"Sepertinya ini kali pertama Anda datang bersama suami." Perawat tersenyum kepada Hyunji.

"Iya, hari ini dia tidak sibuk." Hyunji membalas perawat tersebut lalu segera menarik Jaehyun masuk ketika pemuda itu hendak mengatakan hal yang menurutnya tidak perlu.

"Maaf, saya bukan sua-"

"Hei pelan-pelan Hyunji!" hampir saja kepala Jaehyun terantuk pintu.

Sampai di dalam, mereka langsung disambut oleh dokter Yang dan asistennya. Selama proses pemeriksaan dan konsultasi, Jaehyun hanya diam menunggu di samping Hyunji tanpa menunjukkan minat. Satu-satunya hal yang membuatnya bereaksi adalah saat dokter Yang melakukan USG untuk melihat perkembangan bayi Hyunji. Tidak bisa dipungkiri, si makhluk kecil yang ada diperut Hyunji membuatnya takjub. Dia terlihat sangat nyata, bahkan bayi itu menendang saat dokter Yang mengajaknya berbicara. Sungguh ajaib.

Mengabaikan fakta bahwa bayi itu bukanlah anaknya, diam-diam Jaehyun menantikan kelahiran bayi Hyunji. Rasanya Jaehyun seperti tidak sabar ingin melihatnya secara nyata dan menggendongnya. Bayi itu pasti cantik seperti ibunya, ia mungkin juga memiliki mata yang sipit seperti Doyoung.

Kim Doyoung, kau melewatkan hal berharga yang seharusnya kau jaga.

🍑🍑🍑

Setelah pulang dari dokter kandungan, Hyunji menolak untuk diantar pulang. Anak itu bersikeras ikut ke rumah Jaehyun, katanya ibu Jaehyun sudah membuatkan puding untuknya. Jaehyun tidak tahu sejak kapan ibunya mulai ikut berpartisipasi dalam pemenuhan kebutuhan Hyunji. Pantas saja anak itu jadi tambah sering ke rumahnya. Namun Jaehyun tidak bisa serta merta menyalahkan ibunya, pada dasarnya dari kecil beliau memang sudah menganggap Hyunji seperti anak sendiri.

"Oh, kalian sudah pulang?"

"Ibu? Ayah?" Hyunji mematung melihat orang tuanya bersama orang tua Jaehyun sedang duduk bersama di ruang tamu. Hal ini tentu tidak bisa dianggap biasa, melihat betapa workaholic-nya orang tua Hyunji.

"Jaehyun, Hyunji, kemarilah." Ibu Jaehyun tersenyum sambil menepuk tempat duduk disampingnya, menyuruh kedua anak itu untuk duduk di sana.

"Bu, ada apa?" bisik Jaehyun sangat pelan tapi ibunya hanya menggeleng. Senyumnya menyiratkan sesuatu yang tidak baik menurut Jaehyun.

"Karena kita semua sudah di sini sebaiknya langsung saja." itu suara ibu Hyunji yang memulai.

"Jaehyun, kapan kau akan menikahi Hyunji?" pertanyaan dari ibu Hyunji seketika membuat dunia Jaehyun seperti runtuh.

"Kau tidak lihat perutnya? Berapa bulan lagi sampai bayimu lahir?"

Jaehyun ingin sekali melawan dan membela diri, tangannya sudah terkepal kuat menahan amarah yang siap meledak. Jika ibunya tidak menahannya mungkin sudah dari tadi terjadi adu mulut antara dirinya dan orang tua Hyunji. Sementara itu Hyunji hanya diam tanpa berniat membela Jaehyun. Memangnya apa yang diharapkan Jaehyun, itu memang jelas-jelas keinginan Hyunji agar Jaehyun menikahinya.

"Maaf tapi Jaehyun bilang bukan dia yang melakukannya." Ayah Jaehyun berusaha menengahi dengan membela anaknya. Bagaimanapun orang tua Jaehyun percaya bahwa anaknya tidak akan berbuat seperti itu atau lari dari tanggung jawab.

"Apakah ada bukti jika bukan Jaehyun yang menghamilinya? Jelas-jelas ibu Jung yang menangkap basah mereka di apartement Jaehyun, kurang bukti apa lagi?" Ayah Jaehyun menghelas nafas bingung harus menjawab apa lagi. Yang dikatakan ibu Hyunji memang benar, mereka kekurangan bukti untuk menjelaskan bahwa Jaehyun bukan pelakunya. Ini semua hanya alibi yang dibuat Jaehyun.

"Kalau Jaehyun tidak menikahimu ataupun kau sampai melahirkan tanpa seorang suami," Ibu Hyunji menjeda sebentar sebelum melontaran hal yang akan membuat semua orang di sana terkejut.

Affected [COMPLETED]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora