Special Extra Chapter

69.5K 4.6K 1.8K
                                    

Part ini dibuat karena aku kangen Rei dan Sea
:( Dan didedikasikan untuk semua readers yang ngeship mereka jugaa ❤️



Happy Reading



***
"Sea sayangku, bisa tolong ambilkan supnya?"

London yang tengah mengunyah makanan, berhenti, menatap sekilas Ayahnya yang terdengar seperti bocah kecil—sedang merengek dan minta dikasihani.

"Mungkin bisa lebih berlebihan dari itu, Pa," gumamnya sarkas—nyaris tidak terdengar, lalu lanjut makan lagi.

"Sayangnya aku, mau sup, tolong ambilin." Rigel tentu saja mengaminkan ucapan anaknya, membuat tiga bocah yang duduk di seberang meja saling berpandangan, tetapi tidak ada yang berani berkomentar. Masalahnya, sudah terlalu biasa melihat kelakuan kekanakan Ayahnya pada Ibunya.

Sea tidak menyahut, tidak juga menuruti perintah Rigel. Dia tetap makan dengan tenang, dan dengan ekspresi datarnya. Mungkin tiba-tiba Rigel di mata Sea menjadi tak kasat mata setiap kali ia melakukan kesalahan. Bukan murni kesalahannya juga, tetapi masuk ke dalam salah orang lain dan ia yang kena dampak besarnya. Mana mungkin ia secara sengaja melakukan kesalahan fatal, sementara didiamkan Sea yang sudah sangat pendiam membuatnya seakan kehilangan semangat hidup.

Lebay? Kalian saja yang belum pernah jatuh cinta—sejatuh-jatuhnya—sampai rasanya di titik nyaris gila. Kasihan...

Iya, Sea mengabaikannya sejak kemarin malam dan seharian penuh ini. Bahkan hingga waktu telah menunjukkan ke angka enam petang, dia masih juga mendiamkan. Belum ada tanda-tanda mereka akan segera baikan padahal Rigel sudah tidak tahan. Ia rindu Seya-nya. Ingin menggodanya di semua bagian—membenamkan tubuh kecil istrinya dalam pelukan hangatnya.

Dan sumber masalahnya gara-gara seorang perempuan yang minta foto kepadanya di pesta klien dua hari yang lalu. Foto itu diambil dengan tiga orang lain kliennya, tetapi di-crop—menyisakan mereka berdua saja dalam postingan yang ditandai juga pada akun Sosial Media Rigel. Sialnya lagi, perempuan tinggi semampai itu menggandeng lengannya tepat saat lensa menyala. Kejadiannya terlalu cepat, padahal sebenarnya itu cuma berlangsung beberapa detik karena ia langsung menepis dan keluar dari grup foto itu.

Rasanya Rigel ingin menghajar mahkluk sialan itu, jika saja dia tidak berjenis kelamin perempuan. Nasi sudah jadi bubur. Sekarang Sea sudah terlanjur melihat postingannya.

"Mama Ceya... ambilin dong," Rigel mengusap lembut lengan Sea yang tengah menyendok makanan, lalu memasukkan ke dalam mulut—masih setia mengabaikan.

"Ma, Ecen mau supnya lagi dong," dengan lantang, Chasen meminta supnya. Tanpa menunggu lama, Sea mendongak, mengambilalih mangkuk yang disodorkan putranya.

"Mau pake kentang lagi nggak, Sayang?" tanya Sea pada Chasen.

"Mau, Ma, mau pake daging juga!" Rigel yang menyahut cepat, seraya mengguncang pelan tangan Sea.

"Mama kan tanya aku, Pa. Ngapain ikut jawab?"

"Ecen kalau julid, berangkat ke sekolah naik baling-baling bambu aja. Melayang di udara. Papa nggak mau anterin ya!" ancam Rigel pada putranya yang paling nyinyir.

"Biar Mama yang antar." Sea menyahut singkat, sambil meletakkan mangkuk sup di hadapan putranya. "Makan. Habiskan."

"Siap, Ma. Makasih ya. Nanti kalau Ecen mau ini dan ini, ambilin ya?" dengan suara yang sengaja dikeraskan.

"Iya, makan dulu aja yang ada."

Rigel mendecak melihat anaknya dengan antusias melahap sayurnya. Penuh keangkuhan karena berhasil membuat Sea-nya mengambilkan, sedang dirinya masih diabaikan.

AddictedWhere stories live. Discover now