Chapter 8

34.8K 3.6K 305
                                    

Halo... meski telat ngucapin, minal aidin walfaidzin ya semuanya 🙏🏻 Maaf kalau aku banyak salah kata dan bikin kalian jengkel selama setahun kemarin 😇


Happy Reading

"Kak, tunggu!" Star menyusul Rigel saat dia malah melenggang keluar dengan cepat ke arah gerbang depan. "Kak, kita berdua bisa naik mobil sama sopir. Ngapain jalan kaki kayak gini?"

"Aku nggak. Kamu aja."

Star terus berusaha meraih jemarinya, agar dia mau menghentikan langkah. "Kak, plis... nanti kita bisa terlambat kalau kayak gini terus."

"Tidak ada yang menyuruhmu mengikutiku, Star," Rigel tetap berjalan lurus, mempercepat dan mengabaikan cicitan Star yang bersikeras mengikutinya.

"Iya, aku tahu. Aku yang mau." Dengkusnya.

"Star, sana pulang!" Rigel berlari menjauhinya. Star pun ikut berlari tersengal di belakangnya.

"Kak, tunggu!"

Ngos-ngosan suara Star membuat Rigel menggertakkan gigi kesal. Entah kesal pada siapa.

Di setiap helaan langkah menjauhi kediaman megah orangtuanya, seragam Rigel yang semula dimasukan rapi, dilepaskan. Dasinya yang sudah Star bantu ikatkan, pun demikian dan malah dimasukkan ke dalam saku celana. Giliran kancing teratas seragamnya yang ia biarkan terbuka dua.

"Kak, kok dilepasin lagi sih? Kan hari ini kita ada upacara. Dihukum baru tahu rasa." Decit Star sebal sambil mengatur napas.

"Bukan hal baru," Rigel membalas santai sambil memasukkan tangan ke dalam saku celana. Langkah panjangnya berjalan menuju halte terdekat. Dan jujur saja, ini pertama kalinya ia menggunakan transportasi umum seperti bus.

"Nanti kalau nggak bisa ikut ulangan gimana?"

"Ya nggak gimana-gimana." Rigel menghentikan langkah, menatap Star tajam. "Pulang. Ngapain ngikutin aku ke sini?" nadanya dingin, tidak terbantahkan.

"Mau bareng sama Kak Rei," Star menggeleng, memasang wajah memelas meski ia juga agak takut melihat tatapannya. "Kita naik mobil aja ya?" guncangnya pelan di ujung baju seragam Rigel.

Star sungguh ngeyel dan keras kepala. Rigel sampai bingung bagaimana menyingkirkannya dari pandangan. Mungkin, sudah saatnya ia memberikan jarak di antara mereka berdua. Menakutkan, ketika gelenyar halus itu selalu datang saat berhadapan dengannya. Ia tidak mau ini terus berlanjut. Ia harus mencari cara untuk memutus ketergantungan ini.

"Iya. Kamu naik mobil aja bareng sopir."

"Sama Kak Rei maunya," rengeknya. "Plis, Kak, aku mau bareng Kak Rei..."

"Nggak!" sentak Rigel hingga Star berjengit kaget.

"Tadi kita berdua baik-baik aja. Kenapa sekarang kamu marah lagi sama aku?" wajah Star sudah memerah menahan tangis.

"Star, berhenti berbicara dan pulang sana," Rigel mengedikkan dagu, ia tetap saja tidak tega melihatnya berkaca-kaca seperti itu.

"Aku bilang nggak mau! Aku mau bareng sama kamu!"

"Ngeyel banget sih kamu!" kesal Rigel, lebih kepada dirinya sendiri sebenarnya. Rasanya ia ingin menonjok wajahnya sendiri untuk menyadarkan otaknya bahwa Star it's your fucking twin! Tidak seharusnya ia berdebar saat di dekatnya.

AddictedWhere stories live. Discover now