantara puluhan orang-orang ini. Apalagi lampunya gelap dan sangat kacau orang berkerumun di sana-sini. Taeyong hyung menganggukkan kepala sambil meneguk minuman yang dipesannya.

"Begini saja," Pilsuk menatapku.

"Berikan aku fotonya, untuk jaga-jaga jika aku lupa. Aku akan langsung menghubungimu jika aku melihatnya." Aku dan Taeyong hyung saling bertukar pandang. Ya sepertinya itu cukup membantu daripada tidak ada usaha sama sekali. Aku langsung meminta nomor hp Pilsuk, menelfonnya, dan mengirimkan gambar Doyoung saat itu juga.

Bersamaan dengan itu tiba-tiba Taeyong hyung menepuk-nepuk lenganku. Karena aku masih sibuk dengan Pilsuk, aku mengabaikannya. Lebih tepatnya menunggunya berbicara saja.

"Jae, Jae," Taeyong hyung masih menepuk-nepuk lenganku.

"Ada apa hyung?" tanyaku pada akhirnya.

"Hei, lihat kesana!!" Taeyong hyung sedikit berteriak. Aku langsung mengikuti arah tangannya yang menunjuk arah pintu keluar.

"Bukankah itu Doyoung?" aku memicingkan mataku.

"Yang mana?"

"Itu yang pakai jaket kulit hitam, sedang bersandar ke tembok." jelas Taeyong hyung. Aku mencari orang yang dimaksudnya.

Tunggu dulu, jika melihat perawakannya memang mirip. Sayangnya pemuda itu menunduk, sepertinya sedang menunggu orang. Tidak mau membuang waktu, aku berjalan ke arahnya untuk memastikan.

Sialan, kenapa malam ini ramai sekali. Aku jadi kesusahan untuk bergerak. Kulihat seseorang menghampirinya. Akhirnya orang itu mengangkat wajah.

"Hyung! Itu memang Kim Doyoung!!" Aku memberitahu Taeyong hyung yang ada di belakangku.

"Hei, cepat kesana! Sepertinya dia mau keluar!!"

Kami berdua sama-sama panik saat melihat Doyong berjalan ke arah pintu keluar. Dengan terpaksa aku memakai kekuatanku untuk membelah jalan. Aku tidak punya pilihan lain selain mendorong beberapa orang dengan kasar karena sekarang Doyoung sudah hilang dari pandanganku. Beberapa kali aku sempat mendengar Taeyong hyung mengucapkan minta maaf pada orang yang terdorong.

Begitu sampai di luar aku mencari ke sekeliling dan melihat Doyoung membuka pintu taksi.

Sialan!

"HEI KIM DOYOUNG!!!" Aku berteriak sambil mengejar bajingan itu. Dia sempat menoleh sebentar lalu buru-buru masuk dan pergi.

Sialan!

Sialan!

Sialan!

Aku kalah cepat dan harus kehilangan Doyoung lagi.

"Hei! Kau kehilangan dia?!" Taeyong hyung yang baru datang menepuk bahuku dan bertanya dengan nafas tersengal.

Aku mengabaikannya sambil terus menatap taksi yang mulai menghilang dari pandanganku. Tidak akan terkejar jika aku mengambil mobil sekarang. Aku gagal padahal dia tepat ada di depanku.

"Hei tidak apa-apa," Taeyong hyung menepuk-nepuk punggungku pelan.

"Besok kita bisa kesini lagi."

"Tapi mungkin besok dia tidak akan kesini."

Taeyong hyung menghela nafas. Kurasa dia juga ikut bingung dengan langkah selanjunya yang harus kuambil.

Kim Doyoung sialan!


🍑🍑🍑

Doyoung maafkan daku banyak mengumpatimu disini 😶

Doyoung maafkan daku banyak mengumpatimu disini 😶

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jaehyun yang sabar ya. Kapan-kapan ketemu bang Doyoung lagi.

 Kapan-kapan ketemu bang Doyoung lagi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Affected [COMPLETED]Where stories live. Discover now