GOYAH

2.3K 261 5
                                    

Bel apartemennya berbunyi.

Ada tamu datang ke rumah Seulgi. Si empunya pun segera membukakan pintu.

"Eomma? Abeoji...?"

Ya, yang datang ke rumah Seulgi siang itu adalah orang tuanya. Mereka tidak mengatakan apapun sebelumnya, jadi wajar jika Seulgi sedikit terkejut.

Apalagi orang tua Seulgi tinggal di luar kota, bukan hal yang biasa mereka datang ke rumahnya.

Hubungan Seulgi dengan orang tuanya memang tidak seakrab kebanyakan keluarga. Sudah terbiasa ditinggal untuk urusan pekerjaan, Seulgi jadi seperti memiliki 'jarak' dengan mereka.

Tapi mau bagaimana pun mereka tetaplah keluarga.

"Mau sampai kapan kamu hidup seperti ini, Seulgi?" kata ibunya melihat isi kulkas Seulgi yang dipenuhi oleh makanan siap saji.

Orang tuanya memang sudah beberapa tahun belakangan terus meminta Seulgi untuk segera menikah. Tapi Seulgi tidak ada niat untuk menikah saat itu, baru sekarang keinginan itu datang.

"Kalau aku membawa kekasihku, apa eomma akan memperlakukannya dengan baik?"

Kekhawatiran terbesar bagi Seulgi memang ibunya. Dia orang yang keras kepala dan terkadang mulutnya bisa jadi lebih tajam daripada pisau.

Akan jadi seperti apa sikapnya pada Joohyun tidak akan pernah diketahui sampai dia benar-benar bertemu Joohyun kan?

Jadi malam itu, Seulgi berniat membawa Joohyun ke rumahnya untuk bertemu dengan orang tuanya. Pada awalnya Seulgi ingin Jaemin juga ikut, tapi Joohyun rasa itu bukan hal yang tepat.

Bagaimana jika orang tua Seulgi tidak menyukaiku dan membuat Jaemin harus mendengar hal-hal yang tidak semestinya dia dengar?

Akhirnya mereka pun menitipkan Jaemin ke Joy, sekertaris Seulgi. Kebetulan dia juga punya seorang anak laki-laki yang usianya tidak jauh dengan Jaemin. Jadi mereka pun bisa dengan tenang pergi.

Meski Joohyun tidak setenang itu.

"Bagaimana kalau mereka tidak menyukaiku?"

Seulgi memegang tangan Joohyun dan berkata, "Aku saja sangat menyukaimu, bagaimana mereka bisa tidak menyukaimu?"

"Tapi Seulgi..."

"Sudah, semua akan baik-baik saja. Dan apapun yang terjadi malam ini, tolong jangan ubah pikiranmu dan meninggalkan aku."

Joohyun boleh merasa khawatir, tapi Seulgi lebih merasa khawatir. Dia takut orang tuanya menolak Joohyun dan membuat wanita itu berhenti berjuang.

Seperti kebanyakan orang tua, ibunya Seulgi memang tampak sangat tidak bersahabat di awal pertemuan dengan Joohyun. Dia tampak pelit senyum dan terkesan 'dingin'.

Keadaan menjadi semakin buruk ketika dia tau semuanya tentang Joohyun.

Tentang Jaemin, tentang masa lalunya, semuanya.

"Kamu sudah punya anak?" kata ibunya Seulgi dengan mata yang begitu sinis.

"I-iya..."

"Jadi kamu seorang janda?" katanya lagi, "Seulgi... bagaimana kamu bisa... hah..."

Seulgi pun angkat bicara, "Apakah salah menjadi seorang ibu tunggal? Apakah itu sebuah dosa?"

"Tidak ada yang salah dengan itu. Tapi hal itu menjadi salah ketika dia ingin menikah dengan seorang pria lajang sepertimu, Seulgi."

Joohyun tidak tau harus berbuat apa mendengar perkataan itu. Air matanya seolah siap menetes. Rasanya seperti ada sebuah pisau besar menancap di hatinya.

Sakit sekali.

Meski Seulgi membelanya, tapi tetap saja rasa sakit itu terlalu menyiksa. Dia ingin segera meninggakan tempat itu, saat itu juga.

Butuh beberapa menit hingga dia benar-benar bisa pergi dari sana. Itu pun karena Seulgi menyadari keadaannya dan segera menyudahi pertemuan itu.

Seulgi mengantar Joohyun menjemput Jaemin dan juga mengantar mereka pulang.

"Maafkan aku, Joohyun," kata Seulgi ketika mereka tiba di rumah Joohyun.

Memang tidak ada kata lain lagi yang bisa melambangkan betapa bersalahnya Seulgi pada Joohyun.

"Itu bukan salahmu, Seulgi... lagipula ibumu benar."

"..."

"Aku memang seorang janda yang bermimpi untuk menikahimu dan itu adalah sebuah... kesalahan."

Ketakutan Seulgi terjadi; Joohyun mulai goyah.

Tapi dia tidak ingin hal itu benar-benar terjadi. Dia memeluk Joohyun hangat, membelai rambutnya lembut, menunjukkan betapa besar cintanya untuk dia.

"Kita masih dalam emosi sekarang. Jangan memutuskan apapun dulu."

Katanya lagi, "Maafkan ibuku. Dia tidak tau tentang dirimu. Betapa hebatnya kamu. Betapa sempurnanya kamu."

Joohyun hanya diam, menangis.

"Aku mencintaimu, Joohyun. Aku akan melakukan apapun... untuk hidup bersamamu."

**

The Last True LoveWhere stories live. Discover now