○ 1

27K 1.2K 280
                                    

"Kamu mau gak jadi pacarku?" tanyanya dengan menatap mataku lekat.

Aku bingung, aku tak begitu mengenalnya. Yang ku tau, dia adalah kakak kelasku. Dia anak yang kurang baik. Tidak, dia bukan seorang pemabuk juga pemakai narkoba. Hanya saja dia sering membully teman-temannya juga adik kelas, melawan guru, bahkan dia selalu bolos jika ada kesempatan.

"Apa kamu mau menuruti permintaanku, Kak?"

Jujur saja, aku tidak mencintainya. Tapi hatiku mengatakan, bahwa aku harus merubah dia menjadi lebih baik.

"Tentu," ucapnya dengan tersenyum manis.

Aku tertegun melihat senyumnya. Senyum tulus yang membuatku tidak tega untuk mengatakan yang sejujurnya suatu saat nanti.

"Kamu harus berubah. Tidak membully, melawan guru, juga membolos. Bagaimana?"

Aku melihat perubahan ekspresi wajahnya. Wajah datar dengan mata yang tajam. Aku takut dia akan menolaknya. Salahku sendiri, memang aku ini siapa? Berani-beraninya menyuruh orang seperti itu.

"Deal," ucapnya dengan menampilkan senyum manisnya lagi.

Aku terhenyak beberapa saat. Bagaimana mungkin dia bisa segampang itu menyetujuinya? Apa dia sangat berharap banyak padaku? Apa aku begitu istimewa di matanya? Tapi bagaimana bisa? Bahkan kami sangat jarang bertemu.

Sudahlah Arsya, jangan memikirkan hal-hal yang membuat wajahmu terlihat bodoh di depannya sekarang! Aku tersenyum singkat, lalu pergi dari taman sekolah yang masih ada beberapa anak di sana.

Beberapa hari kemudian, aku dapat melihat perubahannya. Dia sudah melakukan permintaanku yang kukatakan padanya tempo hari lalu.

"Sya," panggil seseorang menghadang jalanku saat ingin masuk ke toilet sekolah.

Aku mendongak menatap orang itu. Sudah kuduga, cepat atau lambat, saat ini pastilah akan terjadi. Aku meremas tanganku dengan gugup bercampur takut.

Di depanku sekarang, berdiri Seorang pria bernama Kak Alex. Yang tak lain dan tak bukan adalah teman Kak Kenan. Orang yang menginginkanku menjadi pacarnya tempo hari lalu.
Di belakangnya berdiri Kak Kenan, Kak Alam, dan Kak Wildan.

Aku semakin takut dan tak bisa membayangkan apa yang sebentar lagi akan terjadi.

"I-iya, Kak?"

Tenang Arsya, tenang! Semuanya pasti akan baik-baik saja. Jangan gugup!

"Gimana jawaban lo?"

Tanpa dijelaskan, aku pun sudah paham dengan apa yang dimaksud Kak Alex.

"Gimana, Sya?" tanya Kak Kenan, yang saat ini sudah berdiri di samping Kak Alex.

Aku meneguk ludah pelan. Lidahku kelu, bibirku terkatup rapat. Keringat dingin mulai bercucuran dari dahiku. Kenapa harus sesulit ini, sih? Aku memejamkan mata sesaat, dan menghembuskan nafas pelan.

"Ma-maaf Kak, a-aku gak bisa," ucapku dengan memejamkan mata dan menunduk dalam.

Lama tidak ada suara, aku pun memberanikan diri untuk mendongak. Tatapan kami bertemu. Aku bisa melihat dengan jelas, pancaran kekecewaan dari matanya. Apa aku sudah melukainya? Tidak usah ditanya, dasar Arsya bodoh!

REGRET [END]Where stories live. Discover now