Chapter 7

39.5K 3.9K 507
                                    

Update lagi... mumpung lagi ngalir idenya 😆


Happy Reading


"Kak Rei belum keluar dari kamar?" tanya Star pada Sea yang masih setia berdiri kaku di depan pintu. Star sudah rapi dengan seragam sekolahnya lengkap dengan ransel.

Sea menggeleng pelan. Ia sudah berulang kali mengetuk, tapi belum ada tanda-tanda dia akan keluar. Mungkin tuannya kesal karena tadi dirinya berulah. Tapi ... hey, siapa yang memulai? Anak itu memang kurang ajar.

Star menggeram dan langsung menggebrak pintunya keras-keras. Dari kemarin, ia tidak melihat sisi wajah Rigel. Rigel lebih sering mengurung diri di kamar seharian penuh. Ditambah lagi ada acara arisan komplek yang diadakan setiap satu bulan sekali di rumah ini. Mana mungkin Rigel mau bersosialisasi dengan keramaian penuh aturan seperti itu. Diharuskan memasang wajah hangat dan menyapa ramah mereka. Tersenyum palsu atas nama tata-krama. Sopan-santun adalah keharusan di atas segalanya.

Apa mereka tidak merasa muak harus menebar senyum ke setiap bibir yang menyapa? Katanya. Setiap disuruh untuk bergabung.

Apalagi kemarin ada dua ibu-ibu yang sengaja membawa anak gadisnya—niatnya mereka ingin kenalan dengan Rigel. Tetapi si pembuat onar itu malah tidak sama sekali memunculkan batang hidungnya.

"Kak Rei, udah jam setengah delapan! Cepetan keluar ih," gerutu Star sambil terus menggebrak-gebrak pintu. "Sea, bantu aku dong. Dia pasti pura-pura nggak denger."

Sesuai perintah, Sea ikut mengetuknya menggunakan punggung jari. Tidak sebringas Star, masih penuh dengan jiwa pelayan. Sopan, sesuai aturan. Tidak mungkin ia melakukannya sama sepertinya.

"Kamu kalau pelan kayak gitu, dia mana denger. Kak Rei itu orang yang paling bandel dan keras kepala. Jika kamu lemah, kamu akan mudah ditindas." Infonya, sambil kembali menggebrak pintu kamarnya. "Oh ya, menurut kamu, Kak Rei itu gimana? Ganteng nggak?" Star menoleh menatap Sea, menunggu responsnya.

Semua gadis yang melihat Rei, pasti terpesona. Muda maupun tua. Star jadi penasaran pendapat pelayan barunya ini. Dia terlihat pendiam juga, persis seperti Kakaknya. Sejak ia dikenalkan pada Sea oleh ibunya kemarin siang, ia belum pernah sekalipun mendengar suara Sea. Dia tidak berbicara, kecuali menggeleng atau mengangguk mematuhi perintah.

Benar saja, Sea memasang wajah datar, tidak terlihat berniat menyahuti pertanyaan itu. Memang tidak penting. Star cuma ingin tahu pendapatnya saja.

"Hm, ganteng ya?" Star menyahut sendiri sambil mengangkat bahu. Sementara Sea tetap tidak tertarik mendengar pembahasan itu.

Star tersenyum tipis. "Banyak cewek di sekolah yang deketin aku buat deket sama Kak Rei. Mereka cuma manfaatin aku untuk dijadikan jembatan agar bisa kenal sama dia, i know. But, it's okay. Kak Rei itu dingin, dia sepertinya nggak tertarik sama mereka kecuali...," Star termenung sejenak, kepalannya berhenti menggebrak, "...ah, lupakan." Ia lantas mengibaskan tangan.

Star hampir lupa kalau pergaulan Rigel sudah sangat jauh bersama perempuan. Rigel cuma tidak mengatakan padanya. Tapi, dia tampak ahli dalam bidang wanita. Kejadian di kelab, sudah bisa membuktikan bahwa Rigel adalah definisi bad boy yang sesungguhnya. Namun meski begitu, Star masih percaya bahwa dia akan selalu menjadi pelindungnya. Dia akan menjadi orang pertama yang akan menjaganya.

AddictedWhere stories live. Discover now