Le Chocolat Chaud di Saat Hujan Deras part 1

262 56 21
                                    


Bena mengosok-gosok kepala dengan handuk. Lalu, mengganti bajunya yang basah kuyup dengan baju kering yang ada di loker. Sejak musim hujan, Bena selalu menyediakan baju cadangan di Petite Etoile. Ini sangat berguna  saat  turun hujan. Terlebih lagi ketika sedang    mengendarai Supra.  Setelah membantu ibunya mengirim paket katering,  Bena  langsung ke Petite Étoile. Di tengah jalan hujan turun deras. Walau sudah mengenakan  jaket hujan tetap kebasahan. 

Dari balik jendela masih terdengar suara hujan bagai air yang ditumpahkan dari langit.  Langit siang  berubah gelap. Udara yang dingin menyisakan uap embun pada jendela di dapur. Aroma tanah yang terkena air hujan menguar bercampur dengan aroma roti yang sedang dipanggang.

"Santai dulu sebelum kerja. Jo bikin minuman enak,"ucap Kama yang menyambut Bena di meja dapur.

" Le chocolat chaud?" tanya Jo seraya menuangkan minuman itu pada cangkir di depan Bena.

"Cokelat panas khas Prancis," tambah Kama sambil menyeruput minuman hangat. "Jangan lupa pakai crème chantilly, " lanjutnya ketika melihat Bena siap menyeruput cokelat panas.

"Oh' iya harus pakai. Biar mantap,"sahut Bena dengan semangat.

Tangan Bena menuangkan sesendok teh crème chantilly buatan Jo sampai membentuk gunung yang tinggi. Rasanya crème chantilly berbeda dengan whipped cream yang ada dijual di toko. Lebih lembut dan lebih manis dan ada aroma vanila.

Rasa cokelat panas khas Prancis pun berbeda dengan cokelat panas yang sering Bena minum. Jo meracik dengan takaran yang pas antara dark chocolate batangan dan susu murni sehingga menghasilkan tekstur yang kental. Ketika cokelat dicampur dengan crème chantilly meninggalkan sisa manis seringan kapas di lidah.

Tanpa sadar Bena mengeleng-gelengkan kepala sambil menutup mata ketika cokelat panas melewati kerongkongan. Selain cafe au lait, le chocolat chaud jadi minuman favorit pengunjung. Minuman ini sangat laris di saat musim hujan.

"Edun (gila) lah. Hujan deras begini minum cokelat panas," ucap Bena masih merem melek.

Kama dan Jo tergelak secara bersamaan tatkala melihat sisa cokelat membentuk kumis di atas bibir Bena.

"Enggak ada tempat lain di Bandung yang bisa bikin racikan le chocolat chaud seperti Petite Étoile. Tres Française (sangat Prancis)," ucap Kama bangga.

"Urang serasa lagi di kape di Paris," seloroh Bena lagi.

"Cuma kurang croissant," ucap Kama sambil  menyeruput cokelat panas.

"Kemarin masih ada sisa. Urang panaskeun (aku panaskan)," ucap Bena sambil bangkit berdiri.

"Stok croissant hari ini cukup? Aku bisa buat lagi adonannya," tanya Jo.

"Lebih baik kamu bikin stok yang banyak. Di minggu ini banyak yang beli paket le chocolat chaud dan croissaint. Laris, lho, ide aku," jawab Kama senang.

Menyadari sekarang sudah musim hujan, Kama tahu pengunjung butuh sesuatu yang hangat. Dia mengusulkan menu of the day selama sebulan adalah le chocolat chaud dan croissant.

"Percaya. Ide kamu selalu jenius," puji Jo.

***

Hujan masih menyisakan rintik-rintik saat Petite Étoile buka. Mereka yang butuh kehangatan sekaligus menunggu hujan reda langsung mampir. Halaman berubah jadi areal parkir yang dipenuhi motor-motor. Salah satu di antaranya ada Kawasaki milik Remi. Pria itu ikut berteduh sambil menikmati cokelat panas dan croissant hangat. Jauh-jauh hari Kama sudah mempromosikan paket ini pada Remi.

Nocturnal Tale: Love Story Short CollectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang