Croissant butter part 1

3.8K 270 8
                                    


Jo memajukan lehernya, memejamkan mata dan menghirup dalam-dalam aroma hangat di hadapannya. Sebuah senyum bahagia terulas di wajah. Tangannya mengambil satu croissant hangat yang baru saja keluar dari oven, menyobek jadi dua dan memasukkan ke dalam mulut. Suara kriuk-kriuk dari kulit croissant dan bagian dalamnya yang empuk dengan aroma butter tajam sungguh kombinasi yang dahsyat. Tak ada yang membuatnya lebih bahagia selain menikmati sendiri croissant buatan sendiri.

Tak terbayangkan sebelumnya hari-harinya akan diisi dengan memanggang. Di samping baki croissant, berderet pastri mulai dari pain au raisin, pain au chocolat, brioche, choux hingga satu keranjang besar berisi roti baguette. Semua itu dia yang membuatnya!

Sudah lama Jo bermimpi memiliki boulangerie et patiserie sendiri. impian ini baru terwujud enam bulan lalu ketika dia tak sengaja bertemu sahabat lama, Kama. Mereka dulu sempat kursus bahasa Prancis dan beberapa kali liburan bersama baik di dalam maupun luar negeri. Mereka punya ketertarikan yang sama pada kuliner terutama pastry.

Mereka saling curhat. Jo baru saja sembuh dari gerd gara-gara kecapean kerja. Penyakit ini sepenuhnya tidak bisa sembuh tapi harus jaga badan. Kalau tidak hati-hati bisa kambuh kapan saja. Dokter sudah mengingatkan agar mengurangi stres kerja yang rasanya agak mustahil. Orang kerja pasti stres. Apalagi kalau bekerja di bidang hukum yang tidak mengenal kata libur. Sabtu minggu, tengah malam harus otaknya harus siap sedia. Pekerjaan sebagai corporate lawyer memang bergengsi dengan gaji yang memuaskan tapi sangat menguras mental dan fisik.

Jo sudah lama ingin resign namun sulit menemukan alasan yang tepat. Setiap kalimat resign tercetus Pak Arman, menyuruh cuti untuk refreshing. Sempat pula bosnya itu menawarinya posisi sebagai partner. Dia tahu bos-nya ini tidak rela dia mengundurkan diri.

Ngobrol punya ngobrol dengan Kama, sahabatnya ini ingin merintis bisnis baru yang berbeda dengan bisnis milik orang tuanya.

"Kamu kan jago baking. Pernah kursus juga. Kita bisa bikin boulangerie patisserie. Tinggal cari tempat yang pas. Kalau bisa jangan di Jakarta. Aku udah eneg dan sumpek satu rumah sama bokap nyokap," cetus Kama saat itu.

Awalnya Jo tidak menanggapi dengan serius obrolan itu. Dia sangat suka baking dan hanya kursus sekadarnya saja. Dia tidak pernah sekolah secara profesional. Semua didapat secara otodidak.

Sejak umur empat tahun Jo sudah turun ke dapur membantu eyang atau ibunya memasak. Namun Kama meyakinkan dirinya berbakat dalam menciptakan roti dan pastry yang lezat. Biar aku yang urusan bisnis dan duitnya, cetus Kama saat itu.

Selama ini Kama bekerja membantu orang tuanya menjalankan pabrik tekstil dan punya banyak bisnis sampingan. Umurnya tak lebih dari dua tahun. Jo sampai tidak tahu apa sesungguhnya ketertarikan Kama selain makan dan ngobrol cantik di cafe.

Pertanda kedua muncul. Om Satria meminta Jo menjaga rumah keluarga yang ada di Bandung. Setelah nenek meninggal keluarga Om Satria menempati rumah itu hingga Om Satria harus pindah tugaskan ke Surabaya. Tidak ada yang merawat rumah. Almarhum Nenek memberi wasiat rumah besar itu boleh dipakai siapa saja, boleh dikontrakan atau direvonasi tapi tidak boleh dijual. Lokasinya di daerah Taman Cibeunyi sangat strategis. Di daerah sekitar mereka ada beberapa kantor, sekolah dan kampus. Masih ada juga sejumlah rumah tinggal. Mereka tidak akan kehabisan pelanggan.

Jo melihat ini sebagai pertanda kalau sudah waktunya dia alih profesi. Rencana serius pun dibuat. Urusan rencana bisnis, penjualan dan modal dari Kama yang jumlah tabungan depositonya tak berseri itu. Jo kebagian tugas merancang konsep toko, dapur dan menu yang akan dijual. Mereka otomatis pindah ke Bandung dan menempati paviliun kecil di belakang rumah.

Mereka sepakat mendirikan boulangerie et patisserie bukan bakeri, demi mengenang liburan mereka di Paris.

"Aku yakin banyak yang suka. Walau belum pernah ke Paris paling enggak kalau datang ke tempat kita, mereka bisa merasakan suasana di Paris," ucap Kama penuh percaya diri.

Nocturnal Tale: Love Story Short CollectionWhere stories live. Discover now