Chapter 33

49.2K 4.3K 1.6K
                                    

Haloo... balekk lagi 🤭🤭 Kalau ada kalimat rancu, mohon koreksinya ya 🙏🏻

Happy Reading

***Rigel mengerang pelan, saat Sea mengguncang bahunya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.







***
Rigel mengerang pelan, saat Sea mengguncang bahunya.

"Bangun. Kita kesiangan!"

"Jam sembilan, Sea," Rigel enggan membuka mata—masih rapat terpejam.

Senin pagi. Awal dari kesibukan nyaris setengah penduduk bumi. Ada yang membencinya, tapi herannya juga ada saja yang menyukainya. Tidak mengerti punya masalah hidup apa mereka sehingga menyukai hari senin.

Mereka baru sampai kemarin siang setelah satu minggu acara bulan madu di Bali. Sesuai kesepakatan, Sea akan tinggal di apartemen Rigel. Pakaian dan semua perlengkapan yang dibawa Sea bahkan sebagiannya belum sempat dirapikan semuanya ke lemari.

"Sekarang udah hampir jam tujuh," Sea kembali mengguncang bahunya. "Bangun!"

"Baru hampir,"

"Aku duluan kalau gitu!" decitnya jengkel sambil menepis tangan Rigel dari perutnya. "Minggir, Rei, aku mau mandi."

Mendapatkan nada kesal dari Sea, Rigel dengan terpaksa membuka mata, mengerjap kecil seraya menyesuaikan cahaya yang menembus netra. Ia melirik jam dinding, menguap malas.

"Setengah jam lagi. Baru jam segini." Ia membelai kepala Sea dan mengembalikan Sea ke atas bantalnya. "Ayo bobo lagi bentaran."

"Aku aja yang bangun. Kamu terserah mau jam berapa."

Dibalas gelengan, Rigel tidak membiarkan Sea turun dari ranjang. "Aku nggak mau bobo sendiri,"

"Jijik!" Sea bergidik, sedang dia tersenyum kecil. "Minggir, nggak?" ancamnya gregetan.

Tidak diacuhkan, Rigel malah menepuk-nepuk ubun-ubun Sea. "Sea bobo, oh Sea bobo, kalau tidak bobo, digigit Rigel."

Sea mendorong dada Rigel, tapi bibirnya tidak kuasa untuk mengulum senyum geli. "Kamu kesurupan? Awas, ih!"

"Bentar lagi ... aja. Kalau kamu udah turun dari ranjang, kamu jadi sedingin balok es. Kalau di ranjang, pasti malu-malu meong, gemesin."

Sea memutar bola mata jengah sambil memukul kepala Rigel. "Aku masuk pagi, Rei. Awas!"

Dia merintih. "Punya aku lagi bertegangan tinggi loh. Bisa nggak sih jangan gerak-gerak? Geli tahu. Kasih waktu sepuluh menit lagi ya,"

Mengembuskan napas panjang, Sea tidak lagi meronta. Ia malas berargumen, akhirnya mau tidak mau menurut walau itu juga berarti ia harus menerima dengan pasrah keusilan Rigel pada tubuhnya.

AddictedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang