Baguette Sandwich Malam Jumat Part 1

535 92 9
                                    


Bena memarkirkan motornya di samping Kawasaki gagah milik Remi. Mesin dimatikan dengan tergesa. Dia masih ngos-ngosan dan berkeringat. Tangannya terasa sedikit kebas karena menahan stang motor yang selama dalam perjalanan terus bergetar. Bokongnya pun seperti habis  bergoyang dangdut lantaran shockbreaker motor sudah tidak mulus. Belum lagi satu baut di nomor plat belakang yang lepas. Sudah minta pensiun. Sepanjang jalan Bena komat-kamit berdoa agar tidak ada polisi yang memergoki. Bena mengecek dengan lega, nomor plat itu masih menempel di situ. Helm dicopot dengan terburu-buru.

Nyaris mendobrak pintu dapur, Bena masuk ke dalam.

"Hapunten (mohon maaf), Teh. Urang telat," ucap Bena di sela napas tersenggal.

Jo menoleh ke arah Bena yang meletakkan satu tangan di pintu dan tangan yang lain di dada. Bahunya bergerak naik turun. Pria itu langsung membuka lemari es dan meneguk air putih dengan rakus.

"Kamu naik apa ke sini? Lari?" tanya Jo heran.

"Naik Supra," jawab  Bena sambil duduk.

"Naik motor kok ngos-ngosan?"

"Beda, Teh, kalau motor butut. Bikin emosi," keluh Bena sambil mengusap keringat.

"Kamu punya motor juga?" tanya Jo sambil tertawa geli.

"Motor jaman SMA, lungsuran dari Aa (kakak). Udah malas juga urang pake tapi ya mepet kayak gini, terpaksa," keluh Bena lagi.

Selama bekerja di Petite Étoile Bena datang dan pergi menggunakan angkot atau memesan ojek online. Baru kali ini Bena membawa motor sendiri. Gara-garanya dia diminta oleh Ibu untuk mengirimkan paket nasi box untuk langganan. Usman yang biasanya jadi asisten Ibu mendadak cuti pulang ke Garut.

Bena tidak tega menolak. Terpaksa dia minta izin datang telat ke Petite Étoile. Dia juga sudah meminta Remi untuk menggantikan posisinya paling tidak selama dua jam.

"Motor lama ya?" ucap Jo.

"Bukan lama lagi. Geus itungan aki-aki (udah terhitung kakek-kakek)," tukas Bena. "Hese (susah) lah Teh. Mau dijual tapi enggak boleh sama Ibu. Kadang suka dipake Kang Usman buat ngantar katering," lanjutnya.

"Udah beres kiriman langganan ibu kamu?"

"Aman. Sekarang urang bisa tenang kerja. Laper euy ada Indomie enggak Teh? "ucap Bena.

"Aku enggak pernah sedia Indomie. Jangan kebanyakan makan micin. Aku buatkan makan malam aja," ucap Jo.

"Jangan atuh, Teh," Bena mendadak tidak enak hati sudah berceletuk lapar. Jiwa membagi-bagikan makanan gratis Jo kembali muncul. Bossnya itu paling tidak bisa melihat orang yang kelaparan.

"Kamu butuh energi. Aku buatkan baguete sandwich. Sekalian untuk Remi dan Kama juga," ucap Jo.

"Bilang atuh mau buatin Remi," cetus Bena sambil cengengean.

Jo tersipu malu. Dia merasa tidak tega melihat Remi yang pulang dari kantor sudah langsung bekerja menggantikan posisi Bena. Hari ini terbilang banyak pengunjung yang datang sejak Petite Étoile buka. Remi pasti belum makan malam.

Jo segera menyiapkan baguette sandwich. Satu bongkah baguette yang besar  itu dibelah memanjang. Jo mengoleskan butter pada permukaannya. Pada bagian tengah diisi dengan smoke beef, lembaran keju cheddar, telur rebus, daun selada, irisan tomat dan irisan timun. Bongkahan yang bertambah gemuk karena kebanyakan isi itu dibagi tiga.

Bena membantu membuat minuman hangat dan menyiapkan saus pedas, saos tomat dan mustard sebagai pelengkap.

Setelah jadi Jo segera mengajak Remi dan Kama untuk menikmati makan tengah malam. Suasana Petite Étoile berangsur sepi. Mereka bisa menikmati makan dengan tenang.

Nocturnal Tale: Love Story Short CollectionWhere stories live. Discover now