Chapter 35

49.8K 4.9K 3.8K
                                    

Halo... ada yang masih setia? 🤭🤭

Chapter ini panjang banget. 5700 kata loh. Jangan lupa divote dulu lah 😆😆

 Jangan lupa divote dulu lah 😆😆

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






Happy Reading





Sea menggeliat kecil dan membuka mata perlahan. Seolah sudah menjadi satu kebiasaan, tangannya secara otomatis akan meraba sisi kasur di sebelahnya. Biasanya tangan Rigel akan terlingkar dengan posesif di perut ataupun dadanya saat ia bangun. Tapi, kali ini, ia bergelung seorang diri di atas ranjang besar itu sebab saat ia menoleh ke belakang bahu, tempat itu sudah kosong dan terasa dingin—menandakan ia terlelap sendirian dalam waktu yang cukup lama.

Rigel sudah bangun dari jam berapa?

Sea meluruskan tubuh seraya melirik jam dinding yang baru menunjukkan pukul tujuh pagi. Hari minggu. Tidak biasanya dia bangun secepat itu. Paling cepat pukul delapan, mata keduanya baru mengerjap menyesuaikan cahaya matahari yang menerobos paksa. Itu pun Sea yang harus membangunkan Rigel, kemudian bertikai tidak penting selama setengah jam sebelum benar-benar bangkit dari ranjang.

Gorden setengahnya telah dibuka membuat sinar matahari tersorot terang ke arah tubuhnya yang terbalut selimut putih tebal. Tanpa pergerakan, Sea termenung menatap langit-langit kamar sambil menghitung dalam hati sudah berapa hari ia terlambat datang bulan.

Dirasa cukup meyakinkan, ia segera bangkit dari ranjang. Sudah lebih dari tujuh hari tamu bulanan itu tak berkunjung. Sea meraih kaus longgarnya di atas meja rias, kemudian masuk ke dalam kamar mandi.

Wadah kecil yang menampung air seninya pagi ini dan test pack yang selama beberapa minggu ini selalu tersedia di dalam kabinet wastafel, kini telah memulai pekerjaan mereka. Dengan dada berdentam gugup, Sea mondar-mandir menunggu hasilnya selama beberapa menit. Melakukan tes kehamilan di pagi hari adalah waktu terbaik dan paling akurat dari yang ia baca di portal berita online kesehatan. Ia berharap test itu akan memberikan jawaban sesuai yang diharapkan dirinya dan Rigel selama tiga bulan penantian.

Menit berlalu. Batas waktu sesuai informasi dari kemasan test pack itu sudah terpenuhi. Mengembuskan napas pelan, Sea mencucinya sebelum mengangkatnya penuh antisipasi.

Helaan napas berat, itulah yang ia lakukan setelah mendapatkan jawaban.

Satu garis merah. Negatif. Hasilnya masih sama dengan tes bulan lalu. Ia mendudukkan tubuh di kloset seraya mendesah lemas, menatap test pack itu penuh tanya; apa yang salah? Mengapa sudah tiga bulan menikah, Tuhan belum juga memberikan mereka berdua kepercayaan untuk memiliki momongan? Secara kehidupan seksual, keduanya terbilang aktif. Bahkan paling sedikit dalam seminggu mereka melakukannya dua kali.

Sea bangkit berdiri dengan kecewa yang terlukis jelas di wajahnya. Sekali lagi menatap alat tes kehamilan itu, Sea membuang ke dalam tempat sampah. Mungkin memang belum saatnya.

AddictedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang