○ 22 [END]

13.2K 692 65
                                    

Gundukan tanah dengan banjiran kelopak mawar telah membuktikan bahwa dia benar-benar sudah pergi selamanya.

Pergi meninggalkan orang-orang yang menyayanginya dengan duka yang mendalam.

Tidak ada lagi rasa sakit yang kau rasakan. Nikmatilah kehidupan yang engkau idam-idamkan di sana.

Perlahan, semua orang mulai meninggalkan area makam Arsya. Menyisakan seorang pria yang sedari tadi mengusap nama di batu nisan. Arsya Zevina.

"Seperti kemauanmu, sayang. Aku ikhlas. Tenanglah di sana, menikmati kebahagiaan yang abadi."

"Aku akan selalu mengunjungimu. Menceritakan semua hariku. Aku sangat mencintaimu."

Kenan mengusap air matanya kasar. "Maaf, aku menangis. Semuanya terasa sangat menyesakkan. Aku janji, aku tidak akan menangis di depanmu lagi. Selamat tinggal, sayang."

Kenan beranjak, dan berjalan menuju rumah Reno.

Makam Arsya terletak tidak jauh dari rumah Reno, karna orang tuanya ingin Arsya tetap dekat dengan mereka. Surya dan Sila juga akan menetap selamanya di Jakarta. Menginjak daerah yang sama, dimana putri mereka diperistirahatkan di tempat terakhirnya.

Hidup adalah pilihan. Kamu bisa memilih untuk menjadi baik atau buruk. Tapi, takdir hidup adalah ketetapan mutlak.

Kita harus siap dengan dua hal ini. Meninggalkan atau ditinggalkan. Kehidupan adalah misteri. Kita tidak pernah tau kejadian apa yang menunggu kita di masa yang akan datang.

***

Ruang tamu rumah Reno tampak sunyi. Padahal ada banyak orang yang duduk membentuk lingkaran besar di sana.

Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing. Kehilangan seseorang yang disayangi adalah luka yang paling mendalam.

"Permisi, pak, bu."

Reno melirik Bi Darmi. "Kenapa bi?"

"Saya menemukan kertas ini dilaci nakas non Arsya." ucap Bi Darmi menyerahkan selembar kertas kepada Reno.

Reno mengangguk. "Terimakasih."

"Sama-sama, pak. Saya permisi."

Sepeninggalan Bi Darmi, Reno membuka kertas itu dan membacanya.

"Apa itu, mas?" tanya Ratih.

"Surat dari Arsya."

Assalamualaikum wr.wb.

Aku sengaja nulis surat ini buat kalian, karna aku tau, waktu aku gak banyak lagi.

Nenek, ayah, mama, papa, dan bunda.

Jangan pernah berantem, ya. Terimakasih buat kasih sayang kalian selama ini. Janji sama aku, kalau kalian akan selalu bahagia. Aku akan melihat dari atas sana.

Aku sudah memaafkan semuanya, dan mengikhlaskannya. Jangan merasa bersalah lagi kepadaku.

Ayah Reno, aku titip mama, nenek, dan Safia.
Safia adik kakak, jangan menangis ya sayang. Sekolah yang bener, kalau kamu kangen kakak, kamu bisa ke kamar kakak. Tidur disana aja.

Jangan lupakan Tante Wirna dan Kak Devano ya, ayah.

Bunda Sila, aku titip papa, Reyhan, dan Sisi. Kalau papa masih sedih karna kepergianku, bilang aja kalau aku tidak akan menyayanginya lagi. Reyhan juga jagain keluarga kita, ya. Kamu jagoan kakak. Jangan jahilin adiknya terus!

REGRET [END]Where stories live. Discover now