PESIMIS

2.2K 274 8
                                    

Seulgi duduk sambil menonton TV di rumah Joohyun. Jaemin sudah tidur, tentu saja sekarang Sudah pukul 10 malam. Sedangkan saat itu Joohyun sedang sibuk di kamar mandi.

Meninggalkan Seulgi sendirian disana.

Matanya semula fokus melihat TV itu, tapi kemudian foto besar di dinding itu mencuri perhatiannya. Itulah foto pernikahan Seungwan dan Joohyun.

Di foto itu mereka tampak mesra dan bahagia.

Melihat foto itu, berbagai jenis emosi muncul di hati Seulgi. Dia rindu sahabatnya itu, ingin rasanya bisa bertemu dengannya lagi. Tapi dia juga harus mengakui kalau ada rasa bersalah.

Dia merasa bersalah tapi juga tidak ingin menghentikan apa yang sudah dia lakukan.

Tidak ada pertimbangan untuk meninggalkan Joohyun sama sekali.

Jika terus dipikirkan, hal itu hanya membuat Seulgi sakit kepala. Untungnya Joohyun segera datang.

"Apa kamu kehilangan ini?"

Seulgi menunjukkan cincin yang ternyata Joohyun cari. Dia menemukan cincin itu di ranjangnya dan berniat mengembalikannya kepada sang pemilik.

"Tapi bisakah kamu tidak memakainya lagi?"

"Mak... sudmu?"

"Seungwan adalah masa lalumu."

"Tapi..." Joohyun tidak tau harus berkata apa.

Seungwan memang masa lalunya. Tapi dia pernah dicintainya.

Mustahil untuk melupakannya.

"Atau pakai cincin ini di tangan kirimu," kata Seulgi memakaikan cincin itu di tangan kiri Joohyun.

Ada kelegaan. Membiarkan dirinya memakai cincin itu, menunjukkan kalau Seulgi masih menerima Seungwan ada di hidupnya.

"Aku mau jari manis tangan kananmu menjadi tempat cincin pernikahan kita nanti."

Seulgi tersenyum dengan matanya yang melengkung manis. Mendengar jawaban Seulgi, Joohyun merasa lega sekaligus senang.

"Oh iya, aku membawa sesuatu malam ini," kata Seulgi. Dia memang membawa sebuah tas jinjingan malam itu.

Ternyata sebotol anggur merah.

"Untuk merayakan restu Jaemin yang sudah dia berikan kepada kita."

Mereka berdua pun menikmati anggur merah itu bersama dengan suasana yang hening namun romantis.

"Tanggal berapa Jaemin harus bayar uang sekolah?"

"Mmm? Setiap awal semester."

"Kalau belanja kebutuhanmu? Kapan?"

"Setiap awal bulan. Kenapa kamu menanyakan hal seperti ini?"

"Aku sudah memikirkannya. Aku rasa aku harus ikut menanggung kebutuhanmu dan Jaemin."

Seulgi benar, dia memang sudah memikirkan hal ini beberapa kali. Dia merasa bertanggung jawab atas hidup Joohyun dan Jaemin, bahkan ketika dia bukanlah ayahnya.

"Aku masih bisa memenuhinya, Seulgi. Jangan pikirkan itu."

Tentu Joohyun menolak. Dia tidak mau merepotkan Seulgi. Lagipula dia juga masih punya tabungan untuk kehidupannya bersama Jaemin bahkan sampai anak itu tumbuh dewasa.

"Kalau begitu aku harus segera menikahimu supaya aku bisa punya hak untuk ikut memikirkannya."

"Tseehh..."

"Kapan aku bisa ke Daegu untuk menemui orang tuamu?"

Joohyun menoleh kaget. Dia tau Seulgi serius, tapi dia tidak menyangka kalau Seulgi akan jadi secepat ini.

Dia juga ingin segera bisa hidup bersama dengan Seulgi tapi... belum genap 2 tahun lalu suaminya meninggal. Apakah orang tuanya akan setuju kalau dia menikah lagi?

Lalu bagaimana dengan keluarganya Seungwan?

Juga keluarganya Seulgi, apakah mereka akan suka anak mereka menikahi ibu satu anak seperti dirinya?

"Baiklah, kita jangan pikirkan itu dulu malam ini," kata Seulgi menuangkan anggur lagi ke gelas Joohyun.

Dia melihat ekspresi Joohyun yang sudah seperti orang kebingungan. Bisa dia katakan kalau Joohyun punya banyak pertimbangan untuk hubungan mereka.

"Maafkan aku Seulgi."

Seulgi tersenyum. Senyumannya itu begitu menenangkan, seperti pelangi setelah hujan.

Kemudian dia mengambil gelas yang dipegang Joohyun dan menaruhnya di atas meja. Untuk apa? Supaya dia bisa dengan leluasa mencium Joohyun.

"Semua akan indah pada waktunya," kata Seulgi setelah ciuman hangat itu.

Joohyun mengangguk setuju. Dia pun mencium Seulgi lagi.

"Kalau begitu, apakah kamar tamu bisa kita pakai? Aku tidak bisa melakukannya disini karena ada Seungwan melihat kita."

Tssehh...

**

The Last True LoveWhere stories live. Discover now