"Enam belas Januari," ujar seseorang yang berdiri tepat di belakangku.

Aku menoleh dan mendapati Sungjin oppa sedang berdiri di sana sambil mengerutkan alis dan menatap ke arah monitor.

"Udahan mainnya?" tanyaku.

"Iya, barusan abis beresin sampah di luar mereka pindah masuk ke studio." Sungjin oppa meraih kursi lain dan duduk tepat di sampingku.

"Oppa bisa bantu aku isi ini, 'kan?"

"Gampang."

Aku tersenyum kecil dan mulai kembali mengetik, ditemani instruksi dari Sungjin oppa untuk mengisi data mereka. Satu per satu mulai selesai. Ia memang seorang leader yang sangat perhatian pada membernya. Buktinya ia hafal segala hal kecil tentang mereka. Tak terkecuali.

Aku mencantumkan nomor kontak di sudut kiri bawah. Mungkin saja setelah ini akan ada label rekaman yang menghubungi untuk menaungi mereka. Setidaknya mereka tak perlu lagi bersusah payah mencari tempat dan mengeluarkan uang sendiri hanya untuk merekam lagu.

Selesai mengunggah, membuat tubuhku rasanya sedikit pegal. Namun, Sungjin oppa tak kunjung bersuara sejak tadi. Ah, ternyata ia tengah tertidur. Pria itu menjadikan lengan sebagai bantal. Mungkin ia sudah terlalu lelah hari ini.

Menutup laptop, aku menyandarkan kepala di atas meja dengan lengan sebagai bantal, menghadap Sungjin oppa. Kalau dilihat sedekat ini, apalagi sedang tertidur, wajahnya terlihat seperti anak kecil.

....
....

Mengapa aku bisa sangat menyukaimu, Park Sungjin? Aku juga tidak tahu. Aku tak menyangka bisa jatuh cinta lagi setelah sekian lama.

"Andai aku bisa bilang ... kalau aku suka kamu," gumamku pelan. Amat pelan, hampir berbisik.

"Izinin aku buat liat kamu terus kayak gini, sampai aku lelah dan tertidur."

Ya, karena mungkin saja, esok aku akan menyerah dan berhenti menyukaimu.

***

Suara ponsel yang bergetar membuatku tersentak dan terbangun. Masih setengah sadar, aku meraih kacamata dan melihat penyebab getarannya. Damn alarm!

Sudah jam tujuh pagi. Ternyata semalaman aku tertidur di atas kursi, sedangkan Sungjin oppa entah ke mana. Mengapa ia tak membangunkanku? Apakah aku benar-benar menatap wajahnya sampai tertidur? Lalu, selimut ini .... Ah, sudahlah.

Aku beranjak mencuci muka dan melihat ruang yang tamu kosong. Sebenarnya mereka pergi ke mana? Mungkinkah aku ditinggalkan sendirian di rumah ini? Kalau benar, sungguh teganya mereka.

Membuka pintu studio, kudapati mereka sedang tertidur dengan posisi acak, kecuali Sungjin oppa. Dowoon bahkan memeluk stick drum-nya dan Brian oppa menjadikan beberapa lembar kertas sebagai alas kepala.

Aku menghela napas, beralih ke arah dapur lalu menemukan sesuatu di atas meja makan. Sebuah piring besar berisi kimchibokkeumbap yang masih hangat. Apa Sungjin oppa yang membuatnya? Tapi aku tak melihat peralatan bekas memasak di atas wastafel. Ah, benar juga, ia kan memang orang yang bersih.

"Pagi, Jieun-ah."

Aku menoleh dan melihat Wonpil oppa keluar studio sambil merentangkan tangan dan menguap.

"Pagi, Oppa."

"Kamu udah masak? Aku bangunin yang lain dulu kalau gitu." Ia berbalik dan kembali masuk ke dalam studio.

Tak lama kemudian, mereka benar-benar keluar dan mencuci wajah bergantian. Baru tadi malam aku memuji visual mereka lewat hasil pemotretan, kini kembali disuguhkan pemandangan rambut acak-acakan dan mata yang setengah mengantuk. Dasar oppa-oppa ini.

WYLS | Park SungjinWhere stories live. Discover now