DUA TAHUN

2.2K 279 7
                                    

Hari terus berganti. Tak terasa sebentar lagi adalah hari peringatan kematian Seungwan.

"Sudah 2 tahun..."

Joohyun duduk di ranjang kamarnya sambil memandangi foto Seungwan dibingkai itu. Dia tampak sedih, kerinduan itu datang lagi dan menyakitinya.

Lalu Jaemin datang dan duduk disisinya sambil berkata, "Eomma..."

"Mmm?" kata Joohyun, "Kakek dan nenekmu akan datang nanti, apakah kamu sudah merapikan kamarmu?"

Jaemin mengangguk. Hari ini orang tua Seungwan akan datang ke Korea dan menginap di rumah mereka.

Mereka akan memperingati hari kematian Seungwan bersama-sama di Seoul.

Sebenarnya Joohyun merasa senang bertemu mertuanya. Tapi ada bagian dalam hatinya yang merasa bersalah. Dia merasa seperti seseorang yang berdosa.

'Maafkan aku...'

Hanya itu yang terus disampaikan Joohyun pada Seungwan ketika dia melayat ke makamnya. Ketika mertua dan anaknya menyampaikan doa dan harapan, Joohyun hanya mampu meminta maaf.

Bahkan maaf pun dirasanya tidak cukup.

**

Malam tiba. Seulgi datang ke rumah Joohyun. Dia tau ada orang tua Seungwan disana, tapi justru itu yang tujuannya.

Mau bagaimana pun dia tetap sahabat baik Seungwan. Dia ingin paling tidak menyapa orang tuanya yang datang jauh dari Kanada.

Ya, malam itu Seulgi hanya bertindak sebagai sahabatnya Seungwan. Bukan sebagai kekasihnya Joohyun.

Seulgi datang dengan sebuah karangan bunga indah dan sejumlah obat-obatan Korea. Sama seperti biasanya dia bertemu dengan orang tua Seungwan.

"Seulgi, bagaimana kabarmu?" kata ibunya Seungwan sambil memeluk Seulgi.

Dia menepuk punggung Seulgi selagi memeluknya, seolah ingin memberi kekuatan.

Seulgi memang cukup akrab dengan orang tua Seungwan. Menunjukkan betapa dekatnya dia dengan mendiang anak mereka.

Selain orang tua Seungwan yang menyambutnya, Jaemin juga memberikan sambutan hangat.

"Samchon," kata Jaemin dengan wajah sedihnya sambil mendekat ke Seulgi dan memeluknya.

Bahkan anak itu tidak ingin melepaskan pelukannya, Seulgi pun menggendongnya. Tepukan lembut diberikan Seulgi pada Jaemin, hendak memberinya semangat dan kekuatan.

Jaemin memang tampak sedih sekali hari ini.

Tapi jika Jaemin saja merasa sangat sedih, apalagi ibunya?

Di saat seperti ini, Joohyun juga ingin memeluk Seulgi. Seperti Jaemin memeluk dia. Tapi itu tidak mungkin, ada mertuanya disana. Dia pun hanya dapat menahan semuanya.

Paling tidak sampai dia punya kesempatan untuk hanya berdua saja dengan Seulgi.

"Aku akan mengantar Seulgi ke depan dulu ya," kata Joohyun pamit kepada mertuanya, mencuri kesempatan untuk dapat memiliki waktu bersama Seulgi.

Joohyun ikut Seulgi keluar pagar rumahnya. Sudah cukup aman, pikirnya.

Dia pun memeluk Seulgi dan saat itu juga air matanya menetes. Segala rasa sakit, rasa bersalah, dan emosinya tertumpah.

"Aku harus apa Seulgi?"

Seulgi hanya diam mendengarkan keputusasaan Joohyun. Tangannya memeluk Joohyun hangat. Dia tidak tau harus berbuat apa untuk menghibur Joohyun.

"Beristirahatlah, sudah malam. Kamu pasti lelah," kata Seulgi lembut.

Dia mencium kening Joohyun menunjukkan rasa sayangnya pada wanita itu.

Joohyun berusaha menguatkan diri di tengah kebimbangan dan keresahannya. Terimakasih pada Seulgi untuk hal itu.

Sebelumnya Joohyun mulai merasa optimis. Dia mulai membangun harapan untuk hubungannya bersama Seulgi. Tapi hari ini, entah kenapa dia merasa tersesat lagi.

Dia merasa kehilangan arah lagi.

Jangankan untuk meminta restu pada orang tua Seungwan, berhenti merasa bersalah pun dia tidak bisa.

Seperti perasaan seorang ibu, ibunya Seungwan tau ada yang aneh dengan menantunya.

"Joohyun, apa yang mengganggu pikiranmu?"

Malam itu sudah larut. Jaemin sudah tidur sedang Joohyun masih sibuk di dapur membereskan peralatan masak. Lalu ibu mertuanya datang menghampiri dia.

Mereka pun duduk bersama dengan secangkir teh di hadapan.

"Seulgi itu pria yang baik," kata ibu mertuanya, "Iya kan?"

"Mmm?"

**

The Last True LoveWhere stories live. Discover now