Croissant butter part 2

1.9K 247 8
                                    


Sekarang Bena yang lebih rajin datang dibandingkan Remi. Sekali waktu dia datang sendiri, kadang bersama teman-teman lain. Namun tidak pernah bersama Remi. Bena selalu memperkenalkan teman yang dibawanya pada Kama dan Jo. Gayanya macam PR Petite Étoile. Dia akan menunjukan rak-rak roti, menjelaskan cita rasa setiap roti dan pastri yang ada di situ.

Suatu kali Bena mengajak Fiona yang dikenal sebagai foodblogger Bandung. Bena menjamin kalau Petite Étoile ditulis di blog-nya Fiona, orang berbondong ke tempat ini.

Jo dan Kama mengajak Fiona berkeliling sekaligus mengintip ke dapur kerja dan memvideokannya. Lumayan sebagai promosi gratis. Petite Étoile sudah punya Instagram. Follower dan like masih sedikit. Sebatas teman-teman Jo dan Kama saja. Fiona berjanji men-tag Instagram Petite Étoile agar semakin punya banyak follower. Seperti juga Bena, Fiona memuji kenikmatan croissaint butter.

Croissant butter memang menu andalan Jo. Sejak kecil dia sudah melihat Eyang membuat croissant lalu mencoba-coba sendiri. Jo belum puas dengan resep lama itu. Setelah berlibur ke Paris, dia kembali mengubek-ngubek beberapa resep dan akhirnya bertemu dengan takaran yang tepat.

Bena mengatakan croissant butter buatan Jo itu rasanya dasyat. Kelembutan butter sangat terasa dan kulitnya tetap renyah, puji Bena membuat hidung Jo kembang kempis. Mereka berdiskusi panjang lebar soal seni croissant. Resep yang satu ini gampang-gampang susah. Suhu udara, kembalap, cara mengoleni dan melaminating adonan jadi kunci croissant yang kriuk tapi empuk di dalamnya.

Atas pujian dan pengetahuan memasak Bena juga Jo mengundang pria itu ke dapur kerja. Jo butuh pendapat soal eksperimen macaron. Sejauh itu Jo tidak pernah sukses mendapatkan macaron yang tepat. 


"Kuncinya di telur putih," ucap Bena

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kuncinya di telur putih," ucap Bena. Dia menggunakan gigi geraham untuk mengigit macaron yang keras itu. Wajahnya sampai berkernyit saat mengunyah benda keras itu. 

"Aku tahu. Ini udah menggunakan telor yang aku beli satu hari sebelumnya. Sengaja juga aku enggak taruh di lemari es. Tetap aja," ucap Jo setelah gagal untuk sekian kali. Dia masih terkenang-kenang rasa macaron yang pernah dibeli di Montmarte, Paris. Enggak perlu cantik deh. Paling tidak rasanya dulu yang dia perbaiki.

"Harus sabar," tambah Bena lagi.

Jo mengangguk setuju. Dia membuang sisa macaron gagal yang bentuknya macam tanah retak dalam tong sampah. Masak itu harus pakai hati. Setiap membuat macaron dia udah senewen duluan. Walhasil jadi selalu gagal.

"Aku mau coba bikin yang lain dulu hari ini. Lava cake, " ucap Jo. "Nanti kamu cicipi ya.:

"Waah itu favoritnya Remi. Teteh kudu (harus) harusnya memanggil Remi jangan urang," cetus Bena semangat.

"Nah, benar kan aku bilang" seloroh Kama dengan cengiran jail.

"Bener naon (benar apa)?" tanya Bena dengan lugu.

Nocturnal Tale: Love Story Short CollectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang