Tiga puluh dua

16.1K 461 22
                                    

Cek mulmed🎶
Billie Eilish - Everything i wanted
__________

Viola menagis tersedu saat tidak menemukan Ravindra di rumah sakit manapun. Kata pria itu ia akan membawa Mella yang berdarah ke rumah sakit, dan hasilnya nihil. Orang suruhan orang tuanya dan orang tua Ravindra sudah tersebar dan masih belum mengabarkan apa-apa.

Dan sekarang Viola beserta orang tua dan mertuanya memaksa masuk di rumah yang tidak terlalu besar milik Caramella. Mama dan bunda Ravindra berdiri cemas saat orang-orang keluarganya memeriksa seluruh ruangan, Viola bahkan tidak bisa menghentikan tangis dan tangannya yang meremas kebaya pengantinnya.

Sungguh ironi, seharusnya pengantin wanita saat setelah sah menjadi isteri melakukan sesuatu yang membuat dirinya bahagia. Tapi kenapa ia tidak bisa, malah ia harus merasakan takut dan cemas saat suaminya hilang entah kemana, dan lebih sialnya lagi bersama perempuan gila.

"Ada apa ini?" tanya suara yang baru menginjakkan kaki di dalam rumah Mella.

Aksa menatap penasaran pada tiga wanita yang menampilkan wajah sedih dengan air mata.

Aksa memutuskan pergi ke rumah Mella setelah panggilannya dengan gadis itu terputus. Penasaran dengan sesuatu yang Mella simpan di gudang dan tentu saja ia tidak bisa menunggu hingga pukul tujuh malam.

Jadi disinilah dia, walaupun baru pulang dari sekolah, Aksa langsung melajukan motornya ke jalan menuju rumah Mella. Dan menemukan rumah itu ramai dengan orang-orang berbaju hitam dan tiga wanita berkebaya membuatnya menaikkan alis tinggi, penasaran.

"Nak ini siapa? Kenal dengan perempuan yang tinggal di rumah ini?"

Aksa mengangguk pelan menjawab pertanyaan dari wanita berhijab itu. "Saya sahabatnya. Ini ... ada apa, kenapa kalian bisa masuk ke dalam rumah Mella. Dimana Mella?"

"Perempuan gila itu! Dia menghilang dan bawa kabur suami gue! Lo sahabatnya kan?! Lo pasti tau dimana dia!" Viola berteriak histeris dan menerjang Aksa.

"Jaga ucapan lo! Lo siapa tiba-tiba dateng dan bilang Mella gila?!" Aksa yang sebelumnya kebingungan lantas menahan lengan Viola yang menarik kerah seragamnya.

"Viola, sayang, tenang dulu nak. Jangan membuat keributan." Mama Viola menenangkan anaknya, sedangkan Aksa mundur memandang Viola sengit.

"Gimana aku mau tenang, Ma?! Mas Ravindra menghilang setelah bilang mau kesini! Mas Ravindra suami aku, Maa ...." Viola jatuh terduduk dengan napas memburu, tangisnya semakin tergugu dan tubuhnya melemas.

Duk! Duk!

Mereka semua menoleh saat melihat dua orang suruhan itu mencoba membuka salah satu pintu. Mendobrak beberapa kali hingga pintu itu rusak dan terhempas ke sisi tembok. Bau menyengat kemudian menusuk indra penciumannya.

Aksa masuk dengan cepat, meninggalkan tiga wanita yang masih saling memenangkan dengan tak acuh. Ia menuju pintu gudang yang baru saja dibuka paksa dan terkejut saat melihat peti yang dibuka oleh salah satu lelaki berpakaian serba hitam.

"Ada mayat. Cepat hubungi pihak kepolisian." perintahnya pada salah satu temannya.

Aksa mendekat kaku, meski berusaha ditahan oleh lelaki yang menemukan peti itu, suara teriakan perempuan terdengar nyaring dari dari dalam gudang. Aksa tebak itu pasti suara perempuan berkebaya yang menyerangnya tadi. Itu tidak penting.

Kini otaknya masih kusut dan sedang berusaha mencerna kejadian tidak bisasa ini. Ada mayat di rumah Mella, terkunci digudangnya dan tertutup rapi dengan peti. Jantungnya bertalu-talu, semakin kuat saat ia melihat itu adalah sosok Dimas yang tak bernyawa.

LOST [Tamat]Where stories live. Discover now