Ketika Axel Mabuk Meringue part 1

429 84 3
                                    

Jo meletakkan mangkuk besar berisi putih telur di bawah mesin mixer yang dipasang dalam kecepatan tinggi. Tangannya sedikit demi sedikit menambahkan gula pada adonan yang terus kocok dengan mesin. Perlahan Adonan mulai mengembang seperti busa.

Semasa kecil eyangnya sering membuatkan Jo kudapan ini. Eyangnya yang fasih berbahasa Belanda itu menyebutnya sebagai schuimpje. Ini kudapan favorit masa kecil. Satu kantong plastik bisa dia habiskan sendiri. Setelah dewasa selera Jo bergeser pada kudapan yang gurih.

Meringue merupakan resep asal Prancis yang kemudian populer di seluruh dunia. Petite Étoile sesekali saja menjual meringue ketika ada sisa putih telur. Namun, di masa liburan anak sekolah Jo menambah lagi stok meringue. Banyak pengunjung Petite Etoile yang datang bersama anak-anaknya.  Meringue laris manis mengalahkan madeliene yang sama-sama diletakkan di samping meja kasir. Kama mengusulkan mereka menyediakan satu keranjang khusus. Jo setuju saja. Dia senang menghidangkan menu yang disukai pengunjung.

"Tante, aku mau," ucap Axel ketika membuka pintu dapur.

Wajah Axel penuh keringat. Rambut dan bajunya basah oleh keringat. Ada sisa-sisa bulu kucing menempel di baju, lengan dan kakinya. Bocah itu baru saja selesai bermain dengan Piko. Di luar terdengar suara Remi yang mengomel panjang pendek karena Piko mogok masuk kandang.

"Kamu tahu aku lagi bikin apa?" tanya Jo.

Jo berusaha mengetes kemampuan baking Axel. Adonan meringue baru saja dia tuangkan ke dalam pipping bag. Loyang yang sudah dilapisi kertas roti itu masih kosong.

"Aku tahu. Kue busa," jawab Axel dengan cepat. 

"Meringue," ralat Jo. Axel meniru Bena dalam mengucapkan meringue dalam nama yang lebih mudah.

"Yeah, that cookie," sahut Axel cuek.

Axel ketularan Bena yang menyebutnya dengan kue busa. Axel setuju meringue disebut kue busa karena ketika digigit mirip seperti menggigit busa yang manis dan langsung meleleh di lidah.

"Cuci muka dan tangan dulu. Baju kamu banyak bulunya," tegur Jo.

Tangan Jo menahan tubuh Axel yang siap menempel pada meja dapur. Axel sudah ingin bersandar di situ sambil menonton Jo membuat kelopak-kelopak kecil meringue di loyang.

"Alright, Tante. Aku bawa baju ganti,"ucap Axel dengan cepat. Matanya masih menatap ke arah tangan Jo yang memegang piping bag dan spatula. Dia berharap bisa menjilati sisa-sisa adonan. 

Terdengar suara gedubrakan saat Axel mengambil tas dan berlari ke kamar mandi. Dalam waktu singkat bocah itu kembali ke dapur. Tangannya merapikan rambut lalu dipeperkan ke celana pendek.

"Sini kamu duduk. Jangan ganggu Jo," ucap Remi yang sudah berada di dapur.

"Om Remi mau makan kue busa juga?" tanya Axel sedikit khawatir.

Remi membantu Jo memasukkan loyang-loyang  dalam oven. Sepengetahuan Axel, kalau sudah membantu bisa dapat imbalan kue. Dia khawatir Remi lebih dapat banyak jatah dibandingkan dirinya. Dia tahu Jo sering pilih kasih. Tante baik hati dan cantik itu lebih sayang pada Remi dibanding dengan dia. Kalau dia kesayangan Bena.

"Aku mau ngopi. Kamu jangan kebanyakan makan gula," Remi memperingatkan.

"Aku dari tadi belum makan apa-apa," protes Axel. "Tante boleh, ya, aku bantu bungkus-bungkus," Axel mengeluarkan suara merajuk.

Jo tertawa kecil. Axel sedang libur sekolah. Setiap hari dia mampir ke sini dan setiap hari pula Remi datang membawa Piko. Dia senang kalau dapurnya meriah oleh kehadiran Remi dan Axel. Remi tidak hanya datang membantu membersihkan dapur tetapi juga jadi teman mengobrol yang menyenangkan. Begitu pula Axel. Walau sering berisik meminta makan ini itu, dia rajin membantu. Urusan bungkus membungkus jadi jatah Axel. Tangan kecilnya sangat cekatan memasuk-masukan dan menyelotip plastik kue.

