Pain de Blé entiere Bantat part 2

426 78 16
                                    


Kama mencoba lagi membuat pain de blé entiere. Namun, tetap gagal. Pahadal dia sudah menuruti nasehat Jo agar menghitung dengan baik takaran dalam resep. "Baking itu seperti science. Takaran harus benar-benar pas. Suhu oven harus pas. Kalau lagi bikin roti jangan juga dibuka pintunya, itu pengaruh pada perubahan suhu, jelas Jo ketika Kama curhat soal pain de blé entiere yang gagal.

Setelah kedua kali bikin masih juga gagal, Kama menyerah dan sedih. Dia belum bisa membuktikan pada Jo kalau dia bisa membantu di dapur. Jo menawarkan diri untuk menemani Kama bikin roti tetapi ditolak. Kama kadung putus asa. Terlintas dalam pikiran apa dia berhenti kursus.

"Teh, mungkin perlu nyoba resep roti yang lain," ucap Bena seraya menunjukan buku resep.

"Malas, Ben," ucap Kama dengan suara murung.

"Bikin roti gagal mah biasa. Urang juga pernah gagal berkali-kali," ucap Bena.

"Kamu bikin pain de blé entiere gagal berapa kali?" tanya Kama.

Bena terdiam. Jujur saja ketika membuat roti gandum dia tidak pernah gagal.

"Enggak pernah gagal kan?" sahut Kama dengan suara menohok.

"Yah, bikin yang lain suka gagal. Bikin croissant aja sampai sekarang urang enggak jago. Kalau masak mah kadang jam terbang. Semakin sering, semakin jago."

"Aku lebih percaya kalau masak itu bakat. Kayak Jo atau kamu. Aku pernah baca juga katanya tipe tangan yang panas kayak tangan aku, enggak bisa bikin roti," tukas Kama.

Chef Clara pernah bilang mereka harus sering latihan di dapur agar terbiasa Namun, dia percaya masak itu masalah bakat. Lihat saja Jo. Sahabatnya itu udah jago masak sejak kecil. Setiap mencoba resep, cukup mencoba dua kali langsung moncer. Jo baru kursus baking singkat selama tiga bulan, sebelum mereka mendirikan Petite Étoile. Itu pun demi menyakinkan diri sendiri kalau skill-nya udah setingkat dengan chef. Sekaligus mencuri ilmu manangement berbisnis boulangerie.

"Ari Teh Jo mah bakat. Tapi urang mah pengalaman, Teh. Keur leutik (sejak kecil), udah di dapur ngabantuin ibu. Jadi bisa masak,"hibur Bena.

Bena merasa wajib menyemangati Kama. Dia sering melihat orang cepat patah arang saat gagal di dapur. Padahal gagal mencoba resep itu lazim dialami semua orang, bahkan chef terhebat sekali pun. Bena ingin Kama tidak putus asa.

"Sok atuh urang bantuan (ayo aku bantu) ," ucap Bena lagi.

Kama menggelengkan kepala.

***

"Kam, kamu gantikan Bena bikin crepes, ya," ucap Jo ketika keluar dari dapur sambil membawa keranjang roti.

"Aku enggak bisa," protes Kama cepat.

Suasana Petite Étoile malam ini sangat ramai. Meja dan kursi tambahan sudah dikeluarkan. Semua meja dipenuhi pengunjung. Aneka makanan ringan, macam sandwich baguette dan crepes berulang kali dipesan.

"Kasihan dia. Kamu enggak sendirian bikin crepes-nya," ucap Jo.

"Kamu aja, deh," tolak Kama.

Jo mendelik seraya menunjukkan keranjang rotan di tangan. " Ini aku baru mau ngisi croissant almond. Terus mau manggang brioche batch ketiga."

Kama tidak lagi bisa menolak.

"Okay, okay. Jangan salahin aku kalau gagal," ucap Kama.

Jo tersenyum simpul.

Di dapur Bena menyambut Kama dengan senyum lebar. Dia sudah menunggu teteh geulis itu. Tangannya dengan cepat menyerahkan centong dan mangkuk besar berisi adonan crepes.

Nocturnal Tale: Love Story Short CollectionWhere stories live. Discover now