LAYAKNYA LAGU

2.5K 256 5
                                    

** PERHATIAN: Chapter mengandung adegan sangat dewasa. Khusus untuk pembaca berusia 18+ Yg merasa tidak nyaman, jangan lanjut membaca**


"Kamu bisa membeli sepatu itu besok," kata Seulgi mengambil ponsel Joohyun dan menaruhnya di meja.

"Huh?"

Malam itu semestinya menjadi malam yang singkat. Seulgi bahkan tidak berencana menginap. Dia dan Joohyun ada di kamar tamu itu pun sebenarnya hanya untuk bersembunyi dari Jaemin yang sudah terlelap di kamar Joohyun.

Tapi kenyataannya malam itu akan menjadi malam yang panjang.

"Ahhh..." desahan lemah Joohyun mulai terdengar.

Seulgi menghujani dia dengan ciuman panas di area sensitif di lehernya. Belum lagi tangannya yang menggerayangi tubuh Joohyun hingga akhirnya melepaskan setiap kain yang menutupi tubuhnya itu.

Erangan Joohyun semakin jelas terdengar ketika Seulgi melahap putingnya. Sensasi lidah dan gigi Seulgi benar-benar menghipnotis Joohyun.

Apalagi ketika jemari Seulgi mulai menyentuh daerah sensitifnya di bawah sana.

"Ehhmm! Ngghh..." Joohyun mengigit bibirnya, berusaha menahan desahannya ketika dia merasa jari-jari Seulgi masuk ke dalam lubang vagina-nya dan bergerak keluar masuk penuh sensasi.

Selama jarinya bekerja, Seulgi juga tidak berhenti memberi perhatian pada ke dua puting perempuan itu.

Merasakan sensasi di dua titik paling sensitifnya, Joohyun sudah kehilangan akal sehat. Dia mendesahkan nama Seulgi sambil menunggu puncak kepuasannya datang.

Tapi untungnya Seulgi segera menutup mulut Joohyun dengan telapak tangannya sambil berkata, "Sssh... Jaemin bisa mendengarmu."

Astaga! Joohyun benar-benar sudah gila dibuatnya. Dia harus menahan desahannya di tengah sensasi yang begitu luar biasa ini.

"Aahh... Seulgi..."

Sesekali desahannya terdengar lirih, tak kuat menahan kenikmatan yang diberikan jari-jari Seulgi di bawah sana. Desahan semakin sering terdengar ketika puncak kenikmatan itu datang.

Bukannya menghentikan tangannya dan membiarkan Joohyun menikmati orgasme-nya, Seulgi justru mengganti jarinya dengan mulutnya.

"Aahh sebentar Seulgi... Ehmm..." Joohyun seperti belum siap dengan lidah Seulgi.

Awalnya dia mendorong kepala Seulgi hendak menolaknya karena area kewanitaannya masih sangat sensitif. Tapi justru mulut Seulgi membawanya kepada puncak kenikmatan yang lain.

Sama seperti orgasme sebelumnya, Seulgi tidak memberikan Joohyun waktu untuk beristirahat. Ketika bahkan Joohyun belum kembali sadar dari kenikmatan itu, Seulgi menusukkan kelaminnya masuk.

"Aaahh!" desahan Joohyun kali ini cukup keras. Jika kebetulan Jaemin terbangun, dia pasti mendengarnya.

Tapi apa peduli Joohyun. Benar-benar tidak ada kewarasan dalam pikirannya sekarang.

Setiap tusukan yang diberikan Seulgi, membawa Joohyun selangkah lebih dekat dengan ujung kenikmatannya. Hingga dia pun tidak bisa menahannya lagi.

"Enngghhh..." erangan lirih Seulgi terdengar. Sama seperti Joohyun, Seulgi juga merasakan sensasi yang begitu luar biasa.

Dinding sempit menghimpitnya, apalagi ketika orgasme itu datang. Denyutan itu terasa begitu memabukkan.

Seulgi mengangkat Joohyun, mengganti posisi. Kini Joohyun ada di atas Seulgi, seolah dia 'mengendarai' dirinya. Joohyun pun menggoyangkan pinggulnya dengan bantuan tangan Seulgi.

Rambut berantakan Joohyun, matanya sayu sesekali tertutup, dengan bibir bawahnya dia gigit pelan; benar-benar pemandangan yang menghipnotis Seulgi. Dia pun bangun dan mencium Joohyun.

Seulgi sudah tidak tahan lagi.

Dia mendorong Joohyun dan mengembalikan posisi seperti semula. Dia menggerakan pinggulnya cepat, ingin segera mencapai puncak kepuasannya.

Joohyun memeluk Seulgi erat dengan kuku-kuku jarinya yang tanpa dia sadari meninggalkan luka merah di punggung kekar Seulgi. Dia benar-benar sudah mabuk.

Dengan satu tusukkan dalam, mereka berdua menggapai nirvana.

Nafas keduanya berat, tidak teratur. Apalagi Joohyun, tampaknya dia sudah sangat kelelahan dengan sesi panjang tadi.

"Desahanmu memang seperti lagu bagiku, tapi bagaimana kalau Jaemin mendengarnya, Joohyun?"

"Maka itu semua salahmu."

**





The Last True LoveWhere stories live. Discover now