Wine dan Salted Caramel Éclair part 1

308 61 11
                                    


Bena sedang membersihkan jari-jarinya dari sisa adonan roti dengan tekun. Kukunya sudah sedikit panjang dan ada sedikit gumpalan adonan yang menyelip di situ . Dia masih sibuk mengibas-ngibaskan jari di udara ketika mendengar namanya dipanggil. Kepala Kama muncul dari lubang jendela dan matanya berkerlip jahil.

"Ben, ada yang nyariin?"

"Saha,Teh (siapa)?" tanya Bena, sedikit mengerutkan dahi. Seingatnya dia tidak pernah punya janji dengan siapa pun. Bena pun melarang teman-temannya yang berisik itu datang ke tempat kerjanya.

"Biasa, mbak yang manis itu," tukas Kama sambil memberikan senyum dikulum. "Siapa namanya?"pancing Kama, pura-pura tidak tahu.

Bena tahu pelanggan yang dimaksud. "Karin."

"Wuuuih kamu manggil nama langsung, enggak pakai 'teteh'," Kama makin gencar menggoda. Sangat jarang Bena menyebut nama pelanggan hanya dengan nama. Demi kesopanan pria itu selalu menggunakan embel-embel Teteh atau Ibu.

"'Pan (kan) si Karin masih kuliah. Leutik keneh (masih kecil)," Bena berkelit.

Kama tertawa pelan. "Kasihan lho dia kebingungan lagi milih menu."

Bena menatap tangan yang belepotan dan lengket karena adonan. Sisa-sisa terigu dan telur mengotori setengah celemeknya. Dia juga masih harus membuat isian cokelat untuk éclair. Namun, membayangkan satu pelanggan baru itu kebingungan dia segera bersiap untuk ke depan.

"Tanggung, euy. Gimana ya," Bena sedikit kebingungan. Tangannya sudah dipeperkan ke celemek siap bergerak ke wastafel.

"Enggak usah, Ben. Udah dilayanin sama Jo," tukas Kama kalem.

"Ari si Teteeh!" cetus Bena kesal.

'Aku cuma mau ngasih tahu aja, gebetan kamu itu datang," ucap Kama sembari tertawa tergelak.

Bena merengut sebal. Dia tidak pernah menganggap Karin sebagai gebetannya, entah kenapa Kama punya pikiran seperti itu.

"Ben, kamu dicari Karin," ucap Jo yang melenggang masuk ke dapur.

Tawa Kama semakin kencang. Kedua tangannya segera dikatupnya mencegah tawa yang mengelegar itu terdengar sampai ke meja pengunjung. Senang rasanya bisa membuat Bena yang biasanya jahil jadi salah tingkah.

"Benar kan, dia kalau datang ke sini maunya dilayani sama kamu," ucap Kama disela derai tawa.

Bena menghela napas pasrah. Sejak Karin mulai jadi pelanggan tetap di Petite Étoile Kama semakin gencar menjahili dirinya.

Jo sibuk memanaskan smoke salmon quiche, chocolate éclair dan menyeduh café au lait pesanan Karin. Semuanya diletakkan dengan cantik di baki.

"Nih, kamu aja yang nganter. Biar Karin senang," ucap Jo seraya menyodorkan baki itu pada Bena.

Bena tidak bisa menolak. Jo sudah menyodorkan baki itu padanya. Buru-buru dia mencuci tangan dan membawa pesanan Karin ke teras. Ada sedikit rasa senang melihat pesanan perempuan itu. Ternyata Karin menuruti nasehat Bena untuk mencoba varian quiche terbaru di sini; smoke salmon quiche. Chocolate éclair dan cafa au lait pun hasil rekomendasi Bena ketika perempuan itu pertama datang ke sini.

Dulu bulan lalu Karin jadi pelanggan pertama di Petite Étoiles. Kala itu susana sangat sepi. Sekitar jam satu malam dan hari Rabu yang terhitung jarang pengunjung. Bena sedang terkantuk-kantuk di depan teras saat perempuan manis datang sendirian dengan taksi. Dia sampai mengucek mata berulang kali menyakinkan kalau yang dilihatnya wujud manusia betulan.

Nocturnal Tale: Love Story Short CollectionWhere stories live. Discover now