Chapter 17

35.6K 3.4K 1.2K
                                    


Hai... terima kasih untuk setiap vote dan komentarnya 🙏🏻 Mohon koreksinya kalau ada kalimat rancu atau typo.

Note: Kalau kamu belum ketemu kata TBC di bawah chapter ini, artinya punyamu kepotong ya ☺️

Mulmed: Secret Love Song - Cover Morissette


Happy Reading



Kaki Sea mundur beberapa langkah saat melihat apa yang terjadi di bawah sana. Mulanya ia ingin menenangkan diri di atas setelah menjemur pakaian basahnya, berharap sedikit ketenangan bisa didapat saat ia menjauh dari keramaian semua orang. Menikmati birunya langit. Embusan angin di tengah teriknya udara siang ini. Dan hijaunya pepohonan di taman bagian samping. Tetapi, dalam sekejap mata, semuanya porak-poranda ketika matanya jatuh pada romansa terlarang yang tak sanggup diterima oleh nalar.

Terkejut luar biasa, ia kehilangan kata. Kosong, dan dahinya mengernyit dalam, kemudian menjauh dari tempat itu sambil memegangi perutnya yang langsung terasa mulas. Rasa mual benar-benar mengobrak-abrik lambungnya sekarang.

"Gila... gila..." suaranya bergetar pelan, mengulang ucapan yang sama, lantas masuk ke dalam kamar mandi dengan tergesa-gesa. Sea terbatuk-batuk di depan wastafel sambil memegangi perutnya. Rasanya ingin muntah, tapi perutnya bahkan belum terisi apapun sehingga tidak ada yang bisa dikeluarkan.

Sea mencuci wajahnya berulang kali, berharap bayangan-bayangan menjijikkan beberapa saat lalu ikut terbasuh. Namun, percuma, semuanya malah terlihat semakin jelas. Napasnya memburu kasar, kesulitan ia netralkan.

"Astaga..." Sea memijit dahinya, rasanya pening sekali. Ia menatap cermin dengan pandangan kosong, masih tidak percaya kalau ia baru saja menyaksikan apa yang tidak seharusnya ia lihat di antara mereka berdua. Terekam jelas di kepala apa yang mereka lakukan di sana. Sangat jelas, bahkan ketika ia mencoba untuk tidak mengingatnya.

Mereka berpelukan layaknya sepasang kekasih. Bahkan ... berciuman. Bukan hanya sebatas di dahi—seperti Kakak terhadap adik pada umumnya. Tapi penuh nafsu dan panas. Tidak mungkin jika tadi hanya halusinasinya karena terlampau stres memikirkan kegilaan Rafel—Kakak angkatnya. Itu jelas mereka. Si kembar yang dititahkan oleh majikannya untuk diawasi.

Di tempat lain, Rigel tak bersuara dan membeku di tempatnya setelah menguraikan pelukan dengan cepat. Masih berdiri di hadapan Star, tapi matanya jatuh pada sosok yang sekarang mulai menghilang dari pandangan.

Saat Sea membekap mulutnya, sudah jelas dia sangat terkejut dan pasti melihat keseluruhan dari momen intim tadi. Jarak dari beranda di mana pakaian basah itu bergelantungan, cukup dekat dengannya.

Sialan... sialan...!

Sea memergokinya.

"Kak, kenapa?" Star bingung, mendapati Rigel yang tiba-tiba menjadi begitu aneh dan pendiam. Wajahnya terlihat serius, gurat hangat beberapa saat lalu telah lenyap tergantikan.

Tidak mendapatkan sahutan dari Rigel, Star menoleh ke arah pandang Rigel. Ia mengernyit, bertambah bingung sebab di sana tidak ada apa-apa. Kecuali suara bising dari arah kolam renang, ia tidak melihat apapun kecuali pakaian yang dijemur di beranda lantai dua.

"Kak, ngeliat apa sih?" Star jengah, lantas memukul dada Rigel pelan. "Apaan sih. Ngesel—"

"Dia melihat kita," Rigel menggumam samar, memotong ucapan Star.

"Apa...? Maksudnya?" alis Star yang hitam kian tertaut. Ia menoleh bolak-balik ke arah pandang Rigel, lalu menatap lagi wajah Kakaknya yang masih belum memudarkan gelap yang terpeta. Star meraih lengan Rigel, mengguncangnya ketakutan. "Kak, kenapa sih? Maksudnya apa? Siapa yang melihat kita?!"

AddictedWhere stories live. Discover now