Rayuan Crème Brûlée part 3

488 93 2
                                    




Jo mengelar bahan-bahan membuat crème brûlée di atas meja; telur, heavy cream, gula, esspresso powder, vanila dan gula pasir. Di sampingnya ada Ezra yang sedang memasang celemek.

Hari ini Jo berjanji mengajarkan Ezra membuat crème brûlée, dessert khas Prancis yang mudah dan cantik. Ezra khusus mengundang Olivia untuk menikmatinya di Petite Étoile. Pria itu juga mereservasi satu tempat di teras bagi dia dan Olivia. Kama berjanji akan memutarkan lagu-lagu Prancis paling romantis.

"Ready, Teh," ucap Ezra. "Aku harus gimana dulu. Enggak susah kan ya?" tanya Ezra sedikit cemas. Tadi malam dia sempat membaca resep crème brûlee tetapi tidak mengerti. Apalagi ketika membayangkan setelah dessert dipanggang harus dibakar (brûlée) lagi.

Ezra tahu ini memang nekat. Namun, apa pun akan dia lakukan demi menarik perhatian Olivia. Setelah beberapa kali mereka mengobrol gadis itu pernah mencetuskan, dia paling kagum dengan pria yang jago memasak. Kepanitian acara seminar akan segera dibubarkan minggu depan, waktunya tidak banyak lagi.

"Gampang. Kamu kocok kuning telur dan gula pasir dulu," ucap Jo.  "Bisa misahin kuning telur enggak?"

Ezra tersipu malu. Mau bikin omelet aja lebih sering gagal.  Apalagi memisahkan telur.

"Pakai ini." Jo menyerahkan alat pemisah kuning telur milik Kama.

Ezra mengangguk patuh. Pria itu berhasil memisahkan lima kuning telur dengan bulat yang cantik lalu mencampurkan dengan gula pasir. Macam robot yang baru di-ugrade dengan program membuat kue, Ezra mengikuti semua instrusi Jo tanpa banyak tanya.

Usai mencampur telur dan gula. Ezra memasak campuran heavy cream, espresso powder dan garam. Tangannya begitu kaku mengaduk-aduk semua bahan di atas panci. Wajahnya terasa panas terkena uap yang membumbung.

"Bener, Teh kayak gini?" tanya Ezra sambil terus mengaduk-aduk.

"Benar. Nanti kalau udah keluar bubble-nya dicampur dengan adonan telur," ucap Jo. "Nah, mulai keliatan tuh bubble-nya." 

Ezra semakin semangat mengaduk. Serta merta Jo menuangkan adonan telur dan vanila ke dalam panci. Aroma manis mulai menguar ke seluruh ruangan.

"Aduk terus. Enggak perlu kencang-kencang, santai aja," pinta Jo sedikit geli.

Ezra mengaduk lebih mirip sedang mendayung perahu. Seluruh badannya ikut bergerak ke kiri dan ke kanan. Kepalanya nyaris menempel pada pinggiran panci yang mengeluarkan uap panas itu.

"Takut enggak tercampur rata," sahut Ezra. "Wanginya enak ya,"ucap Ezra tanpa sadar menghirup uap yang keluar dari panci.

Jo segera menyiapkan loyang yang sudah diisi dengan dan ramekin. Tangan Ezra sedikit gemetaran ketika harus menuangkan adonan dalam ramekin. Begitu loyang masuk ke dalam oven tanpa sadar Ezra mengepalkan tinju dengan rasa puas.

Gawainya sedari tadi sudah bergetar. Olivia mengabarkan kalau dia sedang dalam perjalanan menuju Petite Étoile.

***

Olivia berdiri di depan pintu masuk Petite Étoile. Dia mengecek lagi gambar boulangerie dan alamatnya yang dikirimkan Ezra untuk meyakinkan diri.

"Selamat datang di Petite Étoile," sapa Bena.

"Ehm, aku mau ketemu Kak Ezra, katanya udah reservasi," ucap Olivia sedikit ragu.

Senyum lebar sontak tersungging di bibir Bena. Pantas saja Ezra segitu kebelet ingin mendekati Olivia. Tampilan perempuan ini tomboi. Berambut pendek yang dipotong hingga tengkuk tetapi garis wajahnya sangat feminin. Berdagu runcing, hidung yang mungil dan bibir tipis berulaskan lipstik warna nude.  Ada giwang kecil yang senada dengan kalung yang dipakai. Definisi geulis (cantik) yang sesungguhnya.

Nocturnal Tale: Love Story Short CollectionHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin