Gara-Gara Soupe à l'oignon part 1

272 63 26
                                    


Bulan Ramadan datang. Ini jadi berkah tersendiri bagi Petite Étoile yang buka hingga subuh. Banyak pengunjung mampir menjelang sahur. Roti tawar dan roti gandum mendadak laris karena banyak orang mencari panganan cepat untuk sahur di rumah. Jo menambah stok selai stroberi homemade sebagai pelengkap. Kama menyiapkan paket sahur khusus yang terdiri atas croissant sandwich atau baguette sandwich ditambah teh atau kopi hangat.

Di Petite Étoile hanya Jo yang enggak puasa karena dia Kristen. Kama dan Bena berpuasa sambil melayani pengunjung. Menjelang jam setengah tiga Jo menyuruh Bena dan Kama sahur dulu. Dia yang gantian melayani pengunjung.

Bena kerap menolak. Dia lebih suka sahur menjelang mepet imsak. Biar perutnya enggak cepat lapar saat siang. Dia juga semangat melayani pengunjung yang mendadak membludak sejak jam dua malam. Kalau ngelayani orang lagi puasa berkatnya makin banyak, celetuk Bena.

"Ben, sahur dulu udah setengah empat." Jo kembali mengingatkan Bena yang masuk ke dapur, dia baru saja melayani pengunjung. "Biar aku yang bawa pesanan ke meja dua ke depan," ucap Jo sembari mengambil baki dari tangan pria itu.

"Nuhun Teh," ucap Bena.

Kama sudah duduk di dapur menyiapkan menu sahur; roti bakar dan selai stroberi buatan Jo.

"Kita sahur sama-sama, Ben," panggil Kama. "Aku bikin roti bakar. Mau enggak?"

Bena tersenyum lebar. Tentu dia mau dibuatkan roti bakar sama Teteh Geulis tetapi mendadak teringat, tempo hari dia sahur roti, siangnya lemas.

"Enggak usah, Teh. Urang kudu (aku harus) nasi," ucap Bena sedikit menyesali perutnya yang sangat Indonesia itu.

Bena membuka Tupperware berisi lauk buatan ibunya yang terdiri atas ayam bumbu pedas dan sop bening. Nasi hangat sudah terhidang di rice cooker yang tercolok di dapur.

"Teh Kama enggak lapar sahur enggak pakai nasi?"

"Aku sengaja makan nasi pas makan malam aja. Enak bulan puasa sekalian diet,"ucap Kama.

Sudah beberapa tahun terakhir ini dia menggunakan waktu puasa untuk mengurangi berat badan. Terasa lebih mudah karena tidak ada godaan melihat orang lain makan siang dengan nasi dan lauk pauk lengkap.

"Makan malam dan sahur kudu nasi," ucap Bena dengan mantap.

Bena mengunyah nasi mengepul yang tercampur sambal merah dari ayam. Sup bening  dituangkan dalam mangkuk. Walau dia enggak bisa sahur bersama keluarga tetapi dengan menu buatan ibunya, sahur terasa tetap nikmat.  Bena hanya izin pulang duluan saat sahur dua  hari pertama. Orangtuanya bukan tipe yang bawel, mereka sangat mendukung Bena bekerja di Petite Étoile yang punya jam kerja enggak normal ini.

"Aku dulu gitu tapi belajar supaya enggak tergantung sama nasi. Lumayan turun dua kilo. Tapi ya pas lebaran naik lagi tiga kilo," curhat Kama.

Bena tertawa pelan. Kama masih saja mengkhawatirkan berat badan. Padahal Bena melihat Kama jauh lebih langsing dari pertama kali dia bekerja di sini. Kama dua minggu sekali rutin berenang.

"Tapi nasi emang enak," ucap Kama ketika melihat Bena yang bergerak ke rice cooker untuk menambah porsi.

"Perut Indonesia. Harus nasi ya," seloroh Jo yang sudah kembali ke dapur. "Lucu banget tadi juga ada yang nanya di sini sedia nasi atau enggak."

"Banyak yang nanya Jo. Mereka pengin kita menyediakan nasi. Ditambah menu khas sahur dan buka lainnya,"sahut Kama.

"Kita udah menyediakan kolak pisang. Aku rasa cukup. Kita boulagerie pâtisserie lho. Bukan rumah makan. " Jo mengingatkan.

Nocturnal Tale: Love Story Short CollectionWhere stories live. Discover now