Dua puluh tujuh

8.3K 390 21
                                    

Cek mulmed🎶
LXVI - Hurt You (Lyric video)
__________

Caramella kembali terbangun dengan suasana dingin di samping tempat tidurnya. Tangannya meraba sisi kasur yang tidak pernah disentuh Ravindra sejak dua malam yang lalu. Dia sendirian di apartemen dan Ravindra tidak pernah sekalipun menemuinya sejak pertengkarannya dengan Viola.

Perutnya sakit karena kelaparan, dan ia tidak bisa memasak dan tidak punya uang untuk membeli makanan. Dan disaat-saat seperti ini Mella sangat merindukan kehadiran Aksa dan Dimas. Mereka yang selalu memperhatikannya dulu, selalu memberikan semua yang ia butuhkan.

Mella beranjak dari kasur dengan wajah pucat dan bibir meringis pelan. Memutuskan untuk keluar dari apartemen yang masih berantakan karena pertengkaran calon pengantin itu. Dengan tertatih-tatih Mella menyusuri jalanan pagi yang ramai lancar dengan pengendara yang sibuk memulai aktivitasnya. Air matanya terus merembes membasahi pipi hingga kepajama polos berwarna hitam yang sangat kontras dengan kulit putihnya.

" ... aku lapar. Tidak ada yang peduli lagi padaku." isaknya pelan, sembari berjongkok ditrotoar.

Orang-orang hanya melihatnya sekilas tanpa berniat mendekat untuk sekadar menanyakan keadaannya, semuanya sibuk dengan urusannya sendiri. Tidak peduli pada orang asing yang tengah terpuruk dan bisa saja berpikir untuk mengakhiri hidupnya. Dan sekali lagi, manusia memang bersifat seburuk itu, tidak mengacuhkan seseorang yang menurutnya tidak akan memberikan timbal balik.

"Jahat!" jerit Mella, memeluk lututnya sendiri. "Semua orang jahat! Tidak punya hati! Aku benci semuanya!"

"Caramella ... maaf."

Mella semakin terisak merasakan pelukan dan aroma tubuh yang sangat familiar baginya. Mella mengenalnya, Mella merindukannya. "Kamu juga jahat." bisik Mella menangis.

"Maaf ..."

"Jangan pernah minta maaf kalau kamu akhirnya milih buat pergi lagi!! " teriak Mella, kemudian mendorong tubuh jangkung itu.

"Tidak akan lagi, janji."

Mella memejamkan matanya saat kembali merasakan dekapan hangat itu. "Walaupun aku berubah jahat?"

"Lo gak jahat, Mell." lirihnya, Lo cuma terlalu rapuh untuk orang-orang brengsek yang nyakitin lo. lanjutnya dalam hati.

"Aksa ... aku kangen kamu. Kamu terlalu lama ninggalin aku. Aku takut." bisik Mella memeluk Aksa erat. "Mahesa, dia ninggalin aku juga. Dia gak peduli lagi."

"Siapa Mahesa?" Aksa bertanya bingung.

Mella melepas pelukannya dan mundur selangkah. Wajah sembabnya dengan sisa air mata dapat terlihat jelas dimata Aksa, membuatnya merutuk dalam hati. Tidak seharusnya ia meninggalkan gadis rapuh yang ada di depannya ini. Ia sungguh brengsek.

Mella menautkan jemarinya gugup di belakang tubuh. "Mahesa ... dia, aku tinggal di apartemennya sejak Dimas tidak ada." jawab Mella pelan.

Aksa menatap Mella menyelidik dengan mata tajamnya, sedangkan Mella yang melihat itu hanya mengerutkan alis tak nyaman. "Kamu ... membenciku?" tanya Mella berbisik.

Seolah tersadar perbuatannya, Aksa menghembuskan napas pelan kemudian kembali memeluk Mella erat. "Tidak pernah. Maafin gue Mell. Seharusnya gue ada di saat-saat rumit hidup lo. Gue baru denger tentang kematian Nadine, dan anak-anak sekolah yang bully lo. Dan setelah itu Dimas menghilang entah kemana, lo tau dia pergi kemana?"

Mella mengangguk dua kali. "Dia udah bahagia. Dia lebih milih tinggal sama mamanya." jawab Mella.

Dan aku gak suka, jadi aku berusaha nahan dia. Gak papa kan, Aksa? Batin Mella mencari pembelaan.

LOST [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang