○ 10

7.6K 688 57
                                    

Jam menunjukkan pukul 06.30 pagi. Kemarin, Arsya sudah diperbolehkan pulang ke rumah, setelah 2 hari dirawat di rumah sakit.

Ting

Arsya membuka pesan yang masuk di ponselnya.

Nana

Gue udah di depan.

Tanpa membalas pesan Nana, Arsya meraih tas nya dan keluar dari kamarnya. Ia menuruni tangga, dan berjalan ke arah meja makan, dimana keluarganya berada.

"Yah, ma, aku izin keluar sebentar."

Reno menoleh menatap putrinya yang mengenakan pakaian rapi. Keningnya mengerut samar. "Kamu mau kemana? Kamu baru sembuh loh."

"Aku ada urusan sebentar, yah. Enggak lama."

"Urusan apa? Nanti kamu sakit lagi, Sya."

Arsya menoleh menatap mamanya. "Sebentar aja, ma. Nanti aku langsung pulang."

"Diantar sopir ya?" tawar Reno.

"Gak usah, Nana udah jemput di depan."

Arsya mencium tangan ayah, mamanya, dan neneknya. Setelah itu beralih pada Safia, dan mengusap kepala gadis itu.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam, hati-hati."

Arsya melangkahkan kakinya keluar, menuju mobil Beny yang teparkir diluar gerbangnya.

Arsya membuka pintu belakang mobil Beny, dan mendudukkan dirinya di sana. Beny segera mengemudikan mobilnya meninggalkan rumah Arsya.

"Lo takut?" Beny melirik Arsya dari spion tengah, yang menunjukkan wajah pucat gadis itu.

"Enggak."

"Gak perlu diceritain semua, Sya. Tante Ana kan udah tau, paling diambil point pentingnya aja." Jelas Nana.

"Iya."

Beberapa menit kemudian, mereka telah sampai di depan rumah besar dan mewah. Di depan pintu rumah itu, berdiri seorang gadis seumuran dengan Beny dengan pakaian santainya. Ia tersenyum kala sebuah mobil yang sudah ia hafal, memasuki pekarangan rumahnya.

Beny, Nana, dan Arsya turun dari mobil, dan menghampiri gadis yang melemparkan senyum pada mereka.

"Aku udah nunggu dari tadi."

"Ngapain ditungguin segala, udah kayak presiden aja yang dateng." cetus Nana setelah memeluk calon kakak iparnya itu.

"Apa kabar?" tanya gadis itu pada Arsya.

"Baik. Kak Vita gimana?" balas Arsya.

"Selalu baik, apalagi kalau ada kalian."

"Pencitraan." cibir Nana.

"Udah, ayo masuk." ucap Beny berjalan mendahului mereka.

Vita adalah putri dari Tante Ana—psikiater yang menangani Arsya. Vita dan Beny adalah sepasang kekasih yang telah menggelar acara pertunangan mereka, 3 minggu yang lalu. Dan rencananya, bulan depan akan diadakan acara sakral bagi mereka berdua.

Beny merebahkan dirinya disofa besar yang ada diruang keluarga. Sedangkan Nana, duduk lesehan di atas karpet bulu yang berada di bawah sofa, dengan setoples camilan yang berada dipangkuannya.

"Udah pada sampai, ya."

"Belum tan, ini lagi terbang." cetus Nana menyalami Tante Ana, diikuti Beny dan Arsya.

"Bisa aja, kamu."

"Pasiennya dikasih makan dulu, tan." ucap Nana seraya melirik Arsya.

"Kamu belum sarapan?" tante Ana pada Arsya.

REGRET [END]Where stories live. Discover now