"Tunggu dulu sampai jadi," ucap Jo.

"Kalau ada yang gosong buat aku," pinta Axel penuh harap.

"Jo enggak pernah bikin kue gosong. Kamu itu," tegur Remi.

Sepanjang Remi mengenal Jo, hasil panggangan Jo selalu sempurna. Tidak pernah gosong.  Tidak pernah kurang matang. Bentuknya selalu menerbitkan rasa lapar. Remi betah berjam-jam ada di dapur Petite Étoile.

Axel merengut.

"Enggak ada yang gosong tapi kamu boleh ambil sedikit," ucap Jo lagi.

Axel mengangguk senang. Jo mengizinkan dia menjilati spatula yang  ada sisa adonan meringue. Ini hanya hidangan pembuka, dia tetap menanti meringue yang sudah jadi. Axel duduk gelisah. Bolak-balik dia mengintip dari balik jendela oven. Tak sabar rasanya menunggu oven mengeluarkan bunyi tring!

Axel semakin blingsatan ketika oven mengeluarkan bunyi tring. Aroma manis menguar dari oven. Buru-buru dia mengambilkan Jo sarung tangan oven. Matanya membulat saat Jo melepas satu per satu kelopak putih cantik itu dari loyang.

"Aku mau," ucap Axel.

"Sabar, ya. Harus tunggu dingin dulu," kata Jo.

Axel berlutut di atas bangku. Setengah badannya terjulur ke meja. Wajahnya hanya beberapa mili dari loyang. Remi dan Jo menahan tawa melihat bocah itu sibuk menghitung jumlah merigue yang matang macam ketakutan jatahnya kurang.

"Om Remi enggak mau kan?" tanya Axel sambil menoleh ke arah Remi yang asyik mengunyah. 

"Aku lagi makan ini," ucap Remi menunjukan croissant di tangan. 

Axel menyeringai lebar.

"Aku boleh ambil berapa Tante?"tanya Axel.

"Empat aja. Jangan kebayangkaan makan gula. Enggak bagus," jawab Jo.

Jo mengambilkan piring kecil dan meletakan empat potong meringue buat Axel. Tangan kecil itu menyambar  dengan cepat dan memasukan ke dalam mulut. Satu potong dikunyah lalu  tangan yang lain memasukan potongan berikutnya ke dalam mulut. Bulatan manis itu langsung meleleh di lidah dan disusul dengan gumpalan kenyal seperti permen karet. Raut wajah Axel  semakin berseri-seri.

"Makan pelan-pelan, nanti keselek," Jo memperingatkan.

Axel tidak mempedulikan peringatan Jo. Dia masih berkonsentrasi dengan meringue. Bulat-bulatan kecil habis dalam sekejap.  Axel menjilati sisa remahan yang menempel di jarinya.

Usai jatah meringue habis, Axel berlari keluar dapur.  Dia berceloteh riang sambil  merecoki Bena yang menata roti. Dia lupa akan janjinya membantu Jo.

"Axel kamu enggak jadi bantu Jo?" teriak Remi.

"Biarin aja. Aku bisa sendiri," ucap Jo.

"Dasar badung. Belum sugar rush aja udah pecicilan kayak gitu," omel Remi. " Aku bantu deh. Biar cepat," ucap Remi lagi.

Pekerjaan sederhana ini bisa Jo lakukan sendiri  tapi dia tidak pernah menolak dibantu Remi. Pria  memasukan meringue ke dalam plastik. Sedangkan Jo yang menghias dengan pita cantik dan memasang label di plastik itu. Plastik meringue ditata dengan apik di keranjang rotan.

Remi sedang menyelesaikan setengah loyang terakhir saat Kama masuk ke dapur.

"Jo, meringue udah jadi?" tanya Kama.

Petite Étoile baru buka tetapi pengunjung sudah ramai. Ada dua rombongan keluarga yang datang bersama anak-anaknya.

"Lagi dibungkus Remi," jawab Jo.

"Sedikit lagi selesai. Ada yang mau beli? "tanya Remi.

"Ada tiga anak kecil. Emaknya cari cemilan manis. Aku nawarin meringue," jawab Kama.

Jo mengecek keranjang yang terisi penuh. Dua plastik terakhir diletakkan Remi dalam keranjang.

"Aku bikin 25 bungkus hari ini. Bawa nih ke depan," ucap Jo.

"Semoga laris," ucap Kama segera ngeloyor keluar.

****

Nocturnal Tale: Love Story Short CollectionWhere stories live. Discover now