○ 21

8.1K 625 65
                                    

"Mbak Nana!!!"

"Apa sih, Bel! Teriak-teriak mulu dari tadi!" gerutu Beny.

"Mbak Nana tuh, mas. Katanya minta es krim saya sedikit, eh malah hilang separo!"

Nana tertawa terbahak-bahak, merasa puas karna telah mengerjai Bela.

"Kamu juga kenapa sih, jail banget." kata Satria pada Nana.

"Dia pelit banget sih, mas. Masa cuma ngasih satu jilatan doang, mana kerasa." balas Nana dengan kekehan.

"Tauk ah, saya marah!"

"Marah aja, gak ada yang peduli, kok." ucap Reyhan.

Bela semakin memberengut kesal. Mereka justru tertawa melihat ekspresi Bela.

"Yaudah, tinggal beli lagi kenapa, sih." ucap Arsya.

Bela menatap Arsya berbinar-binar. "Uangnya, mbak?"

Arsya berniat untuk mengambil dompetnya yang ada dikamar, tetapi dicegah oleh Kenan. "Uangku aja, kamu tetap duduk di sini."

Arsya kembali duduk disamping pria itu, lalu Kenan menyerahkan uang seratus ribu ke Bela. "Ambil semuanya."

Bela berjingkrak-jingkrak senang. Ia langsung saja menggeret Reyhan untuk mengantarnya ke minimarket.

"Kak Bela jangan tarik-tarik! Nanti kaos aku robek!!" jerit Reyhan di depan pintu.

***

Malam ini, mereka mengadakan pesta bakar-bakar seafood, juga sosis, dan bakso. Orangtua Arsya sibuk bercengkrama, sedangkan yang bertugas adalah para anak muda.

Beny dan Vita membuat bumbu untuk bakar-bakar. Kenan dan Arsya bertugas membakar sosis dan bakso. Bela dan Safia bertugas membakar cumi-cumi. Satria dan Reyhan bertugas membakar Ikan. Dan yang terakhir adalah Nana, yang bertugas mencicipi.

Nana menghampiri Bela, dan menyuapkannya makanan. Bela tadi menggerutu, bahwa pembagian tugas mereka tidaklah adil. Masa Nana cuma icip-icip kesana kemari. Akhirnya ia meminta Nana untuk menyuapinya makan.

"Mbak Nana kalau nyuapin yang bener, dong!"

"Kenapa lagi sih! Serba salah gue!"

Bela memberengut kesal. "Tulangnya nancep di tenggorokan saya, mbak!"

Bukannya prihatin, Nana justru tertawa. Mereka berdua persis sekali tom and jerry. Bikin heboh mulu.

Bela mengambil nasi dipiring, dan memakannya. Kata ibunya, kalau ketusuk tulang ikan, nelen nasi putih aja.
Setelah baikan, Bela kembali menghampiri Safia, dan membantu gadis itu membakar cumi-cumi.

"Aaakk, mbak! Awas kalau ada tulang lagi, saya bakal balas dendam nyuapin Mbak Nana kaktus!"

"Silahkan aja kalau berani. Di sini ada abang gue, sama pacar gue. Lo ada siapa?"

"Saya ada Allah. Dengan kekuatan doa, pasti saya bisa mengeluarkan jin jail yang bersar—"

Nana memasukkan suapan nasi dan cuilan ikan kedalam mulut Bela, tanpa menunggu gadis itu menyelesaikan ucapannya.

Mereka tertawa terbahak-bahak melihat tingkah dua gadis itu. Arsya tersenyum menatap mereka. Saat-saat seperti inilah yang akan Arsya rindukan nanti.

Kenan menyuapi Arsya setusuk sosis yang sudah matang. Arsya menggigitnya, dan mulai mengunyah. "Kurang pedas, kak."

"Jangan pedas-pedas, nanti diare."

Arsya mengerucutkan bibirnya. Padahal ia adalah gadis pecinta pedas. Tapi apa yang dikatakan Kenan juga benar. Perutnya saja sedari tadi sudah tidak enak.

REGRET [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang