Chapter 25

40.7K 4.3K 1.5K
                                    

Halo... Ncan baleekk... 🤭 Kalau ada typo atau kalimat rancu, mohon koreksinya.


Happy Reading


5 tahun kemudian

Manhattan, New York City - Amerika Serikat

Desah napas keduanya mengudara di antara dinding-dinding kamar hotel mewah bernuansa coklat putih

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.



Desah napas keduanya mengudara di antara dinding-dinding kamar hotel mewah bernuansa coklat putih. Ranjang berukuran king size itu berderit, sesekali meninju dinding. Pakaian keduanya berserakan di lantai, dari pintu masuk hingga ke ranjang. Sepasang tangan rampingnya melingkar di punggung berotot nan keras itu, mencengkeram erat begitu lelaki yang ada di atasnya memompa lebih cepat dan panas.

"Oh my God, you're so good!" perempuan itu mengerang nikmat, melingkarkan tangan di leher pasangannya.

Tidak ada sahutan, lelaki yang berada di atasnya lebih fokus mengejar akhir dari penyatuan.

Dengan peluh yang sudah membasahi kening, lelaki itu terus mengentakkan sampai klimaks akhirnya menerjang datang. Dia terengah, kedua tangannya bertopang di sisi kepala kanan dan kiri pasangannya.

Pasangan satu malamnya—lebih tepatnya.

Setelahnya tanpa berkata apa-apa, dia bangkit dari ranjang, mengikat pengaman yang ia pakai dan melemparkan ke tong sampah.

"Wow. Kau ... luar biasa," puji perempuan berambut coklat terang itu seraya bertopang pipi setelah deru napasnya kembali teratur. Tubuh tinggi dan ramping, buah dada yang berisi, bermanik mata hijau, bibir penuh nan sensual, sudah cukup menegaskan betapa sempurnanya fisiknya. Dia sangat cantik, sedikit mirip dengan Gigi Hadid. "Aku tidak pernah tidur dengan pria Asia, karena kupikir mereka payah dalam urusan ranjang. Dan demi Tuhan, kau adalah pengecualian. Ini jauh melebihi ekspektasiku."

Lelaki itu tersenyum tipis—nyaris tak terlihat. Dia mengambil tisu, menyeka keringat yang membasahi dada bidangnya dan sedikit cairan yang menempel di pangkal paha. Kulit kecoklatan dengan abs yang terbentuk sempurna, garis V-Line di pinggulnya, dan senjata andalan sebagai pria yang diliputi urat-urat— membuat wanita itu tersenyum merona, menatap lelaki yang baru saja melepaskan diri dari liang surgawinya. Dua ronde selama dua jam, rasanya masih juga kurang. Karena kini, tubuhnya serasa terbakar kembali oleh letupan gairah.

Sex appeal lelaki itu benar-benar membuatnya gila!

"Hari apa saja biasanya kau ke kelab malam?" tanya perempuan itu dengan senyum yang membingkai wajahnya.

"Tidak tentu," ujarnya singkat sambil mengenakan boxer dan celana jinsnya.

"Biasa di Trexy Club?"

Itu kelab yang beberapa saat lalu dia dan teman-temannya kunjungi untuk merayakan pesta kelulusan mereka satu minggu lalu. Mendapatkan gelar MBA di HBS adalah pencapaian yang tidak mudah, sehingga butuh perayaan yang maksimal. Manhattan selalu menjadi tempat terbaik untuk pelepas penat di akhir pekan saat mengunjungi Kota New York—selain Las Vegas.

AddictedWhere stories live. Discover